#Part 42 Laki-laki berpakaian hitam

14.9K 1.2K 104
                                    

Seharian full berdiri melayani tamu yang bersalaman membuat wanita bercadar yang kini sudah menjadi Istri orang itu kewalahan Aila duduk sebentar guna mengistirahatkan dirinya. Tamu mereka luar biasa banyaknya hingga ia susah untuk duduk barang sejenak.

Perhatian Aila menelisik sekitar, para tamu yang sudah terlihat berbincang hangat seraya makan. Tak jarang juga ada yang lagi reunian bahkan lagi foto. Aila tersenyum, senang melihat antusias tamu di acara pernikahannya.

"Capek?"

Aila menoleh pada Rifqi yang kini juga sudah duduk. Aila tersenyum diikuti anggukkan kecilnya. Tidak lama setelah itu, Rifqi beranjak pergi membuat Aila bingung sekaligus memperhatikan arah kepergian suaminya itu. Masalahnya Rifqi pergi begitu saja tanpa bicara.

Melihat sang suami yang mengambil minuman membuat senyum sial tercetak tanpa sadar. Bahkan ketika Rifqi kembali berjalan ke arahnya Aila masih memperhatikan suaminya itu.

"Minum gih."

Aila menatap bergantian minuman dingin yang tersodor padanya dan Rifqi secara bergantian. Kenapa satu ustadz? Ustadz gimana?

"Aila ...."

Teguran halus itu membuat Aila tersentak. Aila menunduk merasa bersalah.

"Saya ini sudah jadi suami kamu. Jangan panggil ustadz lagi."

"Maaf, Aila belum terbiasa ...."

Rifqi tersenyum walaupun Aila masih menunduk. "Tidak apa-apa. Setidaknya mulai sekarang jangan panggil ustadz lagi ya? Coba deh pelan-pelan."

Aila mendongak. Matanya menatap mata Hitam yang kini menatapnya dengan tatapan yang bermakna. Tatapan cinta. Aila merasa bersalah. Rifqi begitu mencintainya dan tentu saja mengharapkannya.

"Lalu Aila panggil apa?" tanyanya kebingungan.

"Sayang?"

Blush...

Rifqi terkekeh.

"Masa Aila panggil suami Aila sayang di depan banyak orang? Kan kemesraan suami istri gak boleh diumbar," protesnya masih dengan semu merah.

Rifqi tertawa renyah menatap wajah sang istri. Jarinya kini sudah mendarat di hidung sang gadis, mencubitnya dengan gemas. Membuat sang pemilik hidung meringis.

"Hmm.. itu panggilan kalau berduaan aja ya?" Rifqi mengedipkan sebelah matanya.

Aila menatap ke arah lain. Menghindari tatapan Rifqi yang semakin ke sini semakin membuatnya salah tingkah dan blushing.

"Kok diam?"

"Gak ada."

"Diam tanda setuju."

Aila langsung menoleh cepat, matanya membulat sempurna. "Ha?? Aila-'

"Perintah suami gak bisa ditolak." Potong Rifqi dengan senyum kemenangan. Bibir Aila manyun. Rifqi kembali tertawa.

"Panggilnya hmm Abi aja ...."

Blush..

Aila merasa di sini panas sekarang. Tangan gadis itu mengipas-ngipas pipinya. Panas ya di sini...

"Jangan kayak gitu."

"Kenapa?"

'Nanti Saya tambah sayang." Rifqi terkekeh.

Sementara Aila tidak tahu lagi kabar wajahnya yang sepertinya sudah seperti kepiting rebus dan jangan lupakan jantungnya yang sudah konser dadakan.

"Ya ampun pengantin baru ini masih banyak orang." Keduanya sontak sama-sama menoleh pada sumber suara. Ada Vano di sana, Dian dan Revita. Aila menatap bingung sejak kapan mereka jadi bertiga?

Wa'alaikumusalam Aila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang