#Part 35 Luka sebuah pertemuan

11.2K 1K 59
                                    

Tidak apa-apa. Ada Allah SWT pengobat luka. Tidak apa, sakitnya sementara, ada bahagia penganti lara yang segera tiba. Tidak apa, sebentar lagi, hatimu akan baik-baik saja.

°°°°

"Ayo sayang." Nizam mengadahkan satu tangannya. Tatapannya lembut dan senyuman manisnya membuat sang istri seketika merona.

Perempuan berpipi chubby itu mengangguk, menggenggam tangan sang suami lalu beranjak dari duduknya. Setelahnya kedua pasangan halal itu berjalan memasuki mall dengan tangan yang selalu bergenggaman.

Tangan bergenggaman, senyum yang tak luput dari keduanya hingga pasangan yang terlihat serasi itu benar-benar membuat para jomblo iri. Decakan kagum tak hentinya ditunjukkan orang.

"Jangan jauh-jauh. Sini!"

Nizam menarik sang istri lebih mendekat. Tindakannya membuat pipi tembem itu kembali merona. Nizam terkekeh, mencubit gemas pipi Aisya.

"Mas Nizam, udah ih jangan ketawa terus."

Bibir Aisya mengerucut sebal. Bukannya berhenti, Nizam malah masih betah dengan tawanya. Bagi Nizam wajah merona Aisya, pipi yang menggembung, bibir yang mengerucut kesal menjadi ha) yang disukainya.

"Masya Allah istriku makin manis."

"Mas Nizaaaaaam!!"

"Hahaha."

"Ngeselin. Sana." Aisya melepas genggaman Nizam. Berjalan cepat membuat Nizam terkekeh dan menyusul.

"Ngeselin tapi bahagia kan?" alis Nizam naik turun menggoda. Membuat Aisya semakin malu.

"Enggak."

"Massa. Kok pipinya merah gitu sih?"

"Panas...," lagi Nizam terkekeh.

"Masa Sya. Di sini bukannya dingin karena AC ya."

Aisya tak dapat berkutik. Nizam geleng-geleng kepala.

"Sini, jangan jauh-jauh." Nizam mengengam tangan Aisya. Seketika rasa hangat mengalir ke hati mereka. Aisya tersenyum begitu juga dengan Nizam.

"Mau makan apa?" tanya Nizam begitu mereka telah sampai di salah satu Kafe dalam mall.

"Terserah Mas saja."

Nizam mengangguk. Diajaknya Aisya berjalan menuju salah satu meja kosong yang ada ujung. "Silakan." Nizam menarik satu kursi untuk sang istri. Setelah Aisya duduk, barulah Nizam mendudukan dirinya di kursi depan Aisya.

Sementara itu di sisi lain, Aila tengah menemani Revita yang ingin membelikan kado ulang tahun untuk Ibunya. Gadis itu, ingin memberi kado, tapi tidak tahu membeli apa. Pada akhirnya mereka dari tadi hanya berputar-putar di mall sambil melihat-lihat.

"Gamis aja Re," usul Aila akhirnya.

"Ibu gak bakal mau. Gamis Ibu udah banyak."

"Mukena?'

"Nah boleh juga La."

"Lantai satu paling depan banyak. Bagus-bagus menurut aku. Sana aja yuk!"

Revita mengangguk. Mereka yang kini berada di lantai empat segera turun ke bawah menuju lantai satu. Namun, Revita yang melihat toko sepatu, segera menarik Aila memasuki toko sepatu tersebut.

"Re, kok?"

"Bentar-bentar La. Aku ingat spansusku udah rusak."

"Ya udah aku tunggu di sini ya?"

Revita mengangguk. Gadis itu segera masuk dan memilih spansus yang menurutnya menarik. Lima belas menit terlewati, pilihan Revita jatuh pada spansus berwarna abu-abu dengan permata putih di atas kepalanya.

Wa'alaikumusalam Aila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang