#Part 12 Terlalu Biasa Namun Melukai

10.3K 1.1K 10
                                    

Tak perlu dalam menaruh hati
Sungguh perasaan manusia mudah berganti
Maka berharaplah pada janji Allah SWT yang lebih pasti

Bukan bermaksud mengingkari janji
Tapi kadang seseorang yang telah kita nanti
Memutuskan pilihannya ke lain hati

Mungkin bukan atas keinginan diri
Dan di balik itu semua kadang tidak kita sadari, bahwa ada Allah yang membolak-balik hati

Instagram
@Salingmengerti

°•°•°•°•°

"Assalamualaikum, Umi." Aila mengetuk pintu. Tersenyum begitu umi mendongak disertai munculnya seulas senyum begitu melihat siapa yang datang.

"Wa'alaikumsalam. Masuk, Nak." Aila mengangguk, lalu ikut duduk didekat umi.

"Maaf ya, Mi. Udah lama Aila nggak ke sini. Aila lagi urus skripsi, Mi."

"Nggak apa-apa sayang. Gimana skripsinya?"

"Alhamdulillah udah selesai, Mi. Dan udah di ACC juga sama dosennya." Aila tersenyum lebar. Akhirnya setelah beberapa bulan bermain dengan skripsi dan pernah ditolak sekali, kali ini skripsinya di ACC setelah perjuangan yang panjang.

"Alhamdulillah. Oh ya nanti ke rumah Umi ya malam. Bilang bunda sama ayahnya. Kalau bisa Adra sama istrinya bawa juga ya. Biar rame."

"Ada acara apa, Mi?"

"Nizam udah pulang, Nak, seminggu yang lalu. Umi senang banget dan Nizam juga udah kerja di rumah sakit kota ini. Maaf ya Umi baru kasih tahu."

Aila udah tahu Umi. Aila udah ketemu Nizam. Tapi ... Aila tersenyum, senyum adalah cara ampuh menutupi semuanya. Gadis itu mengangguk.

"Nanti Aila bilang, Mi. Kalau gitu, Aila ngajar adik-adik ya, Mi?"

"Iya, Sayang."

Aila pamit, langkahnya menyusuri lorong menuju kelas tempatnya mengajar. Kelas Nizam mengajar dulu, ya disanalah Aila juga mengajar. Sekalian bernostalgia pada masa lama. Masa-masa indah sebelum waktu merubah segalanya.

Kita memang tidak bisa menebak arus takdir. Jika dulu Aila mudah sekali berangan-angan dan memimpikan kelak dia akan bersama Nizam. Setelah pensantren Nizam akan datang melamar. Tapi takdir nyatanya berkata, inilah yang sebenarnya terjadi. Makanya jangan berkhayal dan berharap berlebihan jika tidak mau kecewa. Aila meringis akan pikirannya sendiri.

Malamnya, Aila telah bersiap setelah pulang mengajar tadi memberitahu Ariana dan Ali. Adra dan Via tidak ikut. Wajar, jika sudah berkeluarga mereka tidak tidak bisa semudah dulu ikut. Selain faktor pekerjaan, faktor rumah tangga juga keluarga. Malam ini, Adra dan Via sudah janji ke rumah sang mertua. Ibu dari Via.

Aila menunggu Ariana dan Ali di ruang tamu. Sambil menunggu gadis itu berdzikir memanfaatkan waktu luang. Beberapa menit kemudian, Ariana dan Ali turun dengan pakaian yang telah tapi.

"Ayo, La."

Aila mengangguk, mereka pun masuk ke dalam mobil dengan Ali yang mengendarai. Mobil menglkason membuat gebang dibuka, lalu melaju membelah jalan. Lima belas menit perjalanan, akhirnya mobil Ali berhenti tepat di depan rumah Nizam.

"Assalamualaikum."

Tok tok tok

Tidak butuh waktu lama, suara derap langkah kaki terdengar mendekat dari dalam. Selang beberapa detik pintu itu terbuka. Dunia Aila seolah berhenti melihat Nizam berdiri di ambang pintu. Dia tersenyum pada Ariana dan Ali.

Wa'alaikumusalam Aila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang