#Part 52 -Kehadiran dan Kehilangan

15.3K 1.2K 126
                                    

Jangan terlalu berlebihan. Karena akan tiba masanya kehilangan,
La Tahzan

Wa'alaikumsalam Aila

Perut yang terasa nyeri membuat Aila terbangun dalam tidurnya, ia meringis pelan. Dilihatnya Rifqi tengah tertidur pulas. Rasanya tidak tega membangunkan. Aila melirik nakas, mengambil vitamin dan menghela nafas melihat air dalam gelas sudah kosong.

Aila mengibaskan selimut tebalnya, melangkah hati-hati agar suaminya tidak terbangun. Begitu kakinya mencapai dapur, ia merintih saat merasakan nyeri yang semakin luar biasa pada paha dan punggung bagian bawah. Tidak hanya itu, kram di panggul membuatnya menggigit bibir kuat-kuat.

Aila meringkuk dekat dinding dapur.

Nafasnya memburu bersamaan otot perut yang mulai menegang.

"Ya Allah ... akhh ... hhhhh .... perut Aila kram."

Rasa sakit yang tak tertahan membuat Aila berteriak memanggil Rifqi diiringi erangan.

Allah apa dia akan melahirkan? Sungguh luar biasa rasa sakitnya. Di saat seperti ini Aila teringat Bunda. Bunda sakit sekali. Ternyata begini rasa sakit melahirkan. Aila menyesal, dulu sering kali membuat sang Bunda kesal dengan kenakalannya.

"Maafin Aila, Bun."

Aila menatap sekitarnya yang masih hening, tidak ada tanda-tanda Rifqi bangun. Aila menangis, menikmati rasa sakit yang maha dahsyat.

"Maaaaaas ... sakiiiit."

"Hhhhh ... Maassss!!"

"Maas Rifqiiiiiii."

Di sisi lain, sayup-sayup suara erangan membuat mata berat itu membuka. Rifqi menyipit, sontak menoleh ke sampingnya. Begitu tidak ditemukannya keberadaan Aila. Rifqi segera bangun dari kasur, berlari keluar dan saat itu juga terdengar rintihan dari arah dapur.

"Mas Rifqi ...."

Rifqi yang baru sampai di depannya, langsung membawa Aila ke sofa. Panik melihat sang istri menangis seraya menahan sakit.

"Kamu kenapa sayang?"

Aila menggigit bibir bagian bawahnya. "Sepertinya Aila mau melahirkan, Mas."

"Ya Allah ... kamu tunggu sebentar ya. Tahan dulu."

Rifqi berlari cepat mengambil koper baju istrinya. Setelah menyambar kunci mobil langkahnya berlari cepat menuju mobil. Menyimpan koper lalu kembali masuk dengan gerakan kilat, menggendong tubuh istrinya dan mendudukkannya di mobil."

"Sebentar ya, kita akan ke rumah sakit."

Aila menangguk dengan wajah yang basah oleh peluh. Tekanan di bawah perut membuatnya tidak bisa duduk dengan nyaman, Aila memejamkan matanya, mengucap lafadz Allah berharap rasa sakit itu sedikit reda.

Rifqi mengecup dahinya sejenak. "Kamu kuat."

Mobil Pun melaju kencang setelah gerbang dibuka. Dalam perjalanan Rifqi segera menghubungi Ali dan Adra.

Nafas Aila memburu bersama rasa sakitnya. Rifqi berkali-kali memberinya semangat dan menggenggam tangannya.

Lima belas menit berselang, mobil tepat berhenti di depan pintu masuk rumah sakit. Rifqi buru-buru keluar dan memanggil perawat yang datang bersama brankar. Setelah istrinya dipindahkan, mereka mendorong brankar dengan cepat.

°°°

"Tarik nafas dalam keluarkan dengan pelan-pelan ya, Buk. Sebentar lagi."

Aila menggenggam erat tangan Rifqi. Mengangguk lemah. Rifqi berkali-kali mengusap keringatnya dan mencium dahinya.

Wa'alaikumusalam Aila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang