#Part 51 -Anugerah

12.4K 1.1K 69
                                    

Kebahagiaan itu tidak melulu pada sesuatu yang luar biasa. Cukup dalam hal biasa namun dilingkupi rasa cinta.

Wa'alaikumsalam Aila

Lantunan merdu surat Yusuf mengalun lembut memenuhi sudut kamar. Menemani tubuh yang terlelap nyenyak dalam tidur. Rifqi begitu khusyuk dengan bacaannya, sedang Aila yang tertidur tanpa tak terusik. Hingga Bacaan surah yusuf ayat 60 Ia mengakhiri bacaannya.

"Qaloo sanurawidu Aanhu abahu wainna."

"Shadaqallahul Adzim ..."

Lafadz Al-Quran berhenti, Rifqi mengusap lembut perut sang isti dan membacakan salawat. "Sehat-sehat ya, Nak. Cepat lahir biar bisa ngaji bareng Abi."

Mata Aila perlahan membuka, tatapannya langsung jatuh pada Rifqi yang kini mencium perutnya yang sudah membesar. Sebulan setelah pernikahan mereka, Allah karunia hadiah terindah terindah yang diinginkan setiap pasangan.

"Mas ...." Panggilan seraknya membuat Rifqi mengadah.

Awal kehamilannya hingga bulan keempat sikap Aila berubah drastis. Terutama pada Rifqi, selain suka makan, Aila merasa enggan untuk melihat wajah sang suami bahkan untuk berada dekat dengan Rifqi ia menolak.

Sebagai seorang suami yang mengerti dan pengertian, Rifqi hanya dapat sabar. Kata Kak Via, itu hal biasa yang dialami ibu hamil. Apalagi anak pertama. Berbeda empat bulan pertama, empat bulan akhir, istrinya malah mudah baper, lebih manja dan ingin didekatnya. Pernah sekali Rifqi pergi karena hal pekerjaan di pagi hari, gadisnya malah nelpon dan menyuruhnya pulang dengan menangis.

Rifqi tersenyum. "Assalamualaikum sayang."

Cup

"Waalaikumsalam warahmatullahi Wabarakatuh."

"Umi jadi ke bangun, maaf ya?"

"Bacaan merdu Abi buat si kecil bangunkan Umi. Kayaknya udah gak sabar ketemu Abinya yang hebat ini."

Rifqi terkekeh. "Nah Umi semangat terus sampai hari lahiran. Abi juga gak sabar ketemu anak kita."

"Abi semoga anak ini lahir hari jumat," harap Aila seraya memperbaiki posisinya jadi duduk bersandar. Rifqi ikut memperbaiki posisinya setelah menyimpan AL-Quran di atas nakas. Tangannya dengan lembut mengusap rambut sang istri seraya mengaminkan.

"Abi harus didekat Umi saat lahiran."

"Pasti sayang."

"Oh ya, Bi?" Aila menatap Rifqi serius, membuat sang suami menaikkan sebelah alisnya.

"Umi ada pertanyaan."

"Apa?" tanyanya penasaran.

"Abi tahu gak kenapa malam ini gak ada bintang?"

Rifqi terdiam sejenak untuk berpikir. "Sepertinya mendung," tebaknya asal.

"Salah."

"Apa dong?"

"Soalnya bintangnya minder karena kalah terang sama Abi." Jawaban Aila membuat Rifqi tertawa. Jarinya menjawil hidung kecil sang istri.

"Bisa aja Umi."

Aila tersenyum.

"Gantian ya Abi kasih pertanyaan." Rifqi tersenyum, Aila mengangguk semangat.

"Umi tahu apa perbedaan umi sama lampu?" Rifqi menunjuk lampu langit kamar.

"Lampu sebatas benda yang tidak terlalu penting bagi Abi, tapi Umi adalah segalanya bagi Abi." Aila tersenyum memperlihatkan deretan giginya. Rifqi terkekeh.

Wa'alaikumusalam Aila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang