#Part 3 Khitbah

14.4K 1.2K 19
                                    

Assalamualaikum Umi Abi.” Rifqi masuk ke dalam rumahnya dan segera mengambil duduk di depan mereka. Malam ini, Rifqi akan menyampaikan keputusannya setelah sholat istikharah. Melamar seseorang yang telah membuatnya yakin.

“Umi Abi sudah makan?”

“Belum. Lanjutkan saja apa yang mau kamu sampaikan pada kami Rifqi. Kita bisa makan setelah ini. Ini lebih penting.”

Rifqi mengangguk. Setelah mengucapkan bismillah, Rifqi menatap kedua orang tuanya dan berbicara dengan mantap.

Alhamdulillah Rifqi sudah yakin Abi, Umi dengan pilihan Rifqi.”

Senyum di bibir Ahmad dan Aisyah terbit. Merasa bahagia atas keputusan putra mereka untuk melamar seseorang. Senyum itu pun menular pada Rifqi.

“Jadi yang mana anaknya?”

“Santriwati yang lusa ke sini, Mi. Menemui Umi.”

Ahmad mengerinyit heran, menatap Aisyah penasaran. Aisyah juga terlihat bingung, terlihat dari dahinya yang langsung mengerinyit menatap sang anak. “Lusa?

Rifqi mengangguk. Aisyah terlihat masih berpikir karena banyak santri yang datang menemuinya akhir-akhir ini. “Sebentar, Umi lupa.”

“Pagi-pagi, Mi. Waktu Rifqi pamit rapat bersama pengurus panti.”

“Ooh Aila ya?”

“Namanya Aila ya, Mi? Rifqi tidak tahu namanya.”

“Itu anak sahabat Abi Rifqi.”

Rifqi menatap Abi. Tersenyum lebar. “Beneran, Bi?”

Abi mengangguk. “Iya. Jadi anak Abi tertarik sama anak sahabat Abi? Ya sudah, nanti Abi hubungi Ali. Jadi kapan rencananya kita pergi melamar?”

“Besok bagaimana Abi, Umi?”

“Loh Rifqi udah nggak sabaran ya?” Umi tersenyum menggoda.

Rifqi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Hehehe ... kan lebih cepat lebih baik Umi.”

“Betul. Lebih cepat lebih baik. Ya sudah boleh. Nanti Abi akan telfon Ali.”

Senyum Rifqi mengembang. Dia mengangguk. Rifqi bertemu gadis itu pertama kali adalah saat tak sengaja melihatnya tengah duduk di taman dengan Al-Qur’an digenggamannya. Lantunan Al-Qur’an yang begitu merdu itu berhasil membuat hatinya berdesir.

Pertemuan keduanya ketika gadis itu mengejarnya untuk mengembalikan kunci yang jatuh. Bagaimana gadis itu menjaga pandangannya, bagaimana suara lembutnya masuk ke Indra pendengarannya membuat perasaannya kian bertambah. Tidak bisa dipungkiri, semenjak itu, ia malah memikirkan gadis itu dan memintanya di dalam doa.

“Abi telpon sekarang dulu biar nggak kemalaman.”

Rifqi dan Aisyah mengangguk. Ahmad berjalan menuju kamar. Dan Asiyah memutuskan menyiapkan makan malam. Sementara Rifqi masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju.

***

Pagi ini. Aila tengah menyiapkan sarapan bersama bunda untuk Ali dan Adra sebelum keduanya pergi bekerja. Gadis itu dari tadi sibuk bolak-balik dari dapur ke meja makan untuk menata makanan. Sedangkan Ariana, masih sibuk di dapur menyelesaikan sayur yang belum matang.

Wa'alaikumusalam Aila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang