#Part 20 Cafe

9.7K 971 8
                                    

Apa yang tidak kita kehendaki memang terjadi karena ketetapan Nya, tapi tidak semua takdir adalah ketetapan Allah SWT. Kadang kita di beri pilihan, bagaimanapun akhir dari jalan tersebut itu tak lain hanya lah karena pilihan awal yang kita ambil.

°•°•°•°

Di sebuah Kafe tak jauh dari Rumah Sakit, duduk dua orang laki-laki berhadapan. Di depan mereka sudah ada secangkir kopi panas yang masih mengepulkan uapnya. Keduanya masih diam hingga Raihan kembali membuka suara.

"Ck." Raihan mengacak rambut bagian belakangnya dengan gusar. Tatapannya menatap Nizam jengkel. "Untuk pertama kalinya gue canggung dan bingung sama lo."

Nizam mengedikkan bahunya. Dia pun merasa canggung karena laki-laki di depannya yang mengaku sahabat dari kecilnya itu terasa asing.

"Sedikit pun lo gak ingat gue?"

"Hmm."

"Benar-benar gak Ingat?"

Nizam mengangguk.

"Umi dan Abi lo waktu itu?"

"Sama."

"Ck. Irit banget lo ngomong Zam. Lo gak tau dulu lo ngomong sama gue itu panjang? Bahkan cerewet." Raihan mencibir, tangannya terulur mengambil cangkir kopi. Menyeruputnya dan mengabaikan Nizam yang melotot kesal.

"Gimana ceritanya?"

Nizam menghela nafas. "Waktu itu saya-"

"Stop." Raihan menggeleng. Lalu menatap horor. "Jangan formal Zam. Lo gue aja."

"Saya tidak terbiasa."

Raihan mencibir. "Emang lo berapa tahun di Kairo?"

"Delapan."

Raihan mangut-mangut. "Selain Saya?"
"Gak mungkin Aku kamu."

Raihan tertawa. "Gue geli jadinya."

Nizam berdecak jengkel. "Oke, Saya coba lo gue."

"Nah baru oke." Raihan menjentikkan jarinya. Kemudian mengalirlah cerita Nizam perihal kecelakaannya waktu itu. Dan Nizam sukses kembali mengunakan bahasa non formal dan memakai gue lo seperti dulu.

"Lo dokter di rumah sakit tadi?" tanya Raihan setelah hening beberapa saat usai Nizam selesai cerita.

"Keliatannya gimana?" tanya Nizam santai sambil mengambil cangkir kopinya dan menyesapnya. Mengabaikan tatapan kesal Raihan.

"Lo sendiri kerja apa?" Nizam meletakkan kembali cangkirnya.

"Gue lanjutin perusahaan bokap."

Nizam mengangguk. "CEO?"

Raihan mengangguk. "Berarti lo gak Ingat Aila Zam?"

"Lo kenal Aila?"

"Iyalah. Dia kan suka banget ikutin lo kemana pun. Parahnya lo pasti gak ingat ya. Dia terus terang-terangan bilang lo calon imannya." Raihan terkekeh. "Sejak dia pindah ke pesantren, gue gak pernah lagi ketemu dia." Raihan melamun. Ada rasa penasaran tentang keberadaan gadis itu sekarang. Lebih-lebih bagiamana Aila setelah hijrah.

Nizam terdiam. Andai saja ingatannya kembali lagi. Dia ingin tahu bagaimana kisah hidupnya semasa SMA. Pulang ke Indonesia dengan semuanya yang terasa asing padahal itu hidupnya benar-benar tidak mengenakkan.

°•°•°•°•

Seminggu jelang pernikahannya, membuat hati Aila berdebar. Seminggu lagi Nizam memegang tangan sang Ayah dan mengucap akad. Seminggu lagi statusnya akan berubah. Seminggu lagi impian indahnya dari dulu akan terwujud.

Wa'alaikumusalam Aila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang