Tak terasa waktu kian berjalan. Detik kian berganti menjadi menit dan menit berganti jam hingga jam berganti hari dengan hari. Kini sudah dua minggu sejak khitbah Nizam malam itu.
Aila berjalan menuju mesjid kampus begitu jam tangannya menunjukkan pukul sembilan pagi. Langkah Aila terhenti ketika tidak jauh dari sana melihat Nizam mengambil wudhu. Seperti ditarik pada masa lalu, Aila ingat ketika itu. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman mengingat itu semua. Di mana saat dia sengaja memperhatikan Nizam berwudhu dan mengusirnya, saat di mana Nizam menjelaskan kalau kaki adalah aurat. Saat Aila ceplas-ceplos waktu itu meminta Nizam jadi imannya sholat jika mereka nikah nanti. Aila tersenyum. Ucapannya itu Alhamdulillah dikabulkan Allah. Ucapan yang sering kali dia ucapkan dihadapan Nizam.
"Tapi gue yakin kok kita bakal jodoh."
Tak sedikit pun perhatiannya teralih dari Nizam yang kini mengusap rambutnya hingga dia selesai. Tangan Nizam terangkat, rupanya dia tengah berdoa setelah wudhu. Tak berselang lama Nizam berbalik membuat Aila buru-buru menunduk sebelum ketahuan.
Aila beristighfar. Lalu kembali berjalan untuk mengambil wudhu di tempat wanita. Begitu mendongak Aila menggigit bibir bagian bawahnya sering detak jantung yang tak karuan saat Nizam tersenyum.
"Mau sholat Dhuha?"
Aila mengangguk kaku. Nizam tersenyum, lalu berlalu begitu saja ke dalam mesjid. Meninggalkan Aila yang bengong dan berusaha menetralkan jantungnya. Kedua sudut bibir Aila kembali tertarik.
Aila memekik bahagia dalam hati. Udara mendadak panas, diusapnya pipi yang mungkin memerah. Aila rasanya baru saja terbang. Itu senyum kedua Nizam setelah lamaran malam itu.
Aila buru-buru berjalan untuk ambil wudhu dengan perasaan membuncah. Dua Minggu tidak bertemu Nizam di mana pun, sekarang mereka bertemu di kampus. Setiap Aila ke kampus, dia tak melihat Nizam. Mungkin saat itu Nizam tengah di rumah sakit.
Setelah ambil wudhu dan baca doa, Aila mengambil mukena dari tasnya. Entah kejadian lama terulang lagi, Aila bisa melihat Nizam dari celah pembatas. Lagi dia kembali dibawa bernostalgia pada kisah lama.
Takut dosa terang-terangan memandang dan sebelum setan menguasainya, Aila beranjak ke sisi lain agar tak bisa melihat Nizam. Segera didirikannya sholat Dhuha empat rakaat penuh kekhusu'an.
Aila mengucapkan salam terakhir lalu lanjut berdzikir. Di tengah dzikirnya, sayup-sayup di dengarnya ta'awuz dari barisan depan Ikhwan. Hati Aila berdesir. Matanya perlahan terpejam, menikmati bacaan ayat suci Al-Qur'an surat aL-waqiah yang dibacakan Nizam. Walaupun sayup-sayup, Aila tetap mengiring bacaan Nizam dalam hati.
Aila bangga pada Nizam, dengan profesi dokter dan dosen seperti itu dia masih menyempatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Terutama sholat Dhuha. Padahal kebanyakan orang, akan meninggalkan ibadah wajib sekalipun dengan dalih sibuk. Astaghfirullah ....
Setelah bacaan Al-Qur'an Nizam selesai, Aila membuka matanya. Lalu berdoa karena tadi dia belum sempat berdoa. Dalam doanya Aila kembali mengucap syukur pada Allah atas segala kebaikan yang diberikan Allah SWT padanya.
Usai melaksanakan sholat, Aila memasang kaus kaki dan handshock sebelum melipat mukena. Setelah memasang kembali hijabnya, Aila beranjak untuk keluar dari mesjid. Sekarang waktunya menemui Buk Runi.
Aila tersentak kaget melihat Nizam berdiri di depan mesjid. Dengan dua tangan yang terselip di saku celana, Nizam menatap lurus ke depan dengan posisi membelakanginya. Postur tubuh Nizam yang bagus membuat siapa saja terpesona. Aila segera beristighfar. Kalau dulu dia bisa terang-terangan memandang , sekarang tidak. Berapapun terpesona Aila, dia harus mengalihkan pandangan. Begitulah lah seharusnya muslimah. Menahan pandangan dari hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilihat. Termasuk memperhatikan si Dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumusalam Aila ✓
Spiritual[SAKUEL ASSALAMUALAIKUM NIZAM] "Bisa kita perbaiki ini dari awal?" Aila refleks menoleh cepat dengan mata terkejut. "Zam ...." "Aku ... aku mencintai kamu." Djuarr!! Tangis Aila pecah, hatinya ngilu. Terlambat Nizam, kenapa baru sekarang? Delapan ta...