Terima kasih Nizam untuk semuanya, terima kasih telah menyadarkanku arti terlalu berharap, terima kasih atas luka dan sakitnya. Aku pergi. Assalamualaikum Nizam...
Ooooo
"La, kamu pucat gini ngajak aku ketemu?"
Revita geleng-geleng kepala. Sedetik kemudian gadis itu berdiri dan memegang tangan Aila mengajak gadis itu pulang.
"Sekarang aku anterin pulang. Kamu harus istirahat. Nggak lucu kali La kamu sakit dua hari lagi kamu nikah."
Tes
"La? Aku salah ngomong ya. Laz kok nangis sih La? Aku minta maaf ya." Panik bukan main, saat Revita melihat air mata Aila meluncur mulus begitu saja. Revita kembali duduk di tempatnya dan menggenggam tangan Aila yang kini makin terisak. "La, maafin aku. Jangan nangis La."
"Re ...."
Aila mendongak dengan mata yang telah basah. Ia menggeleng pelan seraya mengigit bibir bagian bawahnya. "Pernikahan itu ...."
Melihat tatapan sendu milik Aila membuat Revita kini merasakan sesuatu telah terjadi. "Pernikahan kamu kenapa?"
"Re ... Nizam membatalkan pernikahan itu."
Deg!
Mata Revita membulat sempurna. Kaget luar biasa. Sedetik kemudian Revita mencak-mencak karena Kesal. "Calon kamu ish ngeselin banget. Dua hari lagi pernikahan kalian. Itu cowok nggak bisa mikir ya?!"
Isakan yang kembali terdengar dari bibir Aila membuat Revita bangkit dari duduknya dan memeluk erat sang sahabat.
"La ...."
"Apa alasan dia? Padahal ..." Revita menghela nafas. Tangis Aila yang menjadi membuatnya urung kembali bicara. Jika bertanya tentang alasan itu membuat Aila semakin sedih, Revita lebih memilih meredam keingintahuannya. Kasian Aila yang pasti tertekan jika pertanyaan itu diajukan untuknya.
"Kalau kamu nggak kuat nggak usah cerita, La." Revita mengusap lembut punggung Aila yang bergetar. Beruntung kafe langganan mereka kali ini begitu sepi. Jadi tidak akan ada yang heran.
"Dia mencintai gadis lain dan dia ..." Aila terisak, bibirnya bergetar* "Dia udah janji udah menikahi gadis itu."
"Innalillahi ... Ya Allah ... emang benar-benar rasanya aku pengen buang itu laki-laki ke lubang buaya." Nafas Revita memburu, dia menghela nafas.
"La sabar ya. Ambil hikmahnya aja. Allah mungkin lagi bilang kalau Nizam berarti bukan jodoh kamu."
Bukannya berhenti menangis, tangis Aila kian menjadi. Ya Nizam memang bukan jodohnya dan bukankah Aila kemarin sudah jelas bilang dia akan melupakan Nizam. Berat, memang sangat berat. Saat hatinya sudah mempercayai Nizam seutuhnya, hatinya harus meredam banyak luka saat rasa percaya itu mengkhianatinya.
"La tahzan Ukhty ... berarti Allah lagi nyiapin jodoh terbaik buat kamu la. Mungkin hikmahnya jika kamu jadi nikah sama dia, mungkin kamu akan terluka karena hatinya bukan buat kamu. Mungkin aja jodoh kamu nantinya malah yang membuat kamu bahagia dan nggak mau sama sekali membuat kamu terluka."
Revita melepaskan pelukannya. Matanya menatap Aila dan tersenyum manis. "Udah dong jangan sedih. Udah ya? Lupain Nizam. Pokoknya ntar kita have Fun biar kamu lupa. Oke?"
Tangis Aila berhenti. Gadis itu tersenyum tipis walau pancaran matanya masih sendu. Paling tidak Revita berhasil mengalihkan dunianya tentang Nizam. Itu yang Aila butuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumusalam Aila ✓
Espiritual[SAKUEL ASSALAMUALAIKUM NIZAM] "Bisa kita perbaiki ini dari awal?" Aila refleks menoleh cepat dengan mata terkejut. "Zam ...." "Aku ... aku mencintai kamu." Djuarr!! Tangis Aila pecah, hatinya ngilu. Terlambat Nizam, kenapa baru sekarang? Delapan ta...