Tidak perlu menjauh dari seseorang karena masa lalu, jangan membenci karena masa lalu. Karena dia merupakan pelajaran berharga akan suatu masa yang akan kamu syukuri keadaannya
Wa'alaikumsalam Aila
Sejak kehamilan Aisya, Nizam begitu posesif. Anak pertama membuatnya wanti-wanti. Bahkan Aisya tak dibolehkannya kemana-mana tanpa dirinya. Kadang membuat Asiya kewalahan. Suaminya terlalu berlebihan. Seperti sekarang ini, baru langkahnya menuruni tangga, Nizam heboh dari bawah.
"Aisya!! Diem di situ."
Aisya terdiam, menepuk jidatanya. Nizam melangkah cepat hingga sampai di sampingnya. Setelahnya, sang suami menuntutnya jalan dengan baik. Aisya geleng-geleng kepala. Baru hamil enam minggu. Aisya pastikan hingga kandungannya sembilan bulan ke depan, ia akan mendapat sikap posesif suaminya.
"Mas, aku pasti jalan hati-hati."
"Selama ada aku, harus dengan aku," kekeuhnya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Nizam begitu mereka sampai di Sofa.
"Nyamperin, Mas."
"Ngapain?"
Bibir Aisya mengerucut kesal. "Kangen ...."
"Baru Mas tadi dari atas."
Aisya tak menjawab. Tiba-tiba dipeluknya Nizam dengan erat. "Ana uhibukki Fillah, sayang." Nizam terkekeh. Memeluk istrinya erat. Memang sejak seminggu yang lalu, istrinya begitu manja dan selalu ingin dekat dengannya. Efek kehamilan Aisya.
"Anak Abi di dalam kangen Abi ya?"
"Uminya juga."
"Hari ini mau ngapain?"
"Dekat-dekat kamu."
"Nakal ya." Nizam tersenyum, membelai lembut kepala Aisya yang ditutupi hijab. Aisya tersenyum, memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami. Harum mint dari Nizam kian membuatnya nyaman.
"Mas?"
"Iya sayang?"
"Keluar yuk!"
Nizam melepas pelukan mereka, menatap istrinya dengan lembut. "Kemana hmm?"
"Jalan-jalan," pintanya manja.
"Jalan-jalan ke mana?"
"Terserah."
"Kok terserah?"
"Yang penting jalan-jalan sama kamu."
"Kalau gitu jalan-jalan di rumah aja."
Aisya bergerak menjauh, menatap suaminya kesal. "Itu bukan jalan-jalan."
"Kan sama aku."
Aisya menekuk wajahnya, badannya lalu berbalik dengan pipi menggembung. "Nyebelin."
Nizam terkekeh. Langkahnya mendekat untuk memutus jarak. Kedua tangannya lalu melingkar diperut Aisya dan kepalanya bersandar di bahu kanan sang istri. "Apapun maumu pasti aku turuti sayang," bisiknya lembut.
Aisya tersenyum lebar. Berbalik badan memeluk Nizam kembali. "Terima kasih sayang."
Nizam tersenyum. "Iya sayang."
"Ya udah yuk! Aisya udah rapi." Aisya melepas pelukannya. Menarik tangan Nizam dengan senyum lebar.
"Aku belum siap-siap."
"Gak apa-apa, suami Aisya udah ganteng."
Nizam tersenyum lebar. "Walaupun bau tetap ganteng?"
"Kamu wangi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumusalam Aila ✓
Spiritual[SAKUEL ASSALAMUALAIKUM NIZAM] "Bisa kita perbaiki ini dari awal?" Aila refleks menoleh cepat dengan mata terkejut. "Zam ...." "Aku ... aku mencintai kamu." Djuarr!! Tangis Aila pecah, hatinya ngilu. Terlambat Nizam, kenapa baru sekarang? Delapan ta...