#Part 37 Kecewa

11.3K 1K 51
                                    

Tangismu memilu
Nyatanya itu salah kamu
Kamu tahu?
Alur waktu tak akan berjalan seperti yang kamu mau

-Wa'alaikumsalam Aila-

°°°°

Seorang laki-laki tampan berdiri dengan ujung rambut yang masih basah oleh air wudhu, kedua lengannya tersingsing rapi serta jas kebanggaan yang tengah menggantung di salah satu lengannya. Walaupun sudah mempunyai istri, daya tarik laki-laki itu tak pernah hilang dari kaum hawa yang melihatnya.

Nizam Alfaiq Ikram melirik jam tangannya sekilas lalu beralih ke pintu masuk masjid perempuan. Dia tengah menunggu Aisya keluar dari sana. Tadi, Nizam sudah mengirim pesan untuk sang istri bahwa dia akan menunggu di depan masjid selepas sholat isya.

Sementara itu, Aisya berdiri dengan gelisah dibalik pintu masjid perempuan. Matanya mengintip sedikit sang suami yang masih menunggu. Aisya, untuk sebentar enggan bertemu dengan Nizam. Wujud kemarahannya pada suaminya itu.

Aisya sudah tahu semuanya. Tentang masa lalu Nizam, tentang janjinya pada wanita lain, tentang pernikahan yang batal dan semua tentang Aila. Semuanya sudah jelas diberi tahu oleh laki-laki bernama Vano.

Aisya menghela nafas lelah. Bukan Ingin menjadi istri durhaka, Aisya hanya saja kecewa. Kenapa? Ia merasa jahat, Aisya juga perempuan. Aisya jelas tahu bagaimana hancurnya wanita bercadar bernama Aila itu.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Dokter Nizam belum pulang?"

Aisya menghela nafas lega. Kini Nizam terlibat perbincangan yang sepertinya singkat dengan Dokter lain. Ini kesempatannya, berlari cepat dari sana dan segera naik taxi di depan Rumah Sakit.

Nizam tersenyum, menjabat tangan Dokter Arif. "Dokter Arif. Oh iya saya sedang menunggu Istri saya. Dokter Arif sendiri?"

Langsung Aisya terburu-buru memasang sepatunya, sekilas melirik Nizam, takut laki-laki itu melihat ke belakang. Setelah selesai, Aisya berjalan mengendap-endap ke samping mushola.

"Ah iya, saya mau pulang. Kalau begitu saya duluan Dokter."

"Iya Baik, Dok." Nizam tersenyum, mengangguk.

"Oh iya, saya tadi melihat istri Anda lewat samping mushola," ucap Dokter Arif yang tadi memang melihat Dokter Aisya. Nizam seketika menoleh ke belakang, keningnya mengerinyit heran.

"Oh iya baik. Terima kasih Dok. Saya permisi juga."

Setelahnya Nizam berjalan cepat ke samping mushola. Bisa dilihatnya sang istri yang berjalan menjauh menuju gerbang Rumah Sakit.

"Aisya!"

Aisya menoleh kaget.  Nizam tiba-tiba sudah berada di belakangnya dan lebih kaget ketika ia ketahuan. Segera, ia kembali menghadap depan, berjalan terus tanpa mengindahkan panggilan sang suami.

"Aisya tunggu Mas!"

Nizam kini memilih berlari. Tidak biasanya Aisya mengabaikannya seperti ini. Ia merasa ada yang terjadi, tapi apa? Memang tadi siang mereka tidak makan siang bareng, karena kata Dokter lain Aisya mengobati pasien kritis.

"Aisya!"

Tangan mungil itu tertangkap. Nizam segera membalikkan badan Aisya dan menatap gadisnya yang tengah menunduk.

"Sya kenapa?"

Aisya menggeleng pelan tanpa mendongak.

"Kenapa kamu nggak berhenti?"

Wa'alaikumusalam Aila ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang