Flash back
Sebulan yang lalu
Bandara Soekarno-HattaAila terduduk diam di kursi tunggu di ruangan waiting room. Sambil menunggu pengumuman untuk masuk, Aila melamun menatap ke luar jendela. Arah matanya memang ke sana, tapi tidak dengan pikirannya yang kini menerawang.
Sekeras apapun Aila melupakannya, tanggal yang sudah di lengket luar kepala sebulan ini tetap saja menyiksanya hingga kini. Hari ini, tepat hari yang seharusnya menjadi pernikahannya.Ruang hati dan pikiran memang susah diajak berkompromi. Berusaha melupakan hari ini, tetap saja pikiran itu merekam kalimat sekarang seharusnya hari pernikahannya -secara berulang-ulang.
Aila menghela nafas panjang. Hatinya masih basah akan luka yang masih terasa, sesak itu kembali menyiksa bersama ingatan ucapan Nizam yang membatalkan pernikahan mereka dan laki-laki itu mencintai gadis lain.
Tes
Bukan hanya luka, sekelabat memori bahkan mencipta tangis. Aila terisak, ada harapan yang dia inginkan. Aila Ingin melupakan ini semua. Semua ini benar-benar buat hatinya tersiksa. Lukanya seolah menolak tertutup. Ia harus apa?
Berat. Katanya bertekad lupa. Tapi apa. Hingga kini dia masih terbelenggu pada ini semua. Melupakan itu sulit, memang sangat sulit. Apapun caranya semua yang terjadi dan membekas ke hati tak akan mau beranjak, seolah dia memang sengaja datang untuk menggores sedikit cerita kehidupan.
"Loh Aila?"
Aila tersentak, buru-buru menghapus air mata yang mengalir turun sebelum menoleh.
"Aila mau kemana, Nak?"
"Umi?"
"Kamu mau ke mana sayang?"
Aila diam, menatap Umi Aisyah yang kini mengerinyit bingung.
"Aila?
"Aila ... mau ke Kairo, Mi."
"Loh bukannya Aila sekarang mau nikah?"
Kalimat 'bukannya sekarang mau nikah' Itu kini menggema di pikirannya. Aila menunduk. Lagi, air matanya mengalir turun. Bagaimana mau melupakan jika pertanyaan ini saja begitu melukai?
"Aila kenapa nangis?"
Umi menelungkupkan kedua tangannya di pipi Aila hingga dia kembali menatap umi. Aila tersenyum tipis, mengeleng. "Nggak kok mi, Aila nggak apa-apa."
"Kamu tahu hukum berdusta bagaimana, 'kan?"
Tes
Pelukan hangat langsung mendekapnya. Aila menangis dalam diam.
"La tahzan Aila. Kalau berat nggak perlu cerita, Nak."
"Umi ... Aila, Aila batal menikah."
Satu kalimat yang meluncur dari mulutnya membuat Umi Aisyah sontak melepaskan pelukannya. "Innalihi. Apa yang terjadi?"
"Calon Aila membatalkannya, Mi," lirihnya tak kuasa.
"Ya Allah, Aila yang sabar ya?"
"Iya Umi."
"Jadi, Aila mau ke Kairo karena ini?"
"Umi Aila berniat melanjutkan S2."
"Aila niat kamu melarikan diri dari masalah, bukan ingin melanjutkan kuliah."
"Umi ...."
"Melupakan masalah dengan cara pergi sejauh mungkin bukan solusi yang tepat, Nak. Di mana pun Aila berada, menghapus ingatan nggak semudah membuat kenangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumusalam Aila ✓
Spiritual[SAKUEL ASSALAMUALAIKUM NIZAM] "Bisa kita perbaiki ini dari awal?" Aila refleks menoleh cepat dengan mata terkejut. "Zam ...." "Aku ... aku mencintai kamu." Djuarr!! Tangis Aila pecah, hatinya ngilu. Terlambat Nizam, kenapa baru sekarang? Delapan ta...