"Ya Allah."
Deru nafas yang memburu bersama wajah penuh ketakutan itu membuat sepasang mata langsung tertuju padanya. Rifqi menggeleng cemas. Beristighfar.
"Mas?"
Kepalanya mendongak. Melihat istrinya sedang duduk bersandar dengan putra mereka dalam dekapan membuatnya segera memeluk dan mencium Aila berkali-kali.
Rifqi menangis. "Terima kasih."
Hanya mimpi. Tidak dapat ia deskripsikan bagaimana kehancuran hatinya jika semua itu benar-benar terjadi. Rifqi mengucap hamdallah berkali-kali membuat Aila heran.
"Mas kok nangis?"
Rifqi tersenyum dengan gelengan kecil. "Sekali lagi terima kasih, Sayang."
"Mas Mimpi buruk ya?"
Rifqi tidak menjawab. Hanya balas tersenyum. Kini tangannya mengusap lembut puncak kepala Aila. "Kamu kapan sadar?"
"Satu setengah jam yang lalu. Mas kelelahan ya? Sampai ketiduran gitu abis subuh."
"Gak sayang, gak tahu sampai ketiduran gitu. Tapi kamu gak ada yang sakit atau apa-apa kan?" tanyanya khawatir.
Aila tersenyum. "Kata Dokter tubuh Aila cuman kelelahan. Jangan khawatir sayang, Aila gak apa-apa." Aila tersenyum simpul lalu melirik putranya yang tidur dengan tenang. "Apalagi habis lihat si kecil."
Rifqi tersenyum lega. Menghapus air matanya dan menatap gemas putra mereka. Persis seperti mimpinya. Mata dan hidung jagoannya mirip dia, bibir mungil sedikit pink mirip Uminya, pipi putra kecil mereka gembul.
"Assalamualaikum sayang Abi." Rifqi mencium pipi gembul anaknya.
"Waalaikumsalam Abi," balas Aila pelan.
"Mirip aku ya?"
"Iya, Bi. Mirip Abi."
"Tidurnya adem mirip kamu."
Aila tersenyum malu.
"Tadi udah Mas Adzan, kan?"
"Sudah sebelum subuh."
"Alhamdulillah, lahir hari jumat ya, Mas."
Rifqi mengulum senyum, mengangguk. Tatapannya memperhatikan wajah berseri Aila yang mencium mujahid mereka berkali-kali.
"Kita kasih nama siapa, Mas?"
"Al-Yusuf Luthfi Haaziq, bagaimana?"
Mata Aila berbinar. "Panggilannya?"
"Yusuf?"
"Masya Allah bagus Mas namanya.
" Yusuf anak Umi." Aila mendekat putranya dengan bahagia. Rifqi tersenyum, merangkul Istrinya.
"Semoga jadi anak sholeh, cerdas dan terampil, baik hati, ramah, sehebat dan setampan nabi Yusuf ya sayang Abi."
Aila mengaminkan dengan perasaan bahagia yang membuncah, ditatapnya Rifqi dengan senyum yang tidak pernah luntur, kini keluarga mereka jadi keluarga kecil yang lengkap dengan seorang anak.
Beribu-ribu syukur ia ucapkan kepada Allah, atas kebahagian yang tidak pernah ia sangka. Mendapat suami yang baik dan perhatian, mencintainya dengan sabar dan begitu sholeh. Sangat idaman untuk perempuan.
Semakin lengkap ketika hadir buah hatinya. Al-Yusuf Luthfi Haaziq. Terima kasih, Nak.
"Assalamualaikum ...."
Perhatian mereka sontak beralih pada pintu yang dibuka. Ali dan Ariana masuk bersama Adra dan Via. Senyum mereka mengembang.
Bunda dan Ayah sudah ada di sini sejak ia melahirkan tadi, namun setelah subuh pulang sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumusalam Aila ✓
Spiritual[SAKUEL ASSALAMUALAIKUM NIZAM] "Bisa kita perbaiki ini dari awal?" Aila refleks menoleh cepat dengan mata terkejut. "Zam ...." "Aku ... aku mencintai kamu." Djuarr!! Tangis Aila pecah, hatinya ngilu. Terlambat Nizam, kenapa baru sekarang? Delapan ta...