Intro;

10.7K 672 11
                                    

Ruangan itu luas, warna temboknya paduan cream dan kelabu, berhias beberapa figura berukuran besar memamerkan segenap indah dalam bentuk sebuah wajah, di dinding bertebaran replika album musik, puluhan manekin berjejer menggunakan style panggung ataupun selembar kain tipis mahal yang pernah digunakan pada video musik. Mampu menjelaskan secara gamblang bahwasanya kejayaan nyata terlihat pada tiap-tiap hal kecil ataupun besar yang ada di ruangan ini.

Dunia berjalan sangat cepat. Jika melihat kembali dengan teliti barang-barang diruang museum miliknya, Jennie sungguh tidak mampu melawan kerja syaraf otaknya yang tanpa dikomando menyulam benang kenangan.

Bahkan dari sejak duduk di bangku sekolah, Jennie sama sekali tidak tertarik untuk menjadi seorang penghibur di televisi, meski mencintai alunan lagu juga gerakan tubuh tak juga membuatnya tertarik menjadi 'idol' seperti impian gadis Korea kebanyakan. Namun entah bagaimana takdir malah berpihak pada sebuah situasi ambigu yang bahkan setelah bertahun-tahun terlewati bagi Jennie masih sulit untuk ditelaah arti.

Sepuluh tahun berhasil membawa namanya pada puncak sukses yang tak pernah dibayangkan, satu tahun awal Jennie berhasil mengambil segenap hati warga Korea dengan suara merdu yang khas pun wajah cantik lengkap dengan pancaran mata memikat, tiga tahun setelah debut Jennie berhasil menyentuh Asia, dan tujuh tahun mampu membuat ia dijuluki diva dinegaranya.

Menyenangkan? Tentu. Akan tetapi taukah dunia diantara ketiga titik besar yang cukup berpengaruh besar pada kebahagiaannya ada juga luka berderai air mata. Public tidak selalu mengagumi, penggemar serta orang luar selaku penasaran dengan hal pribadi, begitu juga dengan tekanan mental yang harus ditampung Jennie selama kariernya anjlok.

Jennie sudah cukup puas.

Maka dari itu, hari ini, diruangkan yang jadi saksi bagaimana proses namanya berkibar menjelma bertambah besar, Jennie duduk di sofa halus berwarna biru terang, dengan dress biru safir berlengan panjang serta surai hitam legam yang tergerai.

Bersamaan dengan pendar merah pada kamera itu menyala, detik itu juga Jennie lagi-lagi berhasil menyapu bersih ragu yang sempat hadir dihatinya. Mencipta garis lengkung menyampingkan fakta bahwa pengambilan gambar kali ini merupakan dokumentasi terakhir.

Ia memutuskan untuk berhenti.

Pertanyaan demi pertanyaan mengalir, dan Jennie menjawabnya dengan lancar, serasa tak sabar melepas beban dari bongkahan batu besar. Hingga tiba dimana detik mengambil udara serasa lebih lambat bagi Jennie selepas rungunya menangkap sebuah tanya.

"Jika ditanya tentang kapan waktu terindah yang pernah ada di dalam hidupmu, apa yang akan kau jawab?"

Jennie sebenarnya tidak sama sekali bingung harus menjawab apa, ia bahkan bisa berucap dengan yakin. Namun, perihal bahagianya, Jennie tidak merasa pantas bercerita.

"Hmm. Saat terindah dalam hidupku?" Jennie tampak berpikir. "Aku tidak yakin, namun mungkin, pada musim semi beberapa tahun yang lalu, saat aku masih menjadi siswi sekolah menengah atas."

Tetapi arahan sutradara yang memberikan sinyal untuk melanjutkan kata-katanya. Jennie berdehem tak enak sebelum kembali berucap, "Ini seperti bukan diriku, aku tak pernah bisa bercerita tentang ini pada orang lain jadi..."

Sutradara wanita itu tersenyum maklum. "Tak apa kalau terlalu berat untuk dijawab. Kita ke pertanyaan selanjutnya saja. Bagaimana jika ditanya sebaliknya, kapan waktu terburuk yang pernah kau lalui?"

Pertanyaan ini bahkan lebih sulit dijawab.

"Hmm. Kupikir semua orang akan mengatakan hal yang sama denganku. Waktu terburuk bagiku adalah saat aku kehilangan."

Jennie diam beberapa detik, semua orang butuh waktu untuk menyiapkan hati jika harus membuka luka lama bukan?

"Saat ibuku pergi dari dunia, saat itu aku masih sangat muda dan kehilangan sosok terpenting membuatku hilang arah, mulai saat itu aku berubah, dari sifat maupun sikap. Dari berubahnya sikapku lalu aku kehilangan sahabatku."

"Dan kupikir aku sudah mulai terbiasa dengan kata-kata itu, 'kehilangan'. Hingga pada saatnya aku sadar, aku tak akan pernah terbiasa untuk kehilangan. Puncaknya, masih sama dengan konten pada jawaban di pertanyaan sebelumnya. Pada akhir musim semi pada tahun yang sama. Aku kehilangan dia, bahagia di delapan belas ku yang pertama."

Sejemang Jennie menarik sudut bibirnya tipis, sebelum menunduk guna menyembunyikan sendu.

"Jadi apa kini bahagiamu telah kembali?"

"Dia terlalu marah, keras, dan aku harus sangat berjuang untuk meraihnya."

———

EngIngEng!!!

Yorobunn baksuuuu!!!

Gak paham deh! Aku kalo buat prolog pasti kayak nggak oke gitu. Kurang bikin penasaran kan? Tapi daripada ngendap terlalu lama sedangkan aku belum tau harus ngerevisi seperti apa jadi lebih baik aku publish langsung saja.

Ceritanya udah pada dewasa, usia Jennie diprolog bisa diliat udah 27, itu berarti Tae 29. Jennie jadi artis loh.

Kalo falling for him adalah perjuangan Taehyung membuat Jennie bersedia jatuh cinta. Me after him adalah kebalikannya, Jennie berjuang membuat Tae kembali, menyelesaikan perasaan yang sudah dimulai sejak SMA dulu.

Dan kali ini, berhubung mereka sudah dewasa, author juga sudah lumayan tua, genre teenfic di cerita pertama nggak akan bertahan. Me after him akan bergenre young adult :) jadi buat kalian pembaca yang masih dibawah umur, simpen aja storynya di perpustakaan, ntar dibaca pas umur 19. Hehe enggak deng. Enggak semua partnya berhubungan dengan hal-hal dewasa kok, dewasa disini juga karena kemungkinan kata-kata kasar, kekerasan dan juga pembahasan serta bahasa yang anak remaja kebawah belum boleh denger. Tetapi aku benar-benar minta buat yang masih dibawah umur untuk jangan bandel kalo liat palang 🔞 lebih baik skip aja. Atau kalau memang enggak suka cerita begini aku dengan ikhlas melepas kamu buat pergi dari lapak ini.

Perjuangan Jennie ini mungkin akan membuat kalian lebih miris dan geregetan dengan Taehyung, lebih dari badass-nya Jennie ke Taehyung dulu.

Tapi tetep, manis. Karena aku suka yang manis manis.

Oke, so that's the prologue. I hope you guys enjoy the story. Tolong dinantikan part pertamanya ya chingu :). Thanks bae.

Follow me esteifa

Me After Him✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang