Taeyong percaya akan istilah 'roda kehidupan', ia percaya bahwa semua manusia di muka bumi ini akan mengalami masa dimana ada kebahagian juga masa dimana ada kesedihan. Hidup itu seperti roda, akan terus berputar seiring waktu dan bersifat tidak kekal.
Taeyong juga percaya pada yang namanya takdir, sesuatu yang tidak diketahui oleh siapapun bahkan orang paling jenius sekalipun. Garis hidup yang dibawa sejak lahir hingga pulang kembali ke pangkuan-Nya.
Taeyong percaya itu, selama dua puluh delapan tahun menjalani kehidupan, banyak hal yang sudah pernah dilewatinya dan ia berhasil untuk tetap tegar. Berdiri kokoh di tengah tiupan badai karena ada Jung Jaehyun di sisinya.
Hanya saja, entah kenapa, di detik ini Taeyong seakan merasa menyerah pada takdir. Ia seolah menjadi lemah hanya dalam sekejap mata, kekuatannya pergi jauh, tidak tersisa dan membiarkannya jatuh dalam kubangan rasa sakit yang menyiksa.
Apa yang telah ia perbuat di kehidupan terdahulu hingga ia menemukan takdir semenyakitkan ini?
Ia tidak kuat, sungguh demi apapun Taeyong ingin menyerah. Ia ingin pergi sejauh mungkin menyembunyikan diri, tetapi melihat kembali binar mata suaminya yang memancar hancur kesakitan, sekali lagi ia merasa tidak berdaya.
Taeyong terlalu mencintai Jaehyun, hingga sampai di titik dimana ia bahkan rela jika Jaehyun menyuruhnya mati.
🍭🍭🍭🍭🍭
Seharian ini hujan turun begitu deras, awan mendung berisi kilatan petir seakan memberi tanda jika ia sedang tidak baik-baik saja.
Udara yang turun sangat drastis, tak sedikit membuat orang lebih memilih untuk menghangatkan diri di dalam gelungan selimut dengan ditemani secangkir coklat panas. Sebagian toko terlihat tutup lebih awal karena cuaca yang tidak kondusif, ingin segera pulang begitu perkiraan cuaca di televisi mengatakan hujan akan terus turun hingga besok pagi.
Pengecualian untuk Jung Taeyong.
Di bawah guyuran hujan, tiupan angin yang menyakitkan serta terjangan badai, ia duduk di sebuah bangku besi dekat tepian sungai Han.
Tidak memakai payung dan hanya dilapisi sebuah mantel berwarna coklat yang kini juga sudah basah kuyup. Membiarkan tubuhnya mati perlahan menggigil dan bibirnya yang membiru.
Tidak ada seorang pun yang tau jika kini sesungguhnya ia tengah menangis, menyesali takdir kehidupan rumah tangganya yang seperti ini. Merasakan ketidakadilan akan apa yang ia dapat sekarang ini.
Rasa dingin yang perlahan mulai merengut kesadarannya tidak sebanding dengan rasa sakit hati yang ia rasakan sekarang. Jauh berbeda dan sialnya ia tidak tau bagaiman cara mengobatinya.
Taeyong terisak semakin keras, memutuskan berteriak sekencang-kencangnya di hadapan genangan air di Sungai Han. Meluapkan perasaan sesak yang sejak tadi tidak mau hilang dan semakin mengganggu.
Ia menangis, seorang diri dan menjadikan Sungai Han sebagai pelampiasan. Untuk sekali saja, bisakah ia bersikap egois dengan pergi meninggalkan Jaehyun tanpa harus merasa terbebani?
Karena, di detik ini Taeyong ingin menyerah akan hidupnya.
🍭🍭🍭🍭🍭
Semangkuk sup jagung, potongan buah juga segelas susu hangat terlihat berada di atas nampan makanan yang dibawa Jaehyun.
Pria dewasa itu mendorong pintu kamar sangat pelan, takut menganggu istrinya yang ternyata tengah melamun di pinggiran tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Cotton Candy!
Fanfiction[Marriagelife] [Romantic] Tentang Jung Jaehyun dan gumpalan permen kapas kesayangannya. 30/3/2019 ©yudiaaa