"Usia kandungannya sudah masuk minggu kedelapan belas, dan sesuai harapan, bayinya tumbuh dengan sangat baik"
Satu-satunya perempuan di ruangan persegi itu tersenyum senang, mengelus lembut perutnya yang mulai membesar dan merasakan detak jantung sang buah hati di dalam sana.
Hatinya menghangat.
Diam-diam menanti hari dengan tidak sabar untuk segera bertemu separuh jiwanya.
Sesosok laki-laki manis ikut menyunggingkan senyum sumringah, matanya berkilat haru menatap tampilan layar monitor yang menunjukkan segumpal daging yang sudah mulai berwujud manusia.
Ya Tuhan.
Betapa ia ikut merasakan euforia menanti sang buah hati, walaupun dalam konteks disini bukan dialah yang mengandung.
Itu anaknya.
Iya, anak itu juga anaknya.
Dia akan menjadi ibu sebentar lagi.
Dan dia tidak bisa membendung perasaan campur aduk yang menyerang dada kirinya saat ini. Sudut matanya berair, hatinya membuncah senang, berdetak menari-nari lalu membawanya terbang tinggi dalam segenggam harapan.
Harapan untuk bisa menjadi seorang ibu yang baik bagi anaknya kelak.
Harapan di suatu hari di masa depan untuk bisa mengandung anaknya sendiri. Untuk bisa ikut merasakan detakan jantungnya dan perubahan tubuhnya yang mengembang.
"A-aku...." ia tergugu, tidak sanggup berkata lebih lanjut, "aku ingin mendengar detak jantungnya"
Pria berjas dokter itu tersenyum tipis, maklum, ikut merasakan apa yang dirasakan Taeyong hanya dengan melihat kedua tangannya yang bergetar kecil.
Ia memasangkan alat pendengar ke telinga Taeyong, membiarkan lelaki itu menangis haru begitu suara detakan jantung menyelusup masuk menyapa indra pendengarannya.
Dia menangis.
Ini terlalu sensitive untuk Taeyong, ia tidak mampu menampungnya. Ini terlalu-
"Sudah, jangan menangis" Jaehyun mendekat ke arah sang istri, memeluk punggung kecilnya yang bergetar lalu mengecup puncak kepalanya. Tidak tega juga melihat istrinya menangis tersedu-sedu padahal dalam realitanya bukan dialah yang mengandung.
"T-tapi hubby...ini-....aku-"
"Hm, aku mengerti. Sudah ya? Berhentilah menangis" ujarnya lembut.
"Aku sudah memberikan resep vitaminnya, nanti tolong di tebus ya" ucap sang dokter sembari merapikan alat cek kahamilan. Membantu Chaeyeon turun dari ranjang lalu menuntun perempuan itu untuk duduk.
"Dok, Chaeyeon sebentar lagi akan lulus kuliah dan wisuda, kami akan pergi ke New York untuk beberapa hari, apakah tidak beresiko?"
"Kehamilan di atas tri semester pertama sudah bisa dikategorikan kuat, hanya saja nona Chaeyeon tidak boleh terlalu lelah, saya akan menambah beberapa pil penguat untuk dikonsumsi setiap hari"
Taeyong dan Chaeyeon mengangguk mengerti, sementara Jaehyun hanya diam saja menyimak.
"Terima kasih dok"
"Sama-sama, jadwal chek up berikutnya sebulan lagi. Pastikan menjaga kandungannya dan rutin minum vitamin, sampai jumpa"
Ketiganya berpamitan sebelum keluar dari ruang chek up, berjalan beriringan di koridor rumah sakit dengan Taeyong berada di tengah. Lengan kanan Taeyong digapit erat oleh Chaeyeon sementara tangannya yang kiri digenggam oleh Jaehyun.
"Oppa terima kasih sudah merawatku dengan baik selama ini, aegi pasti tidak sabar bertemu dengan mommynya" Chaeyeon tersenyum manis, yang dibalas kekehan pelan dari sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Cotton Candy!
Fanfiction[Marriagelife] [Romantic] Tentang Jung Jaehyun dan gumpalan permen kapas kesayangannya. 30/3/2019 ©yudiaaa