"Sudah lama sekali sejak terakhir kita makan disini"
"Dan hebatnya lagi, bentuk rumah makannya tidak berubah sedikitpun. Aku makin merindukan masa-masa kita pacaran dan apa kau ingat? Tiap malam minggu kau pasti selalu mengajakku untuk makan disini"
Jaehyun menggangguk membenarkan sembari tertawa malu, tapi tak bisa dipungkiri mereka memang merindukan momen-momen jaman dulu yang sampai sekarang pun jika diingat berhasil membuat senyum mengembang seperti orang idiot.
"Kau ingat Tae waktu sepedaku mendadak kempes di persimpangan jalan sana dan kita berakhir terjebak hujan? Aku benar-benar tidak bisa melupakannya sampai sekarang" Jaehyun menyodorkan sesuap sup rumput laut di depan mulut Taeyong yang langsung disambut dengan semangat.
"Dan besoknya kita berdua sama-sama tepar terserang demam" Taeyong tertawa keras, nostalgia bersama sang suami jaman susah dulu.
Ia baru sadar, ternyata sudah selama itu ia menghabiskan waktunya bersama pria di hadapannya ini. Waktu memang begitu cepat berlalu tanpa peduli pada keadaan.
"Kau ingat waktu kita makan disini dan tidak ingat bawa dompet. Ya ampun, aku kadang masih sering tertawa jika mengingatnya" Jaehyun mengangguk sembari tertawa. Begitu senang mendapati istrinya tertawa lepas tanpa beban dan begitu semangat memceritakan kisah konyol mereka.
"Salahmu tidak bawa dompet, kan waktu itu jadwalmu yang traktir. Malah berakhir jadi asisten cuci piring dadakan"
"Itu lebih baik dibandingkan mendapatkan omelan, untung saja bibi Lee bilang tidak masalah karena katanya kita berdua ini lucu"
"Yah, aku merindukan bibi Lee"
"Aku tidak menyangka dirinya sudah meninggal setahun yang lalu, terakhir kali kita kesini kan dia masih baik-baik saja, hanya sedikit lebih kurus karena kelelahan"
"Umur tidak ada yang tau sayang" Jaehyun kembali menyuapkan sepotong ttepokkie pada Taeyong.
"Rasa masakannya sedikit berubah, tidak seperti punya bibi Lee"
"Kudengar anak keduanya yang mengambil alih rumah makan, mungkin dia ingin menciptakan rasa masakan yang sedikit berbeda" mereka kembali larut dalam pembicaraan seru hingga langit sepernuhnya berubah menjadi gelap.
Taeyong sengaja mengayunkan genggaman tangannya dan Jaehyun ketika mereka berjalan di sepanjang trotoar dekat sungai Han. Sengaja hari ini tidak ada kendaraan pribadi, semuanya dilakukan dengan jalan kaki.
"Jae, ingin itu" tunjuknya pada pedagang permen kapas di bawah pohon besar.
"Tidak boleh banyak oke?"
Masih sama.
Kata-kata itu selalu diucapkan Jaehyun dari dulu hingga sekarang ketika dirinya minta dibelikan permen kapas.
Keduanya memutuskan duduk lesehan di hamparan rumput pinggir sungai. Ada banyak orang yang juga menikmati waktu malam mereka bersama orang tersayang di pinggiran sungai ini.
Taeyong menyenderkan tubuhnya di atas dada Jaehyun, sibuk menghabiskan permen kapas dalam genggaman dan membiarkan tubuh kecilnya di dekap erat oleh sang suami.
"Mau Jae?" Tawarnya sembari menyodorkan sejumput permen kapas ke hadapan Jaehyun.
"Tidak, untukmu saja sayang"
Bagian ini juga masih sama. Selalu seperti itu jawaban Jaehyun, tidak pernah berubah.
"Semuanya masih terasa sama bagiku" ucap Jaehyun pelan seakan bisa membaca pikiran Taeyong.
"Hanya saja bagian yang berubah kau tidak lagi kekasihku, tapi istriku. Salah satu impian yang berhasil aku wujudkan"
Jung Taeyong mendadak tersipu malu, ia makin menenggelamkan diri di dekapan hangat suaminya. Kata apalagi yang bisa ia ucap selain bersyukur disatukan oleh orang seperti Jung Jaehyun?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Cotton Candy!
Hayran Kurgu[Marriagelife] [Romantic] Tentang Jung Jaehyun dan gumpalan permen kapas kesayangannya. 30/3/2019 ©yudiaaa