Bab 26 : Unstable Mindset

12.6K 1.3K 141
                                    

"Tidak apa-apa" satu-satunya kalimat penenang yang terus diucapkan Jaehyun ketika melihat istrinya mulai gelisah lagi.

"Tapi-"

"Jangan pikirkan apapun, dia merindukanmu, mana mungkin dia marah padamu sayang" Jaehyun mengelus pipi kiri Taeyong, tersenyum lembut untuk meyakinkan sang istri.

Taeyong mengangguk pelan, menghela napas panjang sebelum membuka pelan pintu kamar Mark. Anak itu sedang sibuk menggambar di lantai bersama bibi Kim yang mengawasi.

Perempuan paruh baya itu tersenyum begitu melihat majikannya terlihat ragu untuk masuk menghampiri Mark. Ia bangkit, mengucap permisi, memberikan ruang bagi Jung Taeyong meminta maaf pada sang putra.

"Baby" lirihnya halus tapi masih mampu menyita perhatian Mark. Bocah itu nampak terkejut mendapati ibunya sudah duduk tidak jauh darinya, ia melempar crayon di tangannya, melihat sekitar untuk mencari bibi Kim yang sudah menghilang entah kemana.

Hati Taeyong berdenyut nyeri melihat Mark yang sepertinya takut akan kehadirannya. Ia menahan diri susah payah untuk tidak menangis saat ini juga.

"Sayang" ia menggenggam lembut jemari mungil Mark, "maafkan mommy karena sudah membentakmu" air matanya pada akhirnya luruh juga tanpa bisa dicegah. Hati Taeyong itu selembut kapas, ia terlalu sensitive apalagi menyangkut orang-orang tersayangnya.

"Mark takut pada mommy ya?" Ia menunduk, tidak ingin memperlihatkan tangisannya di depan sang anak.

Mark hanya diam tidak menjawab. Hei, walaupun dirinya masih berusia tiga tahun dan belum mengerti apapun, tapi melihat mommy cantiknya menangis seperti ini di depannya ia juga tidak tega. Taeyong itu kelemahannya, ia begitu menyayangi mommynya melebihi sang Daddy, Haechan dan juga buah semangka. Sampai kapanpun nama Taeyong akan selalu jadi nomor satu di hati Mark.

Maka, bocah gembul itu merangkak perlahan mendekati Taeyong, bertumpu di leher sang ibu agar ia bisa berdiri untuk mengusap air mata Taeyong.

"Jangan menangis mom, nanti jelek" ucapnya polos, terus menerus mengusap pipi Taeyong walaupun pipi ibunya sudah kering dari air mata.

"Maaf?"

"Dimaafkan" ucapnya berusaha meniru gaya Taeyong ketika ia melakukan sebuah kesalahan dan meminta maaf pada ibunya. Ia tersenyum lebar hingga Taeyong tidak bisa menahan pekikan karena saking gemasnya.

"Kenapa lucu sekali hm?" Pinggangnya terus digelitiki hingga anak itu tertawa terpingkal-pingkal. Rasanya sangat lega mendapati Mark sudah kembali kepelukanya lagi, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk bisa lebih memgontrol diri kedepannya hingga Mark tidak lagi menjadi pelampiasannya.

"Mom?"

"Hm?"

"Boleh ini mom?" Tanyanya sembari memegang dada Taeyong, matanya mulai memerah karena kantuk dan untuk hari ini saja Mark ingin tidur sembari menyusu di gendongan mommynya.

Taeyong tersenyum lembut, "Everything for you, sayang"

Ia mulai mengangkat Mark lalu menimangnya di dekat jendela, tarikan hangat di sudut bibir kembali tampak ketika memperhatikan wajah sang putra yang mulai terlelap dalam dekapannya. Ia tidak menyangka kehadiran Mark dalam hidupnya bisa sebagini hebatnya memberikan pengaruh pada dirinya hingga ia pun tidak bisa mengendalikannya lagi.

Tangan mungil Mark terjulur memegang pipi sang ibu, menepuk-nepuknya hingga mengundang kekehan ringan.

Walaupun ia tidak bisa memberikan ASI pada Mark, tapi entah kenapa anak gembul itu selalu suka menyusu padanya. Taeyong ingat sekali, kala di masa Mark baru saja lahir ke dunia, ia butuh asupan makanan sedangkan ibu kandungnya Jung Chaeyeon sudah tidak ada. Taeyong menangis panik mencari jalan keluar, ia tidak ingin putranya kelaparan. Maka, jalan satu-satunya yang Taeyong serta Jaehyun ambil adalah meminta tolong pada Ten untuk bersedia menjadi pendonor ASI untuk Mark untuk sementara karena kebetulan sekali, Ten pada saat itu juga baru saja melahirkan anak keduanya, Haechan.

Ma Cotton Candy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang