Duapuluh empat

784 54 3
                                    

"Jodoh itu seperti kematian,tugas kita bukan merisaukan tapi memperhatikan"

🌹🌹🌹


"Aku mau tanya,boleh?" Zayn memulai pembicaraan.Mereka sedang berada diatas ranjang,menatap atap dengan posisi kepala Fatimah yang berada di lengan Zayn "Apa?" sahutnya,bola mata hitamnya mengarah pada Zayn.

"Aku tau kamu masih punya cinta masa lalu,aku tau hati kamu belum sepenuhnya buat aku" Fatimah mengerutkan keningnya,baru saja ia ingin membalas tapi Zayn kembali berujar "Jangan ngomong dulu." jeda.

"Tapi itu dulu,hari ini.Aku mau denger kamu bilang kalo kamu udah sepenuhnya milik aku" Zayn merubah posisinya menjadi duduk diikuti Fatimah,mereka berhadapan.Mata mereka bertemu,iris mereka saling menumbuk.Terkunci,mereka mengunci pandangan satu sama lain,enggan mempedulikan hal lain.

"Kaka,Fatimah sayang sama kaka.Sayaaang banget,Fatimah mau lupain David." Zayn menunggu kelanjutannya "Mulai hari ini,hati Fatimah sepenuhnya milik kakak.Fatimah juga mau kakak sepenuhnya jadi milik Fatimah,ya?" lanjutnya membuat Zayn tersenyum sumringah.

"Iya sayang" ujarnya lalu saling mendekap satu sama lain.

'Tok tok tok'

Seseorang datang mengganggu,siapa yang datang malam malam seperti ini.

"Aku aja yang buka,kamu pake kerudung kamu.Nanti nyusul ya" ucap Zayn yang dibalas anggukan oleh Fatimah.

"Waalaikumussalam" Zayn yang membuka pintu terkejut mengetahui siapa yang datang."Safira!? Kamu ngapain kesini malem malem?" Zayn bertanya terkejut."Siapa kak?" Fatimah datang dari arah belakang.

"Ini.." Zayn bingung menjelaskannya,ia membiarkan Fatimah melihat sendiri siapa yang datang "Kak Safira?" ujarnya menghampiri mereka yang berada di ambang pintu "Ayo masuk kak" ujar Fatimah ramah dengan senyum diwajahnya.

"Makasih" ujarnya balas tersenyum,Safira baru masuk beberapa langkah tapi sudah hampir terjatuh,untung Zayn masih sempat menangkapnya.

"Kamu gak papa?" Zayn bertanya khawatir,Fatimah yang melihatnya hanya bisa tersenyum "Aku– Al aku–" Safira pingsan "Safira! Bangun!" Zayn panik sendiri membuat ia melupakan Fatimah dan langsung membawa Safira keluar rumah.Memasukkan perempuan itu ke dalam mobilnya dan pergi.

Fatimah yang melihatnya sesak sendiri.

——

"Kak" panggil Fatimah menghampiri suaminya yang tengah berjalan mondar mandiri tidak jelas "Fatimah,maaf tadi aku langsung pergi" Zayn merasa bersalah,mereka sedang berada di rumah sakit.Didepan sebuah ruangan yang didalamnya Safira sedang diperiksa.

"Gak papa,aku tau kaka panik" Fatimah menyembunyikan sesak nya,memang benarkan? Zayn hanya panik tadi.

"Kamu tau kan Safira itu temen aku dari kecil,aku udah anggep dia kaka aku sendiri" Zayn mencoba memberi pengertian,Fatimah mengangguk tersenyum "Makasih sayang" ujar Zayn lagi mengelus puncak Fatimah.

Fatimah yang memutuskan untuk menyusul kesini setelah menghubungi Zayn tadi,jadi ia harus kuat.

Daun pintu terbuka memunculkan dokter yang baru selesai memeriksa Safira."Silahkan masuk" dokter mempersilahkan keduanya,mengajak mereka masuk untuk melihat kondisi pasien.

"Jadi begini" mereka berhenti disamping Safira yang sedang terbaring,ia sudah sadar "Selamat untuk anda pak" dokter menjulurkan tangannya mengajak bersalaman,Zayn menjabatnya.Tapi masih kebingungan,selamat? Selamat apa?

"Istri anda hamil,istri anda pingsan karena terlalu lelah saat kandungannya baru satu bulan" lanjut dokternya membuat keduanya sangat terkejut.

"Ah pak,saya bukan suaminya" Zayn memandang Fatimah datar "Al ini anak kamu" Safira berujar membuat dada Fatimah seperti di hujani ribuan panah yang menusuk.

"Gak usah bercanda gitu pak" dokter tertawa renyah, menepuk pundak Zayn pelan "Kalo gitu saya pergi dulu,permisi" ujar sang dokter lalu meninggalkan mereka bertiga.

"Safira,kamu apa apan sih?! Ini anak siapa?!" Zayn geram,masalahnya ada Fatimah di sana.Bagaimana kalau Fatimah percaya begitu saja?!

"Al,ko kamu jahat banget sih sama aku? Kamu udah berbuat kamu juga harus bertanggung jawab!" Safira berujar dengan nada tinggi.Fatimah hanya diam,menyaksikan keduanya berseteru.

Matanya sudah berkaca kaca,hatinya sesak.Fatimah pergi keluar ruangan menyisakan mereka berdua,Zayn mengejarnya "Al! Mau kemana!?" Safira berteriak percuma,terabaikan.Di lubuk hatinya Safira merasa senang,tapi juga merasa bersalah karena harus menyakiti Fatimah.

"Fatimah" Zayn memanggil Fatimah yang tengah bersandar di tembok,tidak jauh.Fatimah berada disamping pintu ruangan tempat Safira berada.Ia menangis.

"Fatimah.."Zayn memanggil lembut,tidak kuat melihat wanitanya terisak,ia ingin menghampirinya tapi Fatimah menunjukkan telapak tangannya.Pertanda ia tidak ingin didekati,Fatimah memandang Zayn kecewa.

Ia menghela napas,menghapus air matanya dengan punggung tangan lalu kembali memandang Zayn "Aku gak marah" ujarnya tersenyum lebar,Zayn yang melihatnya seperti ditampar.

"Aku pulang duluan ya,kalo kakak mau pulang chat aku.Kalo enggak juga gak papa,tapi bilang,biar aku gak nungguin" lanjutnya masih tersenyum lebar.Zayn benar benar terpukul melihatnya,ini salahnya.

Ia lebih baik melihat Fatimah marah bahkan mengamuk padanya,tidak masalah.Karna dengan Fatimah seperti ini,membuat perasaan bersalah Zayn makin besar.

Fatimah menghampiri Zayn,meraih tangannya lalu menciumnya penuh hormat.Setelahnya ia kembali mundur "Assalamualaikum" ucapnya lalu pergi meninggalkan Zayn.

Fatimah berjalan dengan air matanya yang kembali jatuh,berusaha kuat dengan terus menerus menghapus air matanya dengan punggung tangan.Zayn,laki laki itu mematung di belakang sana,tidak tahu apa yang harus ia lakukan,tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya pada Fatimah.Ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam ruangan.

"Safira!" Zayn membentak membuat si empunya nama terkejut "Apa?" sahutnya dengan wajah seolah tidak terjadi apapun "Aku gak nyangka kamu bisa ngelakuin ini Safira,kamu ini wanita baik baik dari keluarga baik baik!" ujarnya,benar benar emosi dengan manusia satu ini.

"Saya yang nyuruh" Sena datang dari arah toilet yang ada didalam ruangan,jadi ia menyaksikan semuanya dari tadi? "Saya mohon sama kamu Zayn,tolong anak saya" Sena memohon,matanya berkaca kaca.

"Maksudnya?" Zayn keheranan "Tante tau Safira dari dulu cinta sama kamu,dia pergi ke club karna kamu gak nerima cinta dia.Dan semuanya jadi seperti ini,anak bodoh ini hamil dan gak tau siapa yang harus diminta pertanggung jawabannya" Sena menunjuk nunjukin Safira,sedangkan anaknya hanya bisa menunduk dalam dalam.

Sena menangis terisak "Saya gak tau siapa lagi yang harus di mintai tolong" Zayn iba melihatnya,Sena sampai berlutut didepannya "Tante jangan" ujarnya lalu membawa Sena kembali berdiri "Al,maafin aku" Safira ikut menangis terisak.

Sekarang apa yang harus ia lakukan?

🌹🌹🌹

Gimana dong? Zayn harus apa sekarang?

Berikan petunjuk kepada Zayn wahai Zayn lopers.wgwg

FatimahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang