Sudut mata Jihyo masih berkaca-kaca. Usai menyeka air matanya, dia perlahan berdiri. Dia berpikir sejenak sebelum menjawab Soojung, “Tanggal 26, Rabu depan.”
“Apa kau masih diperintahkan Jennie untuk menolak semua pekerjaan untukku?” Soojung menebak.
“Ya…”
“Catat setiap tawaran pekerjaan dan simpan setiap email dari setiap klien untuk bukti. Rabu depan, aku akan menggunakannya,” Soojung memerintahkan dengan tenang, “Jika kau masih memiliki kepandaian untuk menilai sesuatu, kau akan tahu, mengikutiku jauh lebih menjanjikan daripada mengikuti Jennie. Hanya fakta tentang dia yang seorang wanita simpanan saja, sudah cukup untuk membuatnya tak akan pernah bisa memperoleh kesempatan untuk melangkah ke panggung internasional. ”
Setelah mendengar kata-kata ini, Jihyo merenungkan alasan yang membuat Jennie akhir-akhir ini seringkali tertimpa masalah, sementara popularitas Soojung terus meningkat. Dia menyadari bahwa semuanya terjadi karena selama ini, Jennie selalu dan hanya mengandalkan aktingnya untuk tampil lemah dan mendapatkan simpati. Sementara itu, Soojung … diam-diam menggunakan Jennie sebagai batu loncatan untuk kembali ke dunia modeling.
Jihyo menimbang-nimbang pro dan kontra, dan memutuskan untuk mengikuti Soojung, “Aku akan membantumu mempersiapkan segalanya.”
Soojung mengangguk dan hendak meninggalkan tempat itu. Namun, begitu dia mencapai pintu, dia teringat tentang sesuatu dan berbalik untuk memperingatkan Jihyo, “Jika kau tak memiliki kemampuan untuk mengelola PR crisis, maka jangan lakukan sesuatu yang memalukan yang membuatku harus membersihkan sisa-sisa perbuatanmu.”
(PR crisis: krisis Humas: suatu peristiwa/kejadian yang dapat membahayakan image seseorang/perusahaan, reputasi, ataupun stabilitas keuangan)
Sederhananya, jika dia tidak mampu menghindari paparazi untuk mengambil foto-fotonya, seharusnya dia tidak merayu seseorang yang tak seharusnya dia rayu.
Wajah Jihyo berubah pucat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan seorang artis yang telah merencanakan berbagai hal jauh ke depan tanpa diketahui oleh siapapun. Dari kelihatannya, terlepas dari merayu pria, Jennie benar-benar tak memiliki kemampuan apapun; padahal sebenarnya, dia sedang menunggu Soojung membuat KJ Entertainment menghadapi kebangkrutannya, tanpa dia sadari.
Keluar dari gedung KJ, hari masih siang. Soojung pun kembali ke mobilnya dengan ekspresi lelah terpampang di wajahnya. Begitu melihatnya, Hyoyeon sangat sedih, “Apa kau bertengkar dengan Jongin?”
“Jongin memintaku mengakhiri hubungan dengannya,” jawab Soojung tenang sambil menyandarkan kepalanya ke belakang dan perlahan menutup matanya. Dia terlihat seperti sedang berusaha menyembunyikan emosinya, “Hyo Oenni, kau tahu? Saat Jongin mengucapkan kata-kata itu, dia terdengar seperti sedang membacakannya dari sebuah buku teks.”
“Dia bahkan berencana membekukan pekerjaanku selama 3 tahun ke depan.”
“Bajingan itu, dia sungguh memalukan! Apa dia tak takut disambar petir?” Hyoyeon memprotes sambil memutar tubuhnya ke samping. Melihat Soojung menderita, dia mengulurkan tangannya untuk menghiburnya, lalu menepuk-nepuk lembut lengannya, “Jangan biarkan pria seperti itu membuatmu merasa sedih, terutama karena kau akan membuat si brengsek itu membayar semua penderitaan yang kau alami sepuluh kali lipat.”
“Aku belum mampu mengendalikan emosiku sepenuhnya… Oenni, antar aku pulang,” pinta Soojung dengan suara berbisik nan lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Trial Marriage Husband: Need to Work Hard (Minstal) 1-200
FanfictionNovel terjemahan Cerita ini remake dari cerita terjemahan dari judul yang sama tetapi cast yang berbeda. Jadi ini bukan plagiat tapi hanya remake. Karena aku terlalu suka sama cerita ini, dan ketika aku baca ini yang kebayang pemeran cewek nya co...