Bab 1

7.1K 427 25
                                    

Duduk di teras unit apartemen-yang katanya-termewah di kota ini sambil baca novel John Green adalah satu- satunya hal yang bisa bikin gue tenang disaat ini.

Sendiri, ditemani segelas Iced Americano yang baru saja gue pesan di Starbucks. Tenang dan damai.

Tapi, percaya sama gue. Hal ini gabakal bertahan lama. Kedamaian hidup gue udah hancur semenjak bokap gue, yang notabene adalah pemilik apartemen ini tiba- tiba ngide nawarin anak temennya untuk tinggal di unit apartemen yang sama dengan gue.

Sumpah, I was fine with it. I mean, we're just roomate, no big deal. TAPI, lain halnya kalau ternyata anak-temen-bokap gue itu adalah Lee Hangyul, mahasiswa FEB terbrengsek di kampus gue. Gue tau dia temennya Minju, sahabat gue.

Tapi, dia gabakal jadi temen gue.

Selamanya.

Waktu itu gue nungguin Minju di kantin FEB. Nasib punya temen yang linjur ke soshum, gue ditinggal di saintek. Gue sendiri, dengan damainya lagi liat- liat menu yang memang tergeletak di meja kantin.

"Awas dong, gue mau duduk," ujar sebuah suara persis di depan gue. Bahkan sebelum gue berucap, laki- laki itu dan temen- temennya langsung duduk di meja yang udah gue tempatin duluan.

"Excuse me?" tanya gue.

"What?"

"I'm here first."

"Lo tuh siapa, sih? Bacot banget. Kenal juga enggak."

Ya, di titik itu. Saat itu juga, gue langsung berdiri dan meninggalkan sekawanan laki- laki yang sangarnya melebihi anak teknik dengan emosi yang meluap. Usut punya usut, ternyata mereka semua temen sekelas Minju, dan Lee Hangyul, adalah makhluk super songong dengan sederetan mantan. di saat itu juga gue sudah meng-blacklist seorang Lee Hangyul dari kehidupan gue.

Tapi, bokap gue dengan mudahnya meng-unblacklist dan parahnya beliau mengundang Lee Hangyul ke kehidupan gue yang bahagia ini.

Sebenarnya, baru dua hari gue dan Hangyul menempati unit apartemen ini. Gue gak peduli sih, dia jarang pulang. Mungkin ke Lucy? Gak mau tau. Yang jelas, saat gue bangun, udah gak ada dia. Persetan dengan dia yang mau tidur di jalan, mau pulang dengan keadaan mabuk atau apapun, gue sama sekali gak peduli.

Gue meminum Iced Americano gue sedikit dan menutup novel yang sedari tadi gue baca. Mengalihkan pandangan gue ke layar handphone gue yang menampilkan adanya panggilan masuk dari Minju.

"Yes, kenapa, Minju?"

"Chaerin, lo dimana?"

"Mm, apartemen. Kenapa?"

"Ada Midnight Sale. Are you down?"

"Oh My, Minju. Serius? Gue lagi miskin."

"Aish, semiskin- miskinnya lo, lo masih mampu beli purse Channel. Yaudah, temenin gue. Please?"

🍃🍃

Well, here we are, di kedai kopi punya kakaknya Minju, Kak Wooseok yang khusus buka duapuluh empat jam demi adiknya yang habis belanja di Midnight Sale. Sekarang jam 23.45, dan gue pesen kopi. Chaerin is brainless, y'all.

"Gue gak percaya lo beneran gak beli apapun," ujar Minju sambil menyeruput green tea lattenya.

"I told ya. Gue lagi miskin, dan gue lagi gak stress. Eh, I mean, stress sih gara- gara se-apart sama temen lo."

"Oh right. Hangyul gimana?"

"Gapernah tau. Dia pulang pas gue udah tidur."

Minju's POV

Di depan gue, ada seorang wanita bodoh yang dari tadi ngecekkin handphonenya yang sama sekali ga nunjukin tanda- tanda ada notifikasi yang masuk. Gue tau Chaerin nungguin mantannya, a.k.a pria yang ninggalin dia gitu aja setengah tahun yang lalu dengan alasan mau kuliah di Canada.

Chaerin emang gapernah cerita lagi di depan gue. Gue tahu kalau dia lebih suka memendam perasaannya sendiri, besikap pura- pura tegar dan dia suka menjadi sandaran buat orang- orang tanpa sadar kalau dialah sebenarnya yang butuh sandaran.

Gue harus bantuin dia buat move on. Gue pernah kenalin dia sama Juno, anak FIA yang gedungnya emang sebelahan sama FEB, dan ternyata Juno yang pendiam ga cocok dengan Chaerin yang heboh seribu persen.

Susah deh, cari cowok buat Chaerin. Kayanya harus sesempurna seorang Eunsang. Kadang gue mikir juga, apa gue jodohin Chaerin sama kakak gue?

"Minju, Chaerin, mau pulang sekarang?"

itu kakak gue, Wooseok.

"Iya kak, sekalian anterin Chaerin ke apartemennya." ujar gue mengingat sekarang sudah hampir jam satu pagi.







✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang