Bab 25

1.1K 166 21
                                    

Gue berlari kecil saat mendengar bel berbunyi.

"Selamat pagiii," ujar pria itu yang langsung menyelonong masuk tanpa gue persilahkan.

"Bagus ya. Serasa apartemen sendiri," keluh gue kesal sambil melihatnya langsung berbaring di sofa.

"Memang," balasnya santai.

Gue langsung melengos ke kamar dan kembali melakukan aktivitas gue yang harus terinterupsi oleh datangnya Hangyul pagi ini.

"Bentar ya. Aku masih nyatok."

"Iya. Lagian masih jam tujuh. Kamu kelas jam delapan kan?" ujarnya santai. Sekarang ia malah menonton kartun di televisi. Manusia aneh.

"Nah iya. Udah tahu masih jam tujuh, kenapa udah kesini, bodoh?" keluh gue.

"Galak."

"Biarin."

"Pengen makan, dong."

"Ambil sendiri."

Gue lalu melihatnya berjalan ke arah dapur dengan langkah malasnya.

"Dih, orang gak ada apa- apa."

"Iih, ada sereal itu."

Gue gak menggubris lagi Hangyul yang cerewet. Namun gue malah mendengar suara pintu terbuka, tertutup, lalu gak laja terbuka lagi. Memunculkan wangi makanan yang, damn, enak banget.

"Gyul?"

Ujar gue, memastikan bahwa itu Hangyul.

"Yaa?"

"Pancake aku tadi masih ada. Di meja makan ya aku taruhnya," lanjutnya lagi.

Gue meliriknya dari balik pintu. "Terus tadi kamu minta makan ke aku? Gak sadar kalau aku lebih kasihan?" ujar gue ketus.

Hangyul terkekeh dari sofa. Lagi- lagi ia masih asyik dengan ponselnya. "Makanya, kalau lapar ke apartemenku aja."

"Lo kan kebo."

"Nggak ya, aku rajin bikin sarapan."

"Asiik. Bisa delivery, dong?"

Lalu gue dilempar bantal.

"Jangan ngelunjak."

Setelahnya gue lanjut cekikikan sendiri sambil menggulung rambut di catokan. Rambut ombrè cokelat gue sudah mulai pudar. Mungkin sudah harus di cat ulang. Kata Hangyul harus di cat warna kuning neon biar dia gak kesusahan kalau- kalau suatu saat gue ilang di mall. Terserah mas nya, deh. Atur aja wes.

"Kamu masih lama?"

"Maybe."

Gue ga ngedenger jawaban dari Hangyul. Tapi tiba- tiba lelaki itu udah ada di depan pintu dengan sepiring panekuk dengan sirup mapel diatasnya. Ia lalu duduk bersila di depan gue.

"Aku peka, kok," ujarnya sambil mulai memotong kue warna cokelat itu. Gue menautkan alis.

"Pardon?? Tapi gue ga kode apapun, tuh??"

"Ah gitu ya—yaudah anggep aja aku lagi baik mau nyuapin kamu."

PERTAHANAN GUE BENERAN RUNTUH, GABISA NGAPAIN SELAIN NGUNYAH. LEGIT. KESEL BANGET JADI SALTING GINI.

"Cringe lo, Gyul."

"Ah bacot. Seneng juga kan lo."

💫💫

Hari pertama ke kampus dengan status—eh, bukan status baru—maksud gue dengan hubungan gue dan Hangyul yang sudah berbeda? Entahlah.

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang