Bab 14

1.5K 198 15
                                    

Gue merutuki bunyi mesin AC yang mengganggu tidur gue daritadi. Insomnia pada saat weekend bukanlah hal yang baik. Gue meraba- raba meja yang ada di sebelah kasur, berusaha mencari ponsel gue untuk melihat jam.

"Aish, jam empat," ujar gue bermonolog. Gue kembali memejamkan mata dan berusaha untuk tidur lagi, tapi usaha gue sia- sia. Alam raya ini memaksa seorang Chaerin untuk produktif bahkan di hari Sabtu.

Gue keluar kamar sambil menguap dan merasakan mata gue yang masih berat sampai ada objek yang membuat pupil gue membesar. Objek itu adalah punggung Hangyul yang bertato. Iya, Hangyul lagi di dapur tanpa mengenakan atasan dengan secangkir kopi di meja di depannya.

Gue berusaha menganggap apa yang Hangyul katakan tempo hari itu gak pernah terjadi, untuk mencegah ke awkwardan antara kami.

"Gyul, hobi banget gapake baju ya?" protes gue sambil mengucek mata.

"Eeeh, tumben udah bangun?"

"Gak bisa tidur, tau- tau udah jam empat. Paling cuma tidur dua setengah jam," balas gue dilanjutkan dengan menguap.

"Mau kemana?"

"Makrab gue hari ini," jawabnya sambil mengenakan kaus berwarna hitam yang gue yakin kaus angkatannya.

Gue cuma menganggukkan kepala pelan.

"Oh iya, kayaknya gue hari ini mau pulang ke rumah."

"Ke..napa?" tanya Hangyul ragu. Gue menahan tawa. Kayaknya Hangyul kira gue gak betah tinggal sama dia gara- gara omongannya tempo hari yang bilang kalau dia cemburu

"Mau ambil kalkulator scientific, balikin kaset PS4nya Keumdong, sama ambil sweater- sweater gue," ujar gue.

Air muka Hangyul menjadi lega dan tidak setegang tadi. "Oalaah. Besok aja bareng gue."

"Dih, ngapain?"

"Ya kenalan aja sama nyokap lo. Gak boleh?"

Najis, galak banget.

💫💫

Setelah drama membangunkan Hangyul yang menghabiskan waktu kurang lebih lima belas menit, akhirnya gue dan Hangyul berangkat ke rumah dari apartemen.

Sebenernya, dari kampus ke rumah itu kurang lebih dua jam. Tapi kan capek juga kalo pulang pergi.

Lingkaran di bawah mata Hangyul benar- benar menunjukkan bahwa ia kelelahan. Gue tadi udah nyuruh dia buat istirahat aja dan gak usah nganterin gue. Tapi bukan Hangyul namanya kalau gak kepala batu.

Biarin aja sekarang dia nguap berkali- kali. Batu sih.

"KaKAAAK!" Keumdong teriak kenceng banget pas buka pintu. Gue jitak palanya. "KEBIASAAN DEH BIKIN KAGET!"

Keumdong cuma cengengesan, terus mengarahkan pandangannya ke Hangyul lalu tersenyum.

"Kak Hangyul ya? Aku Donghyun."

"Panggil Dongi aja, atau Keumdong," ujar gue. Waktu TK dia gak nengok kalau dipanggil Donghyun, tapi malah nyaut kalau dipanggil Dongi atau Keumdong.

"Aku Hangyul," Hangyul membalas uluran tangan Keumdong.

"Masuk kak, Mama udah masak."

"Papa mana?"

"Lagi jadi volunteer di luar pulau. Lupa dimana."

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang