Bab 7

1.9K 263 15
                                    

Tidur kemarin malam merupakan tantangan terbesar di minggu ini. Suara nangis, pintu dibanting, teriak, ayo sebut lagi, semuanya ada. Tapi ya mohon maaf, karena gue dari sananya emang gampang tidur jadi tidur gue tetap nyaman.

Gue mengusap mata sesekali sambil berusaha mengambil handphone gue. Jam lima pagi. Suasananya hening, tenang, gak kayak kemarin. Dengan sedikikit rasa takut gue mulai buka pintu kamar gue, dan mengintip.

"LEE HANGYUL!" teriak gue. Dia tertidur di ruang tamu, dan semua furnitur di apartemen kami sudah tidak pada tempatnya. Mungkin ini definisi kapal pecah yang sebenarnya.

Oh. My. Fucking. God.

Bayangin aja, di lantai ada serpihan kaca, sepertinya bekas gelas. Lalu bantal yang seharusnya ada di sofa, ada dimana- mana. Dan bahkan karpet yang tadinya ada di depan tv, sekarang sudah hampir tergulung dan posisinya sudah tidak jelas.

Hangyul menatap gue sebentar dengan mata yang kemerahan. Di sebelahnya ada Hennessy yang sudah setengah kosong.

"Hangyul, ini apa- apaan?" kata gue, masih dari depan pintu kamar gue.

Yang gue ajak ngobrol malah kembali meringkuk tidur dan mengacuhkan
gue.

"Heh, anjing, jawab."

Dari kejauhan bisa dipastikan bahwa sepasang mata kemerahan dan lesu itu menatap gue tajam. Ia mabuk. Pria itu membiarkan adanya keheningan sebentar, mungkin tiga detik.

"Lo bisa gak sih, liat keadaan? Gue juga capek, Oke? Shut your fuckin mouth up," katanya. Nadanya seolah mengancap dan cukup membuat gue bergetar.

"Lee Hangyul, tolong lah, paling nggak lo cerita kemaren ada apa. Lo egois kalo kaya gini namanya!"

Dia menjambak rambutnya gemas lalu mengusap wajahnya. Serius, kaya orang depresi.

"DEMI TUHAN, KEUM CHAERIN. Kenapa sih lo gak bisa diem aja dulu gitu. Biarin gue tenang, for God Sake! Yang egois itu lo,"

Gue menatap Hangyul sebentar. Ini orang gila atau gimana ya?

"Oh gitu? Gue tanya, atas izin siapa lo boleh bawa Hyerin ke kamar lo?"

"WE. DON'T. EVEN. HAVE. A. SINGLE. RULES. HERE," katanya dengan menaikkan nada bicaranya disertai gebrakan meja.

Gue menyipitkan mata. Sebenernya gak guna juga debat sama orang mabuk, tapi ya kali gue kalah.

"Seems like we need it now,"

"Gue muak sama lo. Bangsat," balasnya. Gue menarik nafas panjang dan berniat jalan dan nyamperin dia buat nanya apa maksud dia ngomong itu. Baru jalan dua langkah,












Darah netes dari kaki gue.

"Aw!"

Kena beling, dong. Kenapa sih gue sial banget?

Hangyul berdiri dan berusaha nyamperin gue yang lagi mengambil tisu. Shit, perih men.

"No, do not come here," kata gue dengan suara bergetar. Ini sakit sih, walaupun bisa ditahan.

"Chae—"

"Udah, I'm done. Silahkan menikmati waktu sendiri lo. Makasih udah ngancurin mood gue."

Gue buru- buru masuk kamar gue lahi dengan membanting pintu lalu berusaha mencari plester untuk menutup luka gue yang udah gue kasih betadine. Gaada, gaada, gaada.

minju


jadi kesini ga?|


|jadi kokk ini mau sarapan

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang