Bab 23

1.2K 176 26
                                    

"Ini kerang," ujar Hangyul sambil menunjuk sebuah kerang di pasir. Ia berjongkok dan mengambilkannya. Gue menerima seonggok kerang warna putih bersih itu, lalu tersenyum kecil.

"Yang ini bagus," kata gue sambil memasukkannya ke plastik kecil yang sedari tadi gue tenteng.

"Buat apa sih?" tanya pria itu. Kami menyusuri pinggir pantai menjelang terbenamnya sang mentari.

"Disimpan aja. Kenang- kenangan," jawab gue.

Ia mengangguk. Ia berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkah gue yang notabene tidak sebesar langkahnya.

"Kelomang!" gue berjongkok dan menunjuk makhluk kecil itu menuju gulungan ombak.

"Duduk dulu yuk?" ujar Hangyul sambil duduk tak jauh dari gue. "Oke."

Tidak ada perbincangan di antara kita. Hanya angin sepoi- sepoi dan suara ombak yang berbalap sedari tadi yang menemani kami berdua.

"Chaerin."

Gue menengok, menatapnya. Rambutnya terkena berkas- berkas matahari sore, semakin menonjolkan warna rambutnya yang kecoklatan. Begitupun matanya, entah semakin indah diiringi rahangnya yang nampak lebih tajam.

"Ya?"

Alih- alih membalas tatapan gue, ia membuang pandangannya asal ke laut lepas.

"Mmm."

"Apa, Gyul?"

Ia lagi- lagi tidak menatap gue. Ia sibuk memainkan kuku- kuku jarinya yang terselip beberapa butir pasir setelah hunting kulit kerang tadi.

"I like you," ujarnya dengan suara yang kecil. Gue yang terkejut mendengarnya langsung ikutan membuang pandang ke laut lepas.

Bisa dibilang...

Kami berdua pengecut? Entah.

"I know."

"Lo tahu?"

"A friend told me."

Ia mengangguk pelan. Gue memejamkan mata memikirkan kalimat apa yang harusnya gue lontarkan. Ayolah, Keum Chaerin, jangan buat diri lo malu sekarang.

"I—"

Hangyul menoleh.

"Ya?"

"I like you too."

Air muka Hangyul yang tadinya super tegang sekarang sudah berubah. Manusia itu sekarang malah cengengesan, lalu mengacak rambutnya.

"Gue tahu, kok."

Gue membelalak, lalu mendengus kesal.
"Lo nyebelin," ujar gue sambil memukul lengan kerasnya.

Habis itu, Hangyul ketawa kecil dan lagi- lagi menatap langit yang mulai gelap. Tidaj ada perbincangan lagi, dan ini rasanya aneh. Jantung gue gak bisa berdetak dengan semestinya. Ini nggak sehat.

"So?" tanya gue memberanikan diri.

Hangyul menatap gue sejenak. "Cuma mau kasih tahu itu aja. Hehe."

"Oh. Oke."

Bentar. Jadi gue gak diseriusin?

💫💫

"Seungyoun mana?" tanya gue ke Eunsang yang lagi leyeh- leyeh di sofa. Ia menunjuk taman belakang villa dengan bibirnya. "Tuh, belakang."

"SEUNGYOOOUUNNNNN!!"

"APA TERIAK- TERIAK?" balas pria yang sedang menyiapkan alat panggang buat barbeque.

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang