bonus chapter; 1

670 84 4
                                    

"Kakaaaaaak."

"Apa?"

"Judes banget!"

Gue hanya menatap kesal wajah Keumdong di layar ponsel. Iya, lagi video call, soalnya dia minta diajarin matematika. Padahal ya, mohon maaf nih, gue udah lupa. Begitu lulus SMA, gue langsung ngelupain matematika SMA. Apalagi matematika peminatan. Ew.

"Udah selesai PR-nya?" tanya gue kesal. Keumdong mengangguk. "Bukannya dikerjain di tempat les," lanjut gue.

"Kemaren aku bolos. Main basket," jawabnya enteng sambil menutup buku tulis dan beberapa lembaran kertas. "Dih? Kayak bisa aja."

"Bisa lah!"

"Tanya temen emang gak bisa?"

"Nanti aku gak ngerti."

Gue mengangguk. Keumdong tuh bukan tipikal siswa ambis, tapi emang udah 'dari sananya' pintar. Maksudnya genetik. Gue juga pinter maksudnya HAHAHAH. Gak, gak, gak gitu.

"Weekend ini pulang nggak?" tanyanya lagi.

"Kenapa? Kangen?"

"Idih. Bukan. Papa ada dinner sama rekanannya. Kondangan? Ah ga ngerti."

"Ah males aah."

"Kak pulaaang. Ajakin Kak Hangyul sekalian. Eh apa jangan- jangan Kak Hangyul diundang juga? Wah seru sih ini."

Perkataan Keumdong membuat gue tertegun. Ada kemungkinan sih Hangyul bakal diundang.. karena.. rekanan bokap gue ya pasti including and related to Hangyul's family, OR the worst, his big family.

Itu definisi Keum Chaerin akan mati.

Akhirnya sambungan video call gue dan Keumdong terputus karena dia mau tidur siang, dan lagipula gue ada janji sama Hangyul mau ngopi.

"MBAK CHAEEEE," panggil Hangyul dari seberang daun pintu. Gue mendengus kesal. Buat apa sih dia teriak? Dia tahu password unit gue, dia bisa masuk pakai fingerprint. NGAPAIN MANGGIL- MANGGIL?

Waktu gue lihat ke layar, bener aja, ada Hangyul lagi senyum- senyum. Ia menggunakan kaus oversize nya dan dibalut hoodie warna putih. "Kenapa sih harus teriak- teriak?!?!" protes gue. Hangyul terkekeh. "Masih lama nggak?"

"Enggak. Udah masuk aja."

"Okee."

Habis itu Hangyul masuk dan cuma cengengesan. "Aloo," sapanya sambil menepuk pucuk kepala gue sesekali. "Aku nyiapin tas dulu."

"Iya, nyonya."

Seperti biasa, ia langsung menyenderkan tubuhnya di sofa dan mulai surfing channel televisi. Ia sempat sesekali berhenti di fox movies atau HBO untuk mengecek kalau- kalau ada film bagus yang sedang diputar.

"Weekend ini balik nggak?" tanya gue dari dalam kamar. Ia menengok sedikit, mendapati gue yang masih sibuk dengan tas jinjing Chanel.

"Kenapa?"

"Keumdong bilang Papa ada dinner or somekind of kondangan with his bussiness partners tho, so I wonder if your family is getting invited too," jawab gue panjang lebar. Saking panjangnya sampai 'Jaksel'-nya keluar deh tuh.

"Aah, right. Ayah sempet bilang ada acara sih."

"Is it the same event?"

"No idea."

Setelah gue selesai dengan permasalahan pakai- tas-yang-mana-dan-harus-diisi-apa, akhirnya gue berjalan ke ruang tamu, mendapati Hangyul yang lagi scrolling sesuatu aplikasi di ponselnya.

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang