Bab 28

943 148 16
                                    

"Gimana urusan BEM lo? Udah kelar?" tanya Minju dari seberang telepon.

"Belom, ih. Dua minggu lagi."

"Sabaar. Bentar lagi dilantik," ujarnya lagi. Sekarang malam Sabtu jam delapan malam. Karena gue kesepian dan nggak mau keluar apartemen, jadilah gue telponan sama Minju. Pengennya maskeran, tapi kok mager banget rasanya.

"Ini proker Hangyul kelar kapan, sih?"

"Lusa kok acaranya. Minggu ini."

Gue mengangguk walaupun Minju gak bisa lihat. "Kuat lo masih jauh- jauhan sampe sekarang?" lanjut Minju lagi. Gue terdiam.

"Apanya jauh- jauhan, sih."

"Aish," responnya. JUJUR gue bisa bayangin muka Minju gitu sambil rolling her eyes pastinya.

"Iyaa, iya. Kalau udah gak ribet."

"Eh by the way, diajak nongkrong bareng tuh."

Gue mengerutkan dahi. "Siapa?"

"Itu, anak- anak SMA kita," lanjutnya. Gue berpikir sejenak lalu menjentikkan jari. Ternyata Minju merujuk ke teman- teman se-circle gue di SMA yang kebetulan satu kampus dan satu kota juga.

"Siapa aja? Gue belum lihat group LINE."

"Jeno yang ngajak."

"MALESSSS KETEMU JENO."

"YAILAH. Masih aja."

"Tapi udah lama juga ya ga ketemu anak- anak," lanjutnya.

"Kemarin pas ada lomba debat di fakultas, ketemu Jeno. Gak tahu ngapain."

Obrolan telepon gue dan Minju harus disudahi karena suara bel yang tiba- tiba berbunyi. Gue membuka pintu dan menemukan Hangyul yang sedang tersenyum.

"Boseeen," ujarnya sambil masuk. Ia langsung duduk di sofa dan menyalakan televisi. "Lagi ngapain?" tanyanya lagi.

"Habis teleponan sama Minju," balas gue sambil duduk di sebelahnya.

"Kok kesini, sih?" ujar gue tidak terima. Soalnya Hangyul tuh benar- benar gak ada angin gak ada hujan dateng ke unit gue jam sepuluh malam.

"Apa? Gak boleh?"

"Boleh iih."

"Aku bosen banget," katanya sambil memeluk guling yang ada di sofa sambil mengubah posisi duduknya ke arah gue.

"Apa? Mau main PS?"

"Nggak laaah. Bosen juga lama- lama," jawabnya asal.

"Terus?"

"Main yuk?"

"Ha? Katanya bosen."

"Main yang lain. Truth or dare."

"Yee. Gajelas lo."

Hangyul lalu merengek. Menggoyang- goyangkan tangannya, lalu memperbaiki posisi duduknya. "Seriuuus. Ayo suit."

Mau gak mau gue nurut. Kenapa siii Hangyul tuh abstrak banget kelakuannya? "Truth or dare?" tanya gue ketika Hangyul kalah suit sedangkan ia hanya menghela nafas.

"Dare."

"Beliin McFlurry."

"KENAPA."

"yA SUKA- SUKA AKU??"

Lalu Hangyul membuka aplikasi ojek online dan memesannya. Ahahah. Gue bahagia, tapi Hangyul enggak. Terus kami suit lagi.

"Truth or dare?" tanyanya. Entah kenapa matanya berseri- seri. Gak tahu, lah. Gak jelas. Gue hanya menatapnya heran. "Dare."

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang