Bab 22

1.1K 174 12
                                    

Percayalah, nonton film 'Us' itu bikin parno. Buktinya gue, tadi jam enam pagi udah bisa bangun seger. Tidur sih, lumayan lima jam. Tapi nggak tenang. Paska kemarin Eunsang nanyain 'hal itu' ke gue dan Hangyul, dia langsung dipanggil Minju dan kayaknya Minju told him everything. Ini sih gue berhutang penjelasan panjang kali lebar ke Eunsang, soalnya dari semalam dia udah pasang muka bete nan jutek.

Huhu, maaf ya, Eunsang.

Tadi gue udah beli bahan barbeque sama Hangyul. Cuma seafood sih sebenarnya. Kalau daging dan jagungnya, Minju udah beli dulu sebelum berangkat. Seafoodnya beli di pasar soalnya pasti fresh banget, guys.

Gue baru aja mau masuk ke ruang tengah vila, tapi udah di hadang Eunsang dan wajahnya yang jelas menunjukkan kalau dia lagi kesal.

"Je. La. Sin."

Dia langsung menarik tangan gue masuk dan kami duduk di sofa. Gue menahan tawa, karena Eunsang kalau marah tuh lucu, bukannya seram.

"Jelasin apa sih?" ujar gue sambil tersenyum simpul.

"Yang kemarin. Lo, sama Hangyul. Bisa- bisanya nggak cerita apapun?"

Gue terkekeh pelan. "Minju kemarin cerita apa?"

"Lo suka sama si anu, dan si anu suka sama lo. Terus kalian mau pdkt apa gimana, sih?"

Gue mengerutkan dahi. "Hah? Si anu?"

Pertanyaan gue hanya dibalas oleh Eunsang yang memutar bola matanya malas. "Apa? Mau disebut namanya?"

"Iiih iya- iya, jangan."

Gue menyenderkan badan di sofa, lalu memainkan beberapa helai rambut yang tersangkut di telinga. Eunsang juga ikut- ikutan bersender, lalu melipat tangannya di depan dada. Ia membuang nafasnya kasar.

"Gue kira Hangyul udah punya cewek loh," ucapnya.

"Katanya nggak balikan. By the way sorry nggak cerita, hehe."

Gue meringis pelan, lalu mengubah air wajah gue lagi kembali menjadi serius. "Tapi ya, gue agak ragu gitu, lho."

Eunsang menatap gue. "Apa? Kenapa?"

"Maksudnya gini. Kok dia bisa secepat itu move onnya? Well, mungkin gue overthinking, tapi ini jelas ngeganggu pikiran gue," kata gue sambil menatap langit- langit. Lagi- lagi gue dapat merasakan Eunsang yang menatap gue intens.

"Hangyul orangnya baik kok."

"Iya, baik."

Hening, sekitar tiga puluh detik.

"Eung. Rin, mau tahu sesuatu?"

Gue membenarkan posisi duduk, menatap pria itu, lalu mengangkat alis. Dapat dipastikan dari nada bicaranya bahwa dia sedang dalam keraguan.

"Apa?"

"Seseorang itu nggak bakal bisa move on seratus persen," ucapnya singkat.

"Maksudnya?"

"Iya. Orang itu nggak bisa move on, besides, mereka menemukan orang lain yang lebih mereka cintai dari orang yang sebelumnya,"

"—kayak Hangyul, dia lebih menaruh perasaannya ke dia daripada ke mantannya. Atau lo, deh."

Gue meneguk saliva kasar mendengar kalimat terakhir yang Eunsang ucapkan. Itu merujuk pada hubungan gue dan Eunsang yang berakhir.

Gue hanya meresponnya dengan anggukan kecil. Nggak bisa dipungkiri kalau pernyataan itu masuk akal. Kadar suka kamu ke orang lain lebih banyak daripada yang dulu.

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang