Chaerin's POV
Gue memasuki apartemen diiringi bau alkohol pekat yang entah dari mana. Gue melempar sling bag gue ke sofa dan melepas ikat rambut gue.
"Darimana?" gue menengok ke asal suara. Lee Hangyul, di teras, dengan sebotol Jack Daniel's di sampingnya yang tinggal setengah botol.
"Nongkrong." jawab gue singkat sambil mencari channel tv yang bermanfaat buat ditonton. Alunan lagu Pink Floyd menemani senyapnya malam dan keheningan antara gue dan Hangyul yang masih saja meneguk Jack Daniel's nya.
"Pulang jam segini gak aman, lho," lanjutnya.
"Lo sendiri sering pulang jam segini."
Gue lalu melangkahkan kaki ke dapur dan mengambil gelas, lalu menuangkan Jack Daniel's punya Hangyul.Serius, di teras jam satu pagi sambil minum dan nyetel lagu pake speaker itu beneran enak banget. Namun, kota ini tetap saja hidup oleh orang- orang sibuk yang masih tunggang langgang lembur.
"Gue pulang malem gak selalu nge club," ujarnya. Wow, sebuah informasi yang gak penting sebenernya.
"Gue ga peduli juga lo mau mabok, mau nongkrong atau apa," ucap gue sambil berjalan menuju ke ruang tv lagi sambil membuka handphone.
"Good. Soalnya gue juga ga perlu izin lo kalo gue mau mabok, nongkrong atau apa," balasnya.
I rolled my eyes, lalu kembali mengutak- atik handphone gue. Masih belum ada notification. Han Chaerin bodoh, apa sih yang lo harapkan? Sapaan dari Canada? Bego, timezonenya aja udah beda empat belas jam. Lagian, apa iya lo pernah lewat di pikiran Eunsang?
Kalau diingat- ingat, sakit juga ya.
Waktu itu, setengah tahun yang lalu, pengumuman SBMPTN, adalah salah satu hari terbaik di hidup gue. Ucapan selamat dan bangga, semua gue terima. Disusul dengan telepon dari Eunsang, yang waktu itu membuat gue excited. Waktu itu.
"Eunsang! Gue dapet SBM!" ujar gue.
Selanjutnya gue bisa mendengar tawa kecilnya di seberang."Selamat ya, Rin. Lo keren banget."
"Eh iya, lo kenapa nelfon?"
Hening, lama. Sekitar sepuluh detik.
"Sang?"
"Gue di bandara. Gue lanjut kuliah di Canada, Rin. Maaf, tapi kita udahan, ya?"
Iya, bayangin aja lo di posisi gue. Gue gabisa ngomong apa- apa lagi dan langsung matiin telfon. Nyesel sih, harusnya gue bisa maki- maki Eunsang. Minimal bilang 'anjing' lah.
Entah kenapa sekarang ada air mata yang menetes walaun hanya satu, itupun langsung gue hapus lalu melanjutkanq meneguk alkohol di gelas gue sampai gue tipsy. Alkohol helps me sometimes.
"Lo kenapa?" tanya Hangyul yang menghampiri gue dari teras.
"I'm Fine." Setelahnya gue masuk ke kamar. Bukan karena apa- apa, tapi gue baru inget hari ini ada kelas jam sepuluh.
🍃🍃
Gue bangun di jam 7.30 pagi. Waktu tidur gue berantakan. Parah. Wangi roti bakar tercium dari kamar gue, dan waktu gue keluar, lagi- lagi ada manusia itu, Lee Hangyul di meja makan dengan orange juice dan roti bakarnya.
"Bikin sendiri. Jangan manja," katanya pendek.
"Anjing. Siapa juga yang mau dibikinin sama lo," balas gue sambil menguncir rambut dan mulai memanggang roti yang sebelumnya udah gue oles dengan mentega dan selai coklat.
Hangyul's POV
Jujur awalnya gue gak suka tinggal di apartemen ini sama cewek galak yang sekarang lagi bikin roti bakar ini. Rasanya gak bebas aja. Ini sebenernya kemauan bokap gue, karena bokap gue rekanan sama bokapnya Chaerin, disisi lain, unit apartemennya juga udah abis. Ya, siapa sih yang bakal nolak tinggal gratis di apartemen ini? Walaupun udah dua malam ini gue ujung- ujungnya nginep di rumah Seungyeon karena nugas.
Tapi ternyata dia bodo amat sama gue yang pulang pagi, sama gue yang nyetel Pink Floyd yang belum tentu dia suka, bahkan sama gue yang bawa alkohol ke rumah tanpa seperizinan dia.
Kemarin, dia tiba- tiba minta alkohol gue dan gue entah kenapa bisa tau kalau dia lagi ada pikiran. Entahlah, tapi menurut gue dia itu cewek cuek yang gapunya beban. Tapi lagi- lagi, gue gak peduli. Gue dan dia baru kenal seminggu, semenjak kejadian gue ngusir dia di kantin FEB. Gue dan Chaerin bahkan belum layak dibilang temen.
"Gue berangkat," ujar gue ke Chaerin yang lagi menuangkan susu ke gelasnya. Berusaha ramah. Tapi dia tetep diem, lagi-lagi, ga peduli.
"Ada Jack Daniel's di kulkas kalau lo butuh."
🍃🍃
"Ada Jack Daniel's di kulkas kalau lo butuh," katanya sambil menutup pintu. Gue berhenti menuangkan susu sebentar. Gue butuh sebenernya. Butuh banget. Kalau boleh flashback lagi, di hari- hari setelah Eunsang pergi, gue bisa ke Lucy seminggu sekali. Bener- bener cuma buat minum doang sampe nangis, ditemenin Minju yang ujung- ujungnya nganterin gue pulang, padahal gue gak mabuk. Pernah sih mabuk, tapi perbandingannya cuma satu banding sepuluh.
Gue punya prinsip buat minding our own bussiness. Senyebelin apapun Hangyul, kalau dia gak ikut campur masalah gue, It's okay.
Menurut Minju, Hangyul itu adalah pangeran berkuda putihnya anak FEB, diiringi dengan teman- temannya yang tidak diragukan lagi adalah anak hits. Mantannya Hangyul banyak, dan gue gak kaget. Satu hal yang masih gue bingung, Minju selalu kekeuh kalau Hangyul itu sebenarnya soft.
Duh, gak ngerti lah.
Gue melahap roti bakar gue dan kembali memikirkan perkataan Hangyul yang tadi.
"Ada Jack Daniel's di kulkas kalau lo butuh."
Gue menahan ketawa sebentar melihat tingkahnya yang seolah- olah tau permasalahan hidup gue. Lee Hangyul, you know nothing about me.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔meeting lee hangyul
Romancejadi roomate hangyul? mending mati. was 1st in #hangyul was 3rd in #X1 was 4th in #namdohyon