Bab 20

1.4K 188 21
                                    

Yuhu haloo!! Akhirnya update nih! Jangan lupa vote dan comment❤❤

💫💫

Laptop dan tumpukan kertas, sudah siap di depan muka, dilengkapi secangkir kopi panas yang baru saja diseduh. Gue mulai membuka lembar demi lembaran catatan statistika industri yang harus gue pelajari untuk UTS besok. Ini udah masuk minggu- minggu UTS, dan yang paling banyak bahannya itu statistika. Besok ujiannya open book. Tapi gue belum nyatet materinya sama sekali.

Intinya, susah sih enggak. Tapi materinya itu loh, nggak manusiawi.

Kebiasaan seorang Chaerin kalau belajar, pasti nyetel lagu, harus ada camilan atau minuman, dan sebenarnya gue sangat jarang belajar di ruang tamu kayak sekarang ini. Alasannya? Mumet di kamar terus.

Hangyul duduk di sebelah gue. Dia lagi merangkum materi matematika bisnisnya yang gue yakin sudah dia kuasai. Kata Minju, walaupun Hangyul kelihatannya bobrok dan gak jelas, sebenarnya dia itu super pintar.

"Udah selesai belajar?" tanyanya tanpa melihat gue. Dia masih asyik dengan tumpukan kertas di depannya. Gue menggeleng, lalu menyesap kopi yang tinggal setengah cangkir. "Masih setengahnya."

"Mau makan dulu? Udah siang, nih," katanya.

"Nggak deh. Mau selesain latihan soal dulu," ujar gue sambil berdiri. Berniat melipir ke dapur.

"Lah. Mau ngapain?"

"Bikin kopi lagi. Udah mau abis."

Tiba- tiba cangkir gue direbut gitu aja sama Hangyul. "Jangan main- main sama asam lambung. Makan dulu yang bener. Mau delivery apa?"

Sekarang posisi kami berhadapan dengan jarak dekat. Kayak, beneran really close.

Gue hanya diam, nggak tau mau merespon apa. "Istirahat dulu. Lo tuh, belajar dari jam sepuluh sampai jam satu non stop. Meledak otak lo nanti," lanjutnya lagi.

Rasa hangat cenderung panas mulai merambat ke pipi gue, menandakan warnanya sudah kemerahan sekarang. Gue berusaha menyembunyikannya dengan mendengus kesal dan duduk di sofa, memilih mengalihkan atensi ke ponsel yang sedari tadi sama sekali nggak gue sentuh.

"Mau apa? Pizza aja, ya? Yang gampang."

"Hmm."

Gue bisa mendengar suara Hangyul yang menyebutkan beberapa menu pizza, lalu menyebutkan alamat lengkap apartemen kami. Gue membuka ponsel dan mengscroll bahan materi yang sudah diberikan dosen melalui power point.

"Nanti lagi belajarnya," ujar sebuah suara berat. Posisinya, gue tiduran di sofa sedangkan Hangyul baru saja duduk di karpet bawah dan menyenderkan punggungnya di sofa.

"Capek," keluh gue sambil membenamkan wajah di bantal sofa.

"Lo tuh pinter, Rin. Gue yakin lo bisa ngerjain kok besok."

"Jangan ngomongin UTS mulu ih."

"Ya udah ayo random talk sambil nunggu pizza dateng."

Gue memandang langit- langit, sambil meresapi lirik lagu Kahitna yang dimainkan melalui speaker.

Semenjak hari itu, hati ini miliknya.

Mungkinkah dia jatuh hati, seperti apa yang ku rasa?

Mungkinkah dia jatuh cinta, seperti apa yang ku damba?

"Lagunya Kahitna relatable ya," ujarnya tiba- tiba.

"Kenapa tuh?"

"Ya maksudnya kalau lo lagi suka sama orang, pasti lo mikir gitu gak sih?"

Tuhan, yakinkan dia tuk jatuh cinta hanya untukku.

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang