Bab 26

1K 152 5
                                    

"Kak Wooseok!" teriak gue sambil sedikit menahan suara ketika melihatnya dengan totebag putih di cafenya. Ia tersenyum melihat gue. "Oi. Kemana aja?" tanyanya.

"Lah. Kakak tuh yang kemana aja. Gak kelihatan di kampus," keluh gue kepadanya .

"Skripsi, skripsi. Paling ke kampus cuma buat konsultasi."

Gue mengangguk pelan sambil memandangnya dan totebagnya secara bergantian. "Lah? Ini mau kemana?" tanya gue lagi.

Ia membenarkan posisi kacamatanya. "Oo. Ke kampus. Mau konsul. Lo?"

"Ini Hangyul lagi rapat disini. Jadi gue nunggu disini aja. Rapatnya formal gitu," balas gue.

"Mau gue temenin apa gimana?"

"Eh nggak usah. Chaewon mau kesini kok, Kak."

.

.

Gue menyeruput hazelnut latte yang masih mengeluarkan asap tipis secara perlahan, lalu melirik ke arah jendela cafe. Chaewon baru aja turun dari mobil. Gue mengerutkan alis. Sama siapa coba itu manusia?

"Sama siapa?" tanya gue langsung saat Chaewon menaruh tasnya di kursi depan gue. Perempuan berambut terang itu hanya tertawa kecil.

"FELIX BUKAN?"

Ia mengangguk pelan lalu berjalan ke arah kasir sambil membiarkan matanya berpetualang ke arah barisan menu, meninggalkan gue dengan sejuta pertanyaan.

"SUMPAH?" tanya gue saat ia kembali dengan frappucino di tangannya.

"Lebay ah," jawabnya santai.

"Terus? Udah jadian? Serius? Anjir, tega," kata gue sambil merebahkan badan ke sofa.

"Loh, lo sama Hangyul kali yang kelamaan."

Perkataannya Chaewon sedikit, tapi sakit, sampai ke ulu hati. Ya bener sih, gue sama Hangyul lebih dulu deket daripada Chaewon sama Felix. Gue membuang nafas panjang.

"Ck, ya udah selamat. Semoga kalian nggak sering- sering ada masalah," ujar gue. Chaewon lalu mendelik seakan tidak terima.

"JANGAN SAMPAI ADA, DONG. JAHAT LO."

Gue terkekeh. "Mana asik kalau gak ada masalah? Kecuali lo Minju sama Yohan— adem ayem, ribut aja gak pernah," ujar gue memaparkan fakta. Maksud gue tuh, mereka kayak emang udah meant to be banget.

Kalau ada selisih paham sedikit, berujung Minju yang ngalah, atau Yohan yang ngalah. Atau nggak, berujung keduanya evaluasi masing- masing, lalu minta maaf.

As simple as that.

Entah kebetulan atau apa, yang diomongin baru aja keluar mobil. Tapi rasanya beda. Yohan langsung melengos pergi dengan tatapan kesalnya ke lantai dua, tempat rapat dilaksanakan sedangkan Minju memasuki cafe dengan tatapan yang menunjukkan bahwa ia sedang marah besar.

Yohan bahkan nggak nyapa gue. Ini aneh. Banget.

"Kalian kenapa?" tanya Chaewon ragu.

Minju hanya menatap gue dan Chaewon bergantian, lalu langsung merebahkan diri di sofa sebelah gue.

"Berantem. Kesel banget," keluhnya.

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang