Bab 18

1.3K 183 7
                                    

Bilang saja kalau kami udah membaik, gue nggak bisa membantah. Tapi aneh rasanya sekarang.

Seperti ada sebuah tembok yang membatasi gue dan Hangyul. Apa karena adanya Hyerin lagi? Entahlah. Gue juga tidak bisa memungkiri kalau gue ini tertarik sama laki- laki sialan itu yang dengan mudahnya bisa mengaduk perasaan gue. Apa gue cemburu sama Hyerin?

Bisa dibilang begitu.

Tapi, ya mau gimana? Gue nggak punya hak atas Hangyul. Mau protes juga nggak bisa. Naas banget rasanya.

Gue membuka ponsel, bertujuan menanyakan Hangyul keberadaannya karena ia berjanji mau pulang bareng  karena bawaan gue lagi banyak buat praktikum.

Hangyul

dimana?|
jadi plg bareng?|
gyuuuuullll|

|rinn
|maaf maaf
|gue mau anter hyerin
|dia bawa properti
banyak buat drama

ok|

💫💫

Tidak jarang juga Hangyul kayak gitu. Ngajakin gue pulang bareng yang akhirnya rencana itu gagal karena Hangyul mau anter Hyerin pulang sebagaimana kalian bisa liat di atas

Apa Chaerin kesal?

Oh tentu.

Apa Chaerin bisa protes?

Ya enggak, lah. 

💫💫

Hangyul's POV

Gue menapakkan kaki di kedai kopinya Kak Wooseok, berusaha mencari tempat duduk yang kosong karena gue dan teman- teman mau nongkrong.

Sekarang sih jam setengah tujuh. Gue baru aja anterin Hyerin pulang dan langsung kesini buat ngetag tempat.

"Loh, Hangyul?" gue menengok mendengar seseorang memanggil nama gue dan tersenyum menanggapinya.

"Sendiri?"

"Enggak kak, ntar temen- temen nyusul. Yang kosong mana ya, kak?" tanya gue ke Kak Wooseok yang sedang menyugar rambutnya.

"Lantai dua? Nggak pesen dulu?"

"Udah kok kak. Nggak ikut nongkrong nanti kak? Ada Kak Seungwoo juga sih kayaknya."

"Ah, iya tadi Seungwoo ngajakin, tapi nggak bilang dimana."

Akhirnya kami berdua menempati meja yang letaknya dekat jendela, mengingat banyak yang akan merokok—termasuk gue. Gue menyalakan sebatang Marlboro dan menghisapnya dalam- dalam sekali.

"Ngerokok, Gyul?" tanya Kak Wooseok penuh curiga.

"Haha, iya kak. Dulu enggak, sekarang lanjut lagi," jawab gue yang dibalas anggukan kecil olehnya.

Setelahnya, tidak ada obrolan di antara kami. Masing- masing hanya sibuk berkutik dengan ponsel. Seungyoun baru kabarin gue juga kalau dia udah deket.

"Hangyul."

Gue menengok dan mendapati Kak Wooseok melepas kacamatanya dan mengusap wajahnya.

"Titip Chaerin ya."

"Hah? Gimana, Kak?"

Seperti ada tombol rewind di otak gue, semua kejadian yang gue dan Chaerin alami terlintas dan terputar lagi.

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang