Bab 10

1.8K 217 3
                                    

Hari ini kelas pertama jam setengah tujuh. Sumpah, berasa sekolah lagi, bangun jam lima pagi, mandi, sarapan—kalo gak kelamaan dandan— lalu pesen ojol. Untung hari ini cuma ada dua kelas. Gue membiarkan ketertarikan mata gue ke pintu kamar Hangyul. Slippersnya masih ada, artinya Hangyul belum bangun.

Entah kesambet setan apa, gue ambil secarik kertas dan menulis:

'Eh, gajah.
Gue ke kampus duluan. Jam sebelasan balik. Jangan lupa sarapan, kunci pintu, matiin lampu, matiin kompor kalo mau pergi.
-chae'

💫💫

"Udah baikan beneran sama Hangyul?"

"Iya, Chaewon. Ga percaya banget aslii," ujar gue sambil membereskan kotak pensil.

Ini baru kelar kelas matematika industri, dan Chaewon udah mencecar gue pake beribu pertanyaan.

"Ya, ntar kalo gue ke apart lo, lo nya berantem lagi," katanya lagi.

"Semoga enggak sih."

"Chaewon, Chaerin, mau makan juga ke kantin?" tanya Yena.

Jadi, let me tell you about my circle. There's Chaewon, Yena, Minhee and Mogu—nama aslinya Jungmoo. Ya pokoknya mereka ini lah temen- temen satu jurusan gue sejak ospek. Sebenernya banyak sih, tapi yang paling nempel ya sama mereka ini.

Otaknya sama- sama gesrek.

"Iya, please. Boleh di kafe biasa aja, gak?"

Sampai di kafe deket kampus, kami langsung pesen makan, dan lagi- lagi gue langsung disiram sama pertanyaan- pertanyaan tentang Hangyul dan kawanannya.

"Sumpah ya guys gue sekarang gaada masalah kok sama manusia itu," kata gue.

"Oke, berarti hari ini bisa main ke apart lo gak?" tanya Minhee yang lagi mainin milkshake vanilla nya.

"Ya, yaudah dateng aja. Emang mau ngapain?"

"Main PS4 lo, duh," celetuk si Mogu.

Emang syalan. Anak sultan tapi gapernah mau beli PS4. Katanya sayang uangnya, mending buat nonton konser Twice. Serah anjir.

Ditengah obrolan ga penting gue, ada segerombolan cewek masuk ke kafe juga dan gue menyadari ada sebuah wajah familiar yang ternyata juga memperhatikan gue.

Hyerin, bukan?

Dia ngeliatin gue, dan akhirnya gue senyum. Dia sih gak ngegubris senyuman gue, tapi yaudahlah. Mungkin guenya aja yang kepedean kalo dia kenal gue.

"Kenal, rin?"

"Pacarnya Hangyul kayaknya, Yen. Yang kemaren berantem."

"Oalah, anak sastra inggris. Cakep banget anjir, antes Hangyul mau. Udah lo mundur aje pelan- pelan yaa Rin," kali ini Minhee yang ngomong.

Sontak gue nyubit tangan kanan Minhee yang putihnya bukan main, kayak vampir.

"Heh, siapa juga yang mau sama Hangyul. Ngomong gitu lagi lu ga gue restuin ke apart gue ya, Minhee."

✔meeting lee hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang