ーmerci d'être né, Jiyeonー

1.1K 181 13
                                    

Kata Taehyung, dia bukan penulis apalagi penyair, diksi dalam kepalanya terbatas. Tetapi Jiyeon harus percaya kalau rasa cintanya tidak terbatas.

Lucu. Bikin Jiyeon ketawa saat itu.

Lebay, katanya.

Belum genap satu bulan aja Taehyung udah berani bilang selamanya.

Apakabar kalau sudah berbulan-bulan ? Keterangan waktu apa yang bisa menandingi selamanya ? Apalagi yang bisa dia janjikan ?

Apa mungkin benar kalau selamanya itu gak ada ?

Hanya sebuah frasa tidak terbatas waktu dan usia tetapi maknanya sudah mulai berubah seiring manusia yang dengan mudah melantangkannya.

Jiyeon pikir Taehyung gak rasional.

Tetapi, ternyata Jiyeon jauh lebih hilang akal ketika mempercayai segalanya.



•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ


"Jiyeon, kamu percaya takdir nggak ?"

"Percaya dong, emang kenapa ?"

"Aku enggak."

Alis mata Jiyeon terangkat naik.

Apa sudah pernah dibilang jika Taehyung itu super gak terduga ?

Kalau belum, contohnya sekarang.

Mereka lagi duduk di bangku taman kota.

Kejadiannya satu minggu sebelum mereka resmi berpacaran. Malam itu Taehyung tiba-tiba datang mengajak keluar. Alibinya cari udara segar. Padahal Jiyeon yakin ada sesuatu yang mengganjal.

"Aku suka mikir, takdir itu gaada. Hanya ada manusia yang mau berusaha dan males berusaha."

"Kenapa gitu ?"

"Karena hidupmu cuma bisa berubah kalau kamu mau merubahnya. Pun sebaliknya."

Taehyung menoleh, liatin Jiyeon kebingungan dengan dia yang mendadak bijak.

Bukan Taehyung sama sekali.

"Aku gapernah jatuh cinta yang bener-bener jatuh, Jiyeon. Mungkin itu yang bikin aku terkesan player. Suka ganti pacar. Padahal mereka yang gak ada diposisiku gapernah tau susahnya nyari nyaman."

Sekarang Jiyeon cuma bisa diam, dengerin Taehyung cerita tentang kehidupan yang selama ini dia jalani.

Jujur, Jiyeon kaget. Taehyung yang selengekan ternyata mikir sedalam itu tentang omongan orang. Lebih lagi Taehyung gak pernah se-serius sekarang. Jiyeon merinding dibuatnya.

Pasti susah bagi Taehyung yang harus memendam sendirian.

Karena selama ini Jiyeon gapernah lihat binar kesedihan di mata cerah Taehyung, ーtidak seperti sekarang.

"Tapi aku nyaman sama kamu." Taehyung menoleh, natap Jiyeon tepat dimata. Tatapannya bikin Jiyeon pingin meneduh ketika hujan cobaan dalam kehidupan datang menghadang.

"Jadi, jangan tinggalin aku ya ?"

Seketika tubuh Jiyeon membeku kala Taehyung memintanya penuh harap.

"Tapiー kemungkinan kan gak selalu satu, Taehyung. Kalau nanti kamu yang bakal ninggalin aku ?"

"Gak akan."

Pikirannya masih mencoba rasional karena Taehyung terlalu sering gombal. Bisa jadi ini salah satu jurus yang sering dilancarkan, tetapi hati kecilnya bilang, Taehyung gak main-main.

"A-akuー aku gamau berharap dan berjanji apapun, Taehyung. Aku percaya kalau kita emang ditakdirkan satu sama lain, tanpa berusaha sekuat tenaga, nantinya pun berlabuh ditempat yang sama."

Jawaban Jiyeon membuat Taehyung tertegun. Tatapannya mendadak kosong, wajahnya blank, mencoba mencerna sebait kalimat dari si cantik disebelah. Akan tetapi sejurus kemudian dia tersenyum lebar, penuh binar.

Sekarang Taehyung udah gak ragu lagi.

"Terimakasih sudah terlahir di dunia, Jiyeon."

[]

[ ✓ ]Flirting; ー Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang