6. HOAX

67 29 14
                                    


Semua yang hancur tidak akan pernah bisa disatukan kembali.

<><><>


Indra masuk ke dalam rumahnya. Rumah seharga milyaran itu selalu terlihat sepi setiap waktu. Dia merasa jengah hanya sekedar menatap saja.

Hari yang sangat melelahkan.

Permasalahan dimana-mana, ditambah lagi bayangan mengenai gadis aneh yang baru saja diantarnya pulang. Membuat kepalanya pusing saja.

"Udah inget rumah makanya pulang?"

Indra mengepalkan kedua tangannya tepat di tengah jahitan celana. Menahan emosi yang tersulut tiba-tiba. Mendengar pertanyaan menyudutkan dari seseorang. 

"Uang habis, atau mau bilang ada surat panggilan sekolah lagi?" tekan Feldan- Papa Indra.

"Dua duanya," balas Indra cuek.

Indra berdiri di ambang pintu. Menatap papanya kurang sopan.

"Mau jadi apa kamu? tiap hari berantem? tawuran? mau jadi jagoan? Contoh Aldran, dia bisa kuliah di luar negeri. Bukan malah keluyuran gak jelas tiap hari!"

"Dad are you forget, I'm Indra not Aldran? We're not same!"

Setelahnya melenggang pergi naik ke tangga kamarnya. Mengabaikan panggilan papanya yang menggelegar di bawah yang meneriakinya tak henti-henti.

"Indra! Jangan main pergi-pergi aja. Papa mau bicara sama kamu!"

Indra menutup pintu hingga berdebam, melempar tasnya asal.  Memukul dinding kamarnya dengan kasar, karena dia merasa sangat emosional saat ini.

Ini adalah hal yang paling dia benci ketika pulang ke rumah. Ini adalah alasan mengapa dia lebih senang berada di warung Mangat dibandingkan rumah ini. Ini juga alasan mengapa dia lebih suka menginap di rumah teman-temannya yang lain.

This home just like a hell.

Ketika hanya ada pertengkaran antara papa dan mamanya yang sama-sama pebisnis, keegoisan masing-masing, ketidakadilan, kesibukan yang tidak bisa diganggu gugat, pekerjaan lebih penting dari apapun, hanya Aldran- kakak Indra yang dianggap penting, kekuasaan, popularitas, nama baik, dan yang terakhir adalah uang.

Hanya itu.

Tidak ada perhatian, kasih sayang, sarapan bersama, makan malam. Itu hanya mimpi.

Bagi Indra. Ini bukan yang dinamakan keluarga, dia merasa asing dengan keluarganya sendiri. Ini salah satu penyebab mengapa dia melakukan apa yang dia mau tanpa memikirkan akibatnya. Berkelahi, tawuran, atau hal lain itu salah satu hal yang membuat Indra merasa hidup dan dibutuhkan. Indra suka masalah, dengan melakukan kesalahan apa saja. Trouble maker.

broken home! Yah, ini yang benar-benar dikatakan rumah yang rusak. Bukan perpisahan orang tua secara jelas tapi kesibukan yang membuat mereka berhenti untuk menjadi keluarga.

Ketua geng Kencana, yang ditakuti hanyalah seorang yang rapuh yang berusaha menutupi semuanya dengan seringaian kejam dan tatapan dinginnya.

***

"Lo kemarin diantar pulang sama Indra? Gimana sama wawancara lo kemarin? Mana jawabannya?" Sila bingung dicecar dengan berondongan pertanyaan dari Kak Keira. Apalagi, dia ditarik ke tempat yang sepi oleh cewek itu.

"Maaf Kak tapi aku gak jadi gabung sama jurnalistik. Aku gak dapet jawaban apapun. Dan darimana kakak tahu aku pulang bareng sama Indra?" Tanya Sila masih bisa menjaga intonasi suaranya agar tidak terpancing. Kak Keira terlalu mengintimidasi, malah dia merasa cewek itu memusuhinya.

INDRASILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang