23. BERHENTI?

28 3 0
                                    


Kita masih asing sampai detik ini juga.

<><><>

Sila mengetuk pintu rumahnya, Hesti keluar dengan wajah panik. Dia langsung meraba-raba pipi Sila.

"Kamu dari mana aja sih? Mama telponin kamu dari tadi. Mama sempat tanya ke sekolah juga. Mama panik pulang kamu gak ada di rumah dan kamu gak ngabarin mama."

"Aku gak papa mah, aku keluar sama Indra." Sila menoleh pada Indra yang ada di sampingnya. Hesti mengikuti arah pandang Sila dan mulai menilai. Indra masih memasang wajah biasa saja. Meskipun raut muka Mama Sila seperti mengintimidasi.

"Sila tadi main ke pantai, maaf gak ngabarin mama dulu. Maaf juga Sila lupa waktu."

"Maaf tante saya ngajak keluar Sila tapi gak pamit dulu."

"Lain kali jangan kayak gitu lagi ya Indra. Sila anak tante satu-satunya. Tante gak mau dia kenapa-kenapa." Indra mengangguk.

"Iya tante, saya janji."

"Tante saya permisi pulang dulu!" Indra menyalami tangan Hesti. Menatap Sila canggung.

"Gue pulang dulu!" pamitnya kemudian. Sila mengangguk diikuti senyuman tipis.

"Hati-hati!" Ucap Sila.

Motor Indra sudah menjauh pergi. Hesti menatap Sila dengan senyuman jail.

"Indra siapanya kamu La? anaknya ganteng banget. Mama suka lho kalau punya mantu yang ganteng, bisa dipamerin pas arisan." ucap Hesti sedikit heboh.

"Ihh mama, dia cuma temen sekolah aku." Ucap Sila malu. Membahas-bahas mantu di kelas 2 SMA itu membuatnya geli sendiri.

"Teman apa teman?"

"Mama stop dong!"

"Lain kali ajak main kesini biar mama lebih kenal lagi."

Sila diam. Membatin apakah Indra masih mau datang kesini dan bertemu dengan mamanya lagi. Dia tahu keputusannya tadi menyakiti Indra. Gadis itu termenung sejenak.

Hesti mengajak Sila untuk masuk ke dalam rumah. Dia memegangi bahu Sila masuk ke dalam rumah dengan setengah kaget.

"Ini baju kamu basah kuyup Sila bisa masuk angin. Main ke pantai kok pulang sekolah. Loh, itu Indra kok gak pake seragam?" Tanya Hesti, tenggorokan Sila tiba-tiba saja tercekat.

"Ehmm, Indra udah ganti mah. Dia suka ninggal baju di warung Mang Satni yang ada di belakang sekolah."

Dan untuk pertama kalinya dia berbohong pada mamanya, karena menjaga nama Indra dari penilaian mamanya. Sila mulai seberani itu.

"Ohh gitu. Keliatannya anaknya baik. Dia baik kan sama kamu?" Sila tersenyum kikuk, mengangguk mantap.

"Mah aku ke kamar dulu ya. Dingin!"

"Iya sana cepet ganti baju. Pake minyak kayu putih juga biar gak masuk angin." Sila menghangat mendapat perhatian dari mamanya.

Sila selesai mengganti pakaiannya dengan baju tidur bermotif beruang. Gadis itu memilih duduk di meja belajarnya, hanya duduk tidak melakukan apapun. Dia hanya diam, tapi otak dan hatinya terus bekerja keras memikirkan Indra, ya laki-laki itu. Siapa lagi?

INDRASILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang