11. SENDIRI

63 11 8
                                    


Mungkin. Ada baiknya jika begini. Tidak bersamamu dan tidak bermasalah.

<><><>


"Ehh lo anak baru!"

"Jangan coba-coba deketin Indra ya! Lo ngaca dong, lo itu cupu! Gak pantes sama Indra!" Tuding seorang siswi menatap tajam ke arah Sila.

"Ingat ya! Lo itu cuma anak baru disini!" Gadis itu terus mengoceh dengan ria."Indra itu pengeran dan lo itu upik abu. Gak pantes. Punya kaca kan di rumah?"

Sila diam saja menatap jengah ke arah siswi yang dia ketahui satu kelas dengan Indra. Sedang menghadang jalannya di depan loker dan marah-marah tidak jelas padanya. Memang koridor ini selalu sepi, jarang dilewati jika tidak ada yang perlu di ambil dari sini. Jadi tak ada yang tahu mengenai masalah ini.

"Lo tuli ya?" bentaknya lagi mendorong Sila kasar hingga punggungnya membentur loker, membuat gadis itu mengaduh karena kaget dan punggungnya sedikit nyeri. Sila ganti mendorong siswi itu hingga mundur beberapa langkah darinya.

"Dasar bitch!"

Tidak ada asap, jika tidak ada api. Tidak ada masalah, jika tidak di mulai.

"Lo apa-apaan sih! Pertama, gue gak kenal sama lo. Kedua, gue gak pengen berurusan sama lo dan yang ketiga, gue gak ngedeketin Indra!" Ucap Sila memberitahu dengan nada suara yang cukup membuat siswi dengan name tag Jisca Arsianti itu terperanjat kaget. "Lo pikir gue takut sama lo! Gak!" tekan Sila sekali lagi.

"Lo yang bitch!" gertak Sila kasar.

Setelahnya, gadis itu membuka loker miliknya mengambil bukunya dan meninggalkan Jisca yang masih mematung di tempatnya dengan tatapan penuh kebencian.

"Awas aja lo, Sila!"

Dia tidak mengerti. Manusia-manusia seperti mereka kenapa suka sekali menganggu. Demi apapun! Sila terusik dengan keadaanya sekarang. Meskipun, dia tidak terlalu peduli pada hal-hal tidak penting seperti itu. Tapi tetap saja dia tidak bisa jika sekarang masalahnya lebih runyam.

Ada berapa banyak lagi orang yang tidak dia kenal akan mendatanginya, memakinya, memarahinya, mengancamnya hanya karena Indra. Bahkan dia sendiri tidak ada apa-apa dengan Indra.

Sila kembali ke kelasnya setelah mengambil buku paket dari loker. Guru mata pelajaran selanjutnya ternyata belum juga datang.

"Sya! Jangan kenceng-kenceng kejambak tahu!"

Sila melihat Mesya sedang menguncir rambut Kiara. Tapi gadis itu terus saja protes, dan berisik. Main salon-salonan di kelas.

Sedangkan Viana sibuk memainkan ponselnya. Pasti instagram.

"Ini udah pelan."

"Lo pake ambil buku segala La! Bu Anna gak datang hari ini, biasa dia nemenin Bu Rahma rapat. Jamkos kelas kita!" Ucap Viana memberitahu. Dia menatap Sila sebentar, setelahnya fokus ke ponselnya kembali.

"Biarinlah udah terlanjur diambil juga mager kalau balik lagi." ucap Sila, sembari mengambil ponselnya dari saku rok-nya."Na, lo kenal sama Jisca?"

Viana mengangguk,"Kenal, cewek barbar itu kan? Sekelas sama Bagas, cewek ngebet famous yang sukanya cari sensasi biar terkenal."

"Iya, dia ngebet banget pengen pacaran sama Indra. Biar naik popularitas gitu tapi sayangnya ditolak mentah-mentah sama Indra. Kasian gue," ujar Mesya.

"Pantesan gue selalu liat dia mepet terus ke Indra tiap hari." Kata Sila,

"Kenapa tanyain Jisca, La?"

INDRASILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang