Jangan berharap lebih pada suatu hal. Bisa jadi itu hanya akan menjadi sebuah harapan.
<><><>
"Sila!" Panggil Indra.
Laki-laki itu sedang duduk di motor besarnya di depan gerbang sekolah. Bersama keempat temannya yang juga duduk di atas motor mereka masing-masing. Berjajar rapi, Bagas mulai sibuk selalu mencoba menggoda siswi-siswi yang keluar. Membuat susasana riuh datang dari kelima pentolan sekolah itu.
Sila yang berjalan dengan ketiga temannya menoleh bersamaan ke arah Indra. Teman-temannya mulai tersenyum penuh arti. Memberi isyarat agar dia mendekat ke arah cowok itu. Sila menggeleng pelan bermaksud menolak.
Tepat satu minggu yang lalu dia baru saja menolak Indra. Sekarang laki-laki itu kembali, menyapanya di tempat umum yang sialnya sedang ramai. Sila tidak suka menjadi pusat perhatian. Belum lagi dia selalu diberi pandangan negatif oleh orang-orang karena Indra.
Dia pikir setelah seminggu laki-laki itu menghindar darinya. Indra sudah tidak lagi mau peduli ataupun ingin berhubungan dengannya. Lalu sekarang. Dia datang kembali.
"Sana La!" suruh Viana. Gadis itu menyenggol lengan Sila sambil menatap gerombolan laki-laki keren itu.
Sila ragu, kemudian mengangguk mengikuti saran teman-temannya.
"Kita temenin!" ucap Mesya.
Sila menghampiri Indra yang masih duduk di atas motor. Rambutnya berantakan karena baru saja melepas helm. Jika, Sila tidak sadar dia pasti dengan segan memekik karena Indra begitu tampan di hadapannya.
"Ada apa?" tanyanya to the point.
"Kalau gak penting, mending gak usah. Gue banyak urusan." lanjutnya berusaha mempertahankan sikap cueknya.
Jual mahal banget jadi cewek. batin Indra.
"Sibuk apa lo sekarang?" Indra bertanya dengan nada ketusnya.
Dia terus menatap Sila dengan tatapan datarnya. Sedangkan Sila sibuk meredam deru jantungnya yang berdetak kencang."Gue gabung OSIS!"
"Karena ada Kenzo?" tanya Indra keki. Sila mengerutkan dahinya bingung.
"Itu kemauan gue sendiri. Gak ada hubungannya sama orang lain. Kalau lo cuma mau cari masalah lagi, ngajak ribut lagi, lebih baik gak usah deh Ndra. Gue lebih nyaman seminggu ini."
Teman-teman Indra maupun Sila masing-masing hanya diam saja menyibukkan diri sebisa mungkin, seperti Bagas yang sibuk dengan Mesya. Aldo dan Sandy bermain ponsel, Cio sibuk menggoda Kiara dan Viana. Meskipun nyatanya mereka semua mendengar percakapan keduanya dengan jelas.
Sebenarnya tidak. Itu jauh dari Sila selama seminggu ini. Gadis itu lebih banyak melamun, tidak konsen dan keadaan buruk lainnya. Tidak memungkiri bahwa Sila merindukan Indra meskipun dia selalu mencekal bahwa dia tidak.
Kenyataanya dia lebih suka berdebat dengan Indra seperti saat ini.
Seminggu ini Indra selalu menghindar. Dia selalu pergi ketika Sila datang entah itu di kantin, koridor, parkiran, warung Mang Satni atau tempat yang lainnya. Indra juga selalu mengalihkan perhatian tidak menatap Sila sedikitpun. Pura-pura menyibukkan diri atau hal lainnya.
Sila tahu Indra begitu juga karena penolakan waktu itu. Mungkin.
Tapi hatinya juga tidak bisa dipermainkan oleh Indra begitu saja. Bagaiamana Indra sering mengancamnya, melakukan hal-hal aneh, seperti meminjami topi tanpa diminta, mengatai hal-hal yang buruk tentangnya, menghapus pesan Kenzo dan semua keanehan lain yang membuatnya bingung sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDRASILA
Novela JuvenilVasila Maheswari, siswi baru di SMA Kencana. Siswi ramah yang selalu ceria. Semula, dia pikir sekolah di SMA Kencana adalah hal luar biasa mengingat sekolah itu adalah salah satu favorit di Jakarta. Tetapi apa yang dia pikirkan berubah total ketika...