14. PERCAYA DIRI

56 10 15
                                    


Pada kenyataannya sikap kamu bertolak belakang sama hati kamu.

Kamu suka kan sama aku?

<><><>

"Ndra!"

Indra masuk ke dalam toilet pria. Dan gadis itu terpaksa menunggu di depan. Dia tidak mengerti dengan maksud laki-laki itu.

Indra aneh. Aneh sekali. Dia gila. Dan Sila benci dengan sikap itu.

Sila bersandar pada dinding di dekat pintu masuk. Beberapa kali menghembuskan napas kasar, tidak habis pikir dengan sikap Indra hari ini. Beberapa orang yang berlalu lalang menatapnya aneh, tapi mereka juga tidak mau tahu apa yang dia lakukan disini. Sila juga tidak peduli terhadap mereka. Dia hanya peduli pada ponselnya yang dibawa Indra. Apakah laki-laki itu tidak tahu bahwa itu privasi untuknya.

Meskipun tidak ada apapun di dalamnya. Tetap saja itu miliknya. Dan lebih tegas lagi. Indra bukan siapa-siapanya. Mereka hanya sebatas kenal karena terlibat pada masalah yang sama.

Gadis itu memandangi sepatu putihnya yang dia ketuk-ketukkan di lantai. Tangannya terlipat di perut, menunggu Indra.

Sila buru-buru menghampiri laki-laki itu dan meminta ponselnya kembali. Lebih sebalnya lagi ketika Indra keluar, Indra melihatnya saja tidak, dia juga tidak menggubrisnya yang terus memanggil dan merengek. Dia terus berjalan kembali ke arah teman-temannya yang masih setia bercanda di meja. Indra mengabaikan Sila.

Dan Sila merasa kekesalannya bertambah berkali-kali lipat tidak ada gunanya menunggu berdiri lama disana tadi.

"Ndra, balikin hp gue. Lo kenapa sih?"

"Emang penting banget ya?"

"Ya penting lah, itu privasi gue." kesal Sila.

"Gue bawa dulu."

"Maksud lo apasih? Balikin hp gue!"

"Gak."

"Indra!"

"Apa La? Gue bilang gue bawa dulu."

"Tapi buat apa? siniin dong."

Indra masih kekeuh menahan ponsel Sila di saku celananya.

Semua yang ada di meja diam saja. Terus, memperhatikan Indra yang malam ini semakin aneh dan menjadi-jadi. Indra tidak pernah seperti itu terhadap perempuan. Bahkan terkesan jauh dan tak sudi, tapi dengan Sila, laki-laki itu seperti bukan dirinya.

"Ndra! Balikin lagi hp-nya." saran Sandy. Mungkin. Dari semua teman Indra, hanya Sandy-lah yang berani bersuara pada laki-laki itu.

Dia tidak tega saja melihat Sila yang uring-uringan dan terus-terusan merengek meminta ponselnya kembali dan Indra dengan keras kepala dan semaunya membuat gadis itu tertekan.

"Nih." Sila segera mengambil dengan kasar sodoran ponselnya dari tangan Indra.

Sila kembali duduk di kursinya, masih merasa kesal setengah mati dengan laki-laki yang kini tengah duduk santai sembari merokok di sampingnya ini. Indra tidak benar-benar berhenti merokok, ternyata.

INDRASILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang