"Ternyata sama saja, tidak ada yang benar-benar baik!"
- Vasila Maheswari
<><><>
Hari kedua, Sila di SMA Kencana. Gadis itu pagi-pagi sudah berada di kelas, hanya ada Elva siswi berkaca mata yang dianggap cupu sedang membaca di meja paling depan. Tadi, dia sempat menyapa singkat. Tidak mau mengganggu karena Elva sudah terlihat sibuk berkutat dengan bukunya, Sila memilih duduk di meja-nya sendiri.Mesya, Kiara, Viana belum ada yang datang. Sila menyesal telah buru-buru dan tiba sepagi ini. Dia rasa ini tidak terlalu pagi.
Pukul 06.20, dia baru saja melihat jam dinding yang terpasang di atas papan tulis.
Karena dia merasa bosan. Dia mengeluarkan buku paket pelajaran pertama, setelahnya mulai membacanya. Good girl.
Cara pengajaran di sekolah ini jauh lebih cepat dibandingkan di sekolahnya yang dulu. Menurut Sila, dia juga harus bekerja keras untuk mendapat yang terbaik untuk nilainya agar mama-nya tidak kecewa. Karena dia tahu. Sekolah disini itu membutuhkan biaya yang besar.
"Pagi banget La, udah di kelas aja!" sapa Viana. Dia sedikit heran se-rajin apa teman barunya ini.
Gadis itu meletakkan tasnya di meja tepat di samping buku Sila.
"Kepagian nih. Gue kira udah banyak yang datang tadi!" ucap Sila jujur, Viana terkekeh pelan ikut duduk di bangkunya sendiri.
"Mana ada sih La anak sini berangkat pagi-pagi buta, kebanyakan nih ya berangkatnya mepet-mepet bel masuk. Ya ada sih yang berangkat pagi anak-anak rajin banget. Kaya lo nih!" Ucap Viana menjelaskan sekaligus menggoda Sila. Gadis itu berbicara sambil menyisir rambutnya, memperbaiki dandanannya.
"Gue gak serajin itu juga kali. Gue cuma terlalu semangat aja tadi pagi."
"Ya suka-suka lo deh."
Satu per satu siswa kelas ini masuk ke dalam kelas secara bergantian. Termasuk Mesya dan Kiara datang bersamaan tetapi saling cemberut satu sama lain. Membuat Viana dan Sila yang tadinya saling bercanda, kebingungan.
"Sila! Lo tahu, dia udah kegep jalan sama inceran gue. Masak dia jalan sama Bagas sih, Na?" Mesya menunjuk sebal ke arah Kiara.
Dia mulai mengadu pada Sila dan Viana yang ada di belakangnya. Kiara mendelik tajam, Mesya juga menatapnya tak kalah sengit. Dua gadis sebangku itu masih belum paham dengan arah pembicaraan ini.
"Sya, gue sama Bagas gak ada apa-apa kali. Gue kemarin mampir ke Mangat dulu terus Bagas nawarin gue pulang bareng, gue udah jelasin berkali-kali. Lo berlebihan banget sih!" Kiara menjelaskan dengan nada sedikit tinggi.
Dia sudah menjelaskan kesalahpahaman itu berulang kali. Tapi, Mesya terlalu berlebihan terus saja menganggapnya tukang tikung.
Meskipun dia sering mendengar sahabat itu kalau nikung paling jago. Dia tidak termasuk ke dalam kategori itu. Dia setia kawan.
"Tuh liat mereka pulang bareng. Jangan-jangan lo meluk dia dari belakang. Ahh..gue patah hati Ra! Lo tuh ya," Rengek Mesya, dia terus saja menatap kesal kearah teman sebangkunya itu.
"Bagas-nya aja yang kurang ajar, mentang-mentang backingannya si Indra aja sana-sini di deketin! Dasar buaya darat." Viana ikut kesal dan Sila masih bingung dengan arah pembicaraan ketiga temannya ini.
Sila hanya bisa bingung menatap ketiganya yang sama-sama kesal. Karena disini hanya dirinya yang tidak tahu menahu mengenai permasalahan ini.
"Ini lo pada ngomongin apa sih? Bagas? Pulang bareng? Siapa Bagas?"

KAMU SEDANG MEMBACA
INDRASILA
Teen FictionVasila Maheswari, siswi baru di SMA Kencana. Siswi ramah yang selalu ceria. Semula, dia pikir sekolah di SMA Kencana adalah hal luar biasa mengingat sekolah itu adalah salah satu favorit di Jakarta. Tetapi apa yang dia pikirkan berubah total ketika...