15. TANPA ARTI

59 9 1
                                    


Semua bertambah rumit. Tak ada yang bisa menghentikan itu semua. Termasuk aku, kamu dan semesta sekalipun.

~ Vasila Maheswari

<><><>

Indra dan teman-temanya mulai terampil menanam bunga di pot-pot besar yang baru saja diambil Indra.

Tidak menyangka kan. Cowok bandel, berandalan model mereka. Mau menanam bunga.

Begitu-begitu mereka juga sayang sama lingkungan. Cinta alam itu kewajiban.

Buat siapa saja. Manusia manapun, mereka tak akan hidup juga tanpa adanya lingkungan. Tanpa pohon, kita gak akan mungkin bisa bernafas. Tanpa hewan, manusia juga bisa apa. Semua orang suka daging kan? daging ayam? daging sapi? daging kambing? Semua orang juga butuh sayuran kan?

Kita semua di dunia itu saling melengkapi. Jadi gak usah gaya-gayaan, sok-sokan bisa hidup sendiri. Apalagi bersikap egois. Big No!

"Lo bisa berkebun gini diajarin siapa Ndra?" Tanya Sandy yang menyiram bibit yang baru saja dia tanam bersama Indra.

"Adiknya papa, Om Saga. Lo kenal kan? yang biasa gue ke sana." Sandy mengangguk paham.

Dia sekilas melihat Indra tersenyum miris. Sandy merasa prihatin dengan kehidupan Indra.

"Gimana Gas? Udah bisa belum?" Indra mengalihkan pembicaraan dengan Sandy. 

"Ini punya gue gak berdiri Ndra, lembek mulu."

"Suruh bantuin Mesya. Berdiri juga tuh." seloroh Aldo disertai senyuman jahil.

"Ehh, si anjing. Mesum bener otak lo." umpat Bagas menyadari ucapan Aldo mengarah pada hal yang berbau negatif.

Indra hanya menggelengkan kepalanya. Dia kemudian menghampiri Cio dan Bagas yang sedang menanam tanamannya.

Indra mengambil alih tanaman Bagas menggunakan cetok untuk menambahkan tanah. Menyerahkan pada Bagas kembali.

Kemudian beralih pada Cio. Dia juga menambahkan tanah lebih banyak di pot.

"Tanahnya dipadetin Yo. Gini aja gak bisa. Apalagi mau ngambil hati Kiara?" ejek Indra. Tidak biasanya laki-laki itu menyinggung masalah perasaan.

"Ehh apaan. Lo sendiri. Sikap lo ke Sila? Apaan gak gentle gitu. Mana mau dia sama lo Bos?"

"Anjay lo."

Beruntung mood Indra bagus. Jadi, ucapan laki-laki itu tidak mengena di hati Indra. Jika tidak sudah dipastikan, Indra sudah bertindak dengan tatapannya atau pukulannya.

"Lo emang suka sama Sila, Ndra?" Indra menggeleng yakin.

"Gue gak suka sama dia."

"Mulut bisa bohong. Hati gak bisa bohong."

"Bos gue yang takut cewek ini, sekarang jatuh cinta!" ejek Aldo. Indra hanya mendengus kesal digoda terus-terusan begitu oleh teman-temannya.

"Gue dukung lo tiga ratus enam puluh derajat kok Ndra. Sila anaknya baik." 

"Ngaco lo!"

INDRASILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang