18. MULAI!

35 2 0
                                    

Masalah memang tidak akan bisa dihindari. Masalah ada untuk diselesaikan bukan untuk dijadikan beban.

<><><>

Hari ini masih begitu pagi, tapi Indra sudah berada di kelasnya dengan kedua telinga tersumpal earphone. Bisa dibilang ini kejadian langka. Jarang-jarang dia sepagi itu sudah datang ke sekolah.

Laki-laki itu tiduran di bangku-bangku yang sudah dia sejajarkan. Kaki kanannya bertumpu pada lutut kiri yang tertekuk. Tangannya terlipat di perut dengan mata terpejam.

Teman-teman kelasnya mulai berdatangan masuk. Tidak ada satupun yang berani mengusik ketenangan Indra. Mereka memilih melakukan aktivitas mereka di pagi hari seperti biasa.

Pukul tujuh kurang seperempat, teman-teman Indra yang lain datang bersamaan. Bagas yang sudah heboh sendiri dengan Cio, mulai melakukan pertengkaran kecil. Sandy yang memasang wajah datar seperti biasa, dan Aldo yang memasang wajah santai-nya.

"Good morning everybodiehhh!" Sapa Bagas dengan gaya cool-nya sambil menyisir rambutnya ke belakang sok-sokan.

Teman-teman kelasnya hanya bisa maklum dengan kelakuan Bagas yang memang selalu absurd itu.

Keempatnya duduk di bangku masing-masing. Cio masih bergabung dengan Aldo. Satu kursi berdua.

"Romantis bener temen gue. Sebangku berdua." ucap Bagas ngelantur.

"Bacot!" Ucap Cio.

"Kasar banget kamu, mas." Jawab Bagas alay.

"Minta di geplak banget nih anak, masih pagi juga. Bikin kesel mulu." ucap Aldo jengah.

Indra bangun ketika bangkunya bergerak-gerak akibat kelakuan Bagas dan Cio. Laki-laki itu duduk melepas earphone-nya secara bergantian. Meregangkan ototnya yang kaku. Melihat itu teman-teman perempuannya sedikit terpekik. Indra terlihat berkali-kali lipat lebih tampan. Dengan wajah bangun tidur, mata sayu dan rambut berantakan.

"Pagi Indra!" sapa Jisca dengan senyuman genitnya. Indra hanya memasang wajah tak santainya. Menatap Jisca datar, tak minat. 

"Tumben dateng pagi." Ucap Cio, dia mulai berdiri dan duduk di kursinya sendiri.

"Ada apa?" tambahnya.

"Yang kayak biasanya aja gimana."

Sedikit banyak Cio tahu mengenai masalah keluarga Indra. Meskipun tidak persis seperti apa, dia tahu.

Cio menepuk bahu Indra pelan. Menaruh simpati pada Indra.

"Gausah dibahas lah. Gak penting."

"Ehh, PR lo udah belum?"

Indra berdecak, mengambil buku tulisnya di tas.

"Ck.Belum lagi,"

"Sandy, PR nyontek buruan. Keburu bel, lo tahu Bu Anna bakal ngapain kan kalau gak bikin PR." Cio berucap terburu-buru. Sandy hendak memberikan buku tulisnya.

"Ehh, San pinjem gue foto bentar!" ucap Aldo ribut, dia merebut buku dari tangan Sandy langsung.

"Main rebut-rebut aja lo, Do!"

"Bentar fotonya goyang ini." Aldo membidikkan kamera ponselnya pada buku tulis Sandy. Tapi, karena buru-buru jadi blur hasilnya.

"Goyang bang Jali apa goyang gergaji?" Di tengah kebingungan itu Bagas masih sempat nge-banyol yang tidak jelas.

"Lo juga belum nyerocos mulu. Disuruh baca satu buku pusing lo!" kesal Cio pada Bagas.

"Cio kok sewot sih, bete aku jadinya." ucap Bagas.

INDRASILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang