20. MEMPERBAIKI

34 2 0
                                    


Aku memang bukan siapa-siapa kamu. Tapi aku peduli.

~ Vasila Maheswari

<><><>

Sore ini, Sila sudah siap dan rapi. Dengan celana jeans dan tanktop hitam dipadukan kemeja kotak-kotak berwarna abu-abu, rambutnya dibiarkan terurai, sepatu putihnya juga mempermanis outfit-nya hari ini.

Kemarin masalah datang begitu saja. Dia sampai tidak bisa tidur karena terus memikirkan hal itu. Dia merasa bersalah pada Indra karenanya Indra sampai di skors. Sebenarnya, bukan seratus persen kesalahannya tapi dia juga sama terlibat masuk ke dalamnya.

Sila turun dari tangga rumahnya. Alamat rumah Indra yang diberikan Sandy cukup jauh juga, dia tidak mungkin menggunakan sepeda untuk pergi kesana.

Jika dalam keadaan seperti ini, tawaran mamanya untuk kursus kemudi membuatnya tertarik. Dia akan mencoba berbicara, minggu nanti.

Sila memesan ojek online, gadis itu berdiri menunggu di depan pagar. Tidak sampai 5 menit ojek itu datang, Sila mengiyakan ketika abang ojek itu bertanya kebenaran mengenai alamat.

Sila turun, kemudian membayar ongkosnya.

Sila menganga tidak percaya, rumah Indra bagus. Sangat bagus. Ini jauh berkali-kali lipat dari rumahnya yang dia anggap sudah bagus sekali.

Semacam istana? mansion? keraton? atau apa ini. Ini lebih jika disebut dengan rumah.

"Permisi Pak! Saya Sila temannya Indra. Indra-nya ada?" Sila bertanya dengan sopan pada satpam yang menunggu di pos jaga.

Satpam itu masih ragu dan terus meneliti Sila dari atas sampai bawah. Gadis itu segera mengeluarkan kartu pelajarnya dari tas, memperlihatkan pada bapak itu. Kemudian dia mempersilahkan Sila masuk.

Apakah harus seribet ini untuk sekedar masuk ke rumah Indra?

Sila mengetuk pintu beberapa kali, tak ada sahutan. Gadis itu memejamkan matanya. Pintu itu terbuka.

"Cari siapa?" Wanita paruh baya dengan seragam asisten rumah tangga bertanya ramah pada Sila.

"Indra-nya ada?" tanya Sila dengan sopan.

"Ada, ada silahkan masuk Non." Wanita itu sangat antusias mendapati Sila.

"Dia gak keluar dari kamar sejak kemarin. Berantem hebat sama orang tuanya." jelas wanita itu, sembari naik ke tangga. Sila terus mengikutinya dan banyak pertanyaan mulai muncul di benak gadis itu.

"Panggil saya bi Imas, saya ikut papanya mas Indra sudah lama. Kamu pacarnya Mas Indra ya, namanya siapa?"

"Saya Sila, saya bukan pa..,"

"Ini kamarnya Mas Indra. Bujuk dia ya, Non Sila! Saya kasihan." ucap Bi Imas lagi, Sila mengangguk tidak tahu harus menjawab apa lagi.

Bi Imas meninggalkan Sila. Gadis itu menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya perlahan.

Semuanya dia yang memulai, mungkin jika dia tidak ngeyel untuk bertemu Indra pada hari itu. Sampai sekarang dia tidak akan pernah mengalami banyak masalah seperti ini.

INDRASILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang