🍁{Chapter 3}🍁

47.7K 2.3K 184
                                    

"Mungkin aku terlalu lelah menghadapi semua hal sampai air mataku jatuh begitu saja."

Happy Reading ❤

🍁

Alvaro menaiki motornya. "Ayo, naik Ta. Kalau kelamaan di sini nanti kita bisa telat ke sekolahnya," ujar Alvaro.

Aleta menurut, dia langsung menaiki jok belakang motor Alvaro. Alvaro mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Di perjalanan hanya ada keheningan di antara mereka, mereka sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.

"Gue gak pernah ngerasain perasaan sebahagia ini kalau sama orang lain. Kenapa Aleta yang baru gue kenal bisa bikin hati gue kaya lari maraton gini?" batin Alvaro bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Alhamdulillah. Akhirnya aku bisa ketemu sama orang baik seperti Alvaro. Aku bersyukur karena Alvaro telah hadir di kehidupanku, aku berharap aku bisa punya teman yang banyak di sekolah," batin Aleta tersenyum tipis.

Alvaro memarkirkan motornya di parkiran sekolah, banyak tatapan mata yang melirik ke arah Alvaro dan juga Aleta. Orang-orang menatap Aleta dengan tatapan jijik dan sinis, tidak ada tatapan suka dari satu orang pun.

Mereka mengamati Aleta dari atas sampai bawah, mereka langsung jijik ketika melihat sepatu Aleta yang sangat jelek.

"Lihat deh sepatunya, pantes banget disebut sampah."

"Ternyata dia orang yang dapet beasiswa itu. Astaga, kenapa harus orang miskin sih yang sekolah di sini, gak level banget sama kita."

"Akh, kenapa harus ada sampah kaya dia yang sekolah di sini."

Aleta hanya tersenyum miris dari balik helm yang ia pakai. Ternyata sama saja, di manapun ia berada pasti ada orang yang menghinanya. Aleta merasa hatinya terasa sesak saat orang-orang di sekitarnya selalu menghinanya. Apa Aleta seburuk itu di mata mereka?

"Biar gue bantu ngelepasin helmnya," tawar Alvaro.

Aleta hanya diam, dia masih terhanyut dalam pikirannya sendiri. Alvaro melepaskan helm dari kepala Aleta lalu ia menaruh helm itu di atas motornya.

Alvaro dapat mendengar cibiran orang-orang untuk Aleta, Alvaro menggenggam tangan Aleta. "Jangan dengerin omongan orang lain Ta, ada gue di sini yang bakal selalu nyemangatin lo," jelas Alvaro tersenyum.

Aleta tersenyum tipis. Ya, benar. Aleta harus tetap bersyukur karena ada Alvaro di sisinya. "Makasih Al," ujar Aleta tulus.

"Sok cantik banget anjir, miskin aja belagu."

"Gue yakin orang miskin kaya dia pasti mau manfaatin kekayaan Alvaro doang."

"Gue jadi pengen tebas kepala dia, berani banget deh deketin Alvaro gitu."

Tiba-tiba Alvaro maju ke depan Aleta lalu ia menempelkan kedua tangannya di kedua telinga Aleta.

"Jangan dengerin apa kata orang, gue yakin mereka iri sama lo. Jadiin hinaan dari orang-orang itu sebagai penyemangat lo untuk terus belajar supaya lo bisa buktiin sama mereka kalau lo bisa sukses," ujar Alvaro panjang lebar.

Seorang perempuan yang bername tag Nabila mendekati Alvaro dan Aleta. "Hai," sapa Nabila.

Alvaro menurunkan kedua tangannya dari telinga Aleta. Alvaro dan Aleta sama-sama bingung dengan kehadiran Nabila. Alvaro juga tidak mengenal Nabila. "Lo siapa?" tanya Alvaro.

Nabila tersenyum tipis. "Gue Nabila. Gue mau kenalan sama murid baru, gue juga kan mau nambah temen gitu," jelas Nabila sambil tersenyum.

Aleta mengernyitkan alisnya, ia tidak mengerti maksud dari perkataan Nabila. Nambah teman? Kenalan? Apa maksud dari perkataan Nabila itu dia ingin berkenalan dan berteman dengannya, apa itu mungkin? Tidak mungkin ada yang mau berteman dengannya kecuali Alvaro.

"Minggir dulu Al, gue mau kenalan sama murid baru ini," Alvaro menurut. Alvaro mundur beberapa langkah. Tidak ada salahnya kan kalau Alvaro membiarkan Aleta berkenalan dengan orang lain yang mungkin juga ingin berteman dengan Aleta.

Aleta dan Nabila berhadapan. "Gue Nabila, lo siapa?" Nabila mengulurkan tangannya.

"Aku Aleta," saat Aleta ingin membalas uluran tangan Nabila, Nabila malah mengangkat tangannya ke udara dan langsung menampar pipi Aleta. "Tamparan ini hadiah perkenalan gue buat lo, MISKIN," ejek Nabila tersenyum sinis.

Alvaro tersentak saat Aleta ditampar, dia langsung mendorong tubuh Nabila. "Lo apa-apaan sih!" bentak Alvaro. Alvaro menarik tangan Aleta lalu ia menyembunyikan tubuh Aleta di balik punggungnya.

"Kan gue udah bilang kalau itu hadiah perkenalan gue sama cewek miskin ini," jawab Nabila santai.

"Gue bakal laporin tindakan lo ke kepala sekolah!" Alvaro tidak bisa menyembunyikan emosinya, dia tidak suka melihat Aleta sampai ditampar oleh Nabila, itu sangat keterlaluan baginya.

Nabila terkekeh pelan. "Alvaro, Alvaro. Lo pastinya tau sekolah ini gimana kan? Sekolah ini cuma butuh uang. Kepala sekolah gak bakal mau belain cewek miskin kaya dia, pasti dia lebih milih uang gue lah. Harga diri cewek miskin ini aja gue bisa beli kok, sini gue beli harga diri lo miskin," cetus Nabila sinis.

"PERGI LO DARI SINI!" teriak Alvaro, emosinya sudah memuncak. Alvaro menatap Nabila dengan tatapan tajam. Nabila tidak takut sama sekali dengan tatapan Alvaro yang seperti ingin memangsanya. Nabila berbalik pergi dengan langkah santai.

Hati Aleta terguncang hebat, hatinya terluka. Tamparan dari Nabila tidak ada apa-apanya dibandingkan luka di hatinya.

Aleta terluka saat Nabila bilang mampu membeli harga dirinya, tidak semua bisa dibeli dengan uang, termasuk harga dirinya.

Alvaro membalikan tubuhnya, dia memandang Aleta yang menunduk. Alvaro memegang bahu Aleta, dia bisa merasakan bahu Aleta yang bergetar. "Tatap mata gue Ta," ucap Alvaro lembut.

Dengan perlahan Aleta menegakan tubuhnya, terlihat kesedihan yang mendalam dari sorot mata Aleta. Alvaro mengelus pipi Aleta. "Pipi lo gak papa Ta?" tanya Alvaro khawatir.

Aleta tersenyum tipis. "Aku gak papa Al," balas Aleta.

"Lo boleh nangis, gue tahu semua ini pasti menyakitkan buat lo. Lo boleh nangis Ta. Jangan terlalu takut dibilang lemah, ada saatnya seseorang menangis karena terlalu lelah menghadapi masalah yang sedang dia hadapi," jelas Alvaro panjang lebar.

Tanpa aba-aba air mata Aleta menetes begitu saja. Alvaro menarik tangan Aleta lalu ia membawa Aleta ke dalam pelukannya, dia mengelus rambut Aleta. "Nangisin aja Ta, gue tau kok lo lelah, tapi jangan lama-lama ya nangisnya, oke. Lo harus bangkit buat berjuang demi masa depan lo," terang Alvaro.

🍁

Jangan lupa vote dan komen ❤

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang