🍁{Chapter 29}🍁

20.3K 887 88
                                    

"Aku bersyukur ketika kamu selalu ada di sampingku dan mau menerimaku apa adanya."

~Aleta

Happy Reading ❤

🍁

Tanpa terasa Aleta sudah dirawat selama tujuh hari di rumah sakit. Luka bakarnya belum sembuh total ia masih kesulitan untuk menggerakan kedua tangan dan kakinya.

Alvaro selalu menjadi tangan bahkan kakinya. Alvaro selalu menyuapinya, menggendongnya, dan bahkan mau melakukan apapun untuknya tanpa mengeluh sedikitpun.

Kadang ia merasa tidak enak telah banyak merepotkan Alvaro, tapi Alvaro selalu ingin direpotkan olehnya, Alvaro mau melakukan apapun untuknya.

Aleta melirik ke arah pintu saat mendengar suara pintu yang terbuka. Aleta tersenyum tipis saat melihat Alvaro membawa makanan. "Ayo makan Ta," ajak Alvaro.

Alvaro membawa nasi goreng untuk Aleta dan untuknya. Alvaro membantu Aleta untuk duduk lalu ia mengambil karet gelang untuk menguncir rambut Aleta agar tidak menganggu saat Aleta makan.

Setelah mencuci tangannya Alvaro duduk di samping brankar Aleta lalu ia membuka bungkus nasi goreng itu. "Tangan lo masih susah digerakin Ta?" tanya Alvaro sambil meniup-niup nasi gorengnya agar tidak panas lagi.

"Masih Al. Rasanya sakit terus perih gitu kalau digerakin," jawab Aleta.

Alvaro menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulut Aleta. "Jangan dipaksain buat digerakin tangannya, kalau lo butuh sesuatu lo bilang aja ke gue," ucap Alvaro.

"Iya Al, makasih ya," ucap Aleta tulus.

Alvaro mengangguk tersenyum. Alvaro dan Aleta menghabiskan nasi goreng itu bersama-sama seteleh selesai memakan nasi goreng itu Alvaro mengelap bibir Aleta menggunakan tangannya.

"Aku pengen ke taman rumah sakit Al," pinta Aleta.

"Bentar, gue cuci tangan dulu," ucap Alvaro lalu ia memasuki kamar mandi di ruangan Aleta. Setelah selesai mencuci tangannya Alvaro kembali mendekati Aleta. "Yuk," ucap Alvaro.

Alvaro menggendong Aleta ala byrstle, untung saja punggung dan belakang kaki Aleta tidak terluka jadi ia tidak merasa khawatir Aleta akan kesakitan saat ia menggendongnya.

"Al, pake kursi roda aja," ujar Aleta ketika Alvaro melangkah keluar ruangannya sambil masih menggendong.

"Gak usah, biar gue gendong aja," ucap Alvaro.

Banyak tatapan mata yang mengarah pada Alvaro dan Aleta tapi Alvaro tidak memperdulikannya.

"Romantis banget ya cowoknya,"

"Jadi pengen deh punya cowok kaya gitu,"

"Cowok idaman tuh, tapi itu ceweknya kenapa ya kok tangan sama kakinya diperban gitu?"

Alvaro mendudukan Aleta dengan hati-hati di kursi taman. Alvaro menatap sekelilingnya yang tampak ramai.

Alvaro melihat bunga indah di taman rumah sakit itu, ia melangkah mendekati bunga itu lalu ia memetiknya.

Alvaro duduk di samping Aleta lalu ia menyelipkan bunga itu di telinga Aleta. "Cantik," puji Alvaro.

Aleta tersenyum mendengarnya, Aleta menyenderkan kepalanya di bahu Alvaro. "Aku pengen pulang Al," ucap Aleta pelan.

Alvaro merangkul bahu Aleta. "Sabar ya, lo harus sembuh dulu baru bisa pulang," balas Alvaro.

"Aku kangen Oma sama Reyhan Al, padahal aku baru sehari di rumah tapi aku kembali lagi kesini. Kamu gak bilang kalau aku di sini kan sama Oma?"

"Jangan bilang-bilang Oma ya Al, aku gak mau Oma sedih," pinta Aleta.

Alvaro mengangguk. Alvaro memang tidak memberitahukan keadaan Aleta yang sebenarnya pada Oma, ia hanya mengatakan kalau ada acara di sekolah dan Aleta harus menginap di sekolah. Untung saja Oma mempercayainya.

Alvaro dan Aleta menghabiskan waktu mereka di taman rumah sakit sampai menjelang magrib tiba.

Tanpa terasa kini sudah jam sepuluh malam. Alvaro tidur di kursi samping Aleta, sekolah mengijinkannya untuk menjaga Aleta sampai Aleta sembuh.

Sebelum tidur Alvaro mengecup kening Aleta. "Selamat tidur Sayang, mimpi indah," ucap Alvaro pelan.

Saat jam dua belas malam seseorang masuk ke dalam ruangan Aleta, ia melihat Aleta dan Alvaro sedang tertidur, ini kesempatannya.

Orang itu menbekap mulut Alvaro dengan sapu tangan yang sudah ia berikan obat bius agar Alvaro tidak bangun sampai pagi.

Orang itu juga melakukan hal yang sama pada Aleta. Setelah itu ia menggendong Aleta dan melangkah keluar dari rumah sakit. Untung saja keadaan rumah sakit sudah sepi jadi ia bisa dengan mudah keluar dari rumah sakit.

Orang itu membawa Aleta ke suatu tempat. Orang itu memberhentikan mobilnya saat sudah sampai di tempat tujuan.

Orang itu kembali menggendong Aleta lalu ia memasukan Aleta ke dalam sebuah rumah kecil yang lumayan jauh dari desa.

Seseorang sudah menunggu kehadiran Aleta daritadi. "Kerja bagus," ucap orang itu tersenyum lebar.

Aleta diikat di sebuah kursi dekat dinding. "Saya pergi dulu Bos," pamit orang tadi yang sudah membawa Aleta kesini.

"Oke, jangan lupa suruh orang buat jaga di luar," perintah orang itu.

Kini ia hanya berdua dengan Aleta. Orang itu tersenyum sinis menatap Aleta. Orang itu mengambil pisau yang ada di dekatnya lalu ia memotong perban yang membalut tangan Aleta.

"Gila, jelek banget lo miskin," hina orang itu ketika melihat tangan Aleta penuh dengan luka bakar.

"Oke, ini bakal semakin seru," ucap orang itu sambil menggoreskan pisaunya ke tangan Aleta. Sayangnya tangan Aleta tidak mengeluarkan darah karena luka bakar itu.

Orang itu menekankan ujung pisaunya untuk masuk lebih dalam ke dalam tangan Aleta sampai tangan Aleta mengeluarkan darah segar.

"Besok, Lo bakal mati di tangan gue miskin!"

🍁

Penasaran gak nih siapa kira-kira orang itu?

Semoga ceritanya gak ngebosenin ya ❤

Next gak nih?

Jaga kesehatan kalian, sehat selalu ya ❤

Jangan lupa tinggalkan jejak ❤

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang