"Aku ingin sekali hidup dengan tenang tanpa ada orang yang mau berniat menyakitiku."
Happy Reading ❤
🍁
Aleta dengan ragu menautkan jari-jari tangannya ke orang yang mengulurkan tangan padanya.
Aleta menepuk-nepuk pelan belakang bajunya yang kotor lalu Aleta melirik orang yang ada di depannya. "Makasih," ucap Aleta pelan.
Orang itu tersenyum. "Sama-sama, gue Syifa. Nama lo siapa?" tanya Syifa lembut.
"Aku Aleta," jawab Aleta. Syifa melirik ke arah lutut Aleta yang berdarah. "Lutut lo luka tuh, gue obatin ya," tawar Syifa.
Aleta langsung menggelengkan kepalanya, ia tidak mau jika merepotkan Syifa. "Gak usah, aku mau pergi dulu ya. Makasih karena udah nolongin aku," ujar Aleta sambil tersenyum.
Saat Aleta berbalik, pergelangan tangannya malah dicekal oleh Syifa. "Gue maksa. Lutut lo ngeluarin darah terus harus cepet diobatin," tegas Syifa.
Aleta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gak usah, aku gak papa kok. Aku gak mau ngerepotin kamu," ujar Aleta.
Aleta tersentak saat Syifa menarik tangannya memasuki cafe. Aleta memandangi sekeliling cafe yang tidak terlalu ramai hanya ada beberapa orang yang sedang berkutik pada leptopnya.
Syifa menyuruh Aleta untuk duduk di salah satu kursi kosong di cafe itu. Aleta menurut, Syifa pergi mengambil obat merah untuk mengobati luka Aleta.
"Dia baik banget," gumam Aleta tersenyum tipis memandangi punggung Syifa yang semakin jauh.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Syifa datang dengan membawa kotak P3K di tangannya.
Syifa menarik salah satu kursi yang ada di depan Aleta lalu ia mendudukinya. "Maaf ya kalau lama," ujar Syifa.
Syifa membuka kotak P3K itu lalu ia mengambil obat merah, kapas, dan plester dari kotak P3K itu.
Syifa mulai mengobati Aleta dengan sangat hati-hati. Aleta tersenyum tipis, hatinya menghangat karena ada orang yang mau menolongnya saat dia terluka.
Syifa telah selesai mengobati luka Aleta. "Kenapa lo bisa jatoh?" tanya Syifa.
"Tadi pas jalan aku gak lihat-lihat terus aku kesandung batu. Makasih ya udah nolongin aku dan juga udah ngobatin luka aku," ucap Aleta tulus.
Syifa tersenyum. "Sama-sama, emangnya lo mau kemana?" tanya Syifa.
Aleta menunduk lalu ia memain-mainkan jari-jari tangannya. "Aku mau nyari kerja," lirih Aleta.
Aleta mendongokkan kepalanya agar bisa menatap Syifa lalu ia tersenyum tipis. "Aku mau kerja buat menuhin kebutuhan keluarga aku," terang Aleta.
Syifa mengangguk-nganggukkan kepalanya mengerti. Syifa menggenggam tangan Aleta. "Kalau gitu lo mau gak kerja di sini? Kebetulan cafe ini yang ngurus gue dan cafe ini juga lagi kekurangan pelayan, lo mau kan kerja di sini?" tawar Syifa.
Aleta tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ia senang karena Syifa menawarinya pekerjaan. "Aku mau," jawab Aleta cepat.
Syifa tersenyum tipis saat melihat Aleta yang tampak sangat bahagia. Syifa merasa senang karena bisa membuat orang lain bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Teen FictionAleta merupakan seorang wanita kuat yang menghadapi kejamnya kehidupan. Dia sering dihina karena miskin, sering dibully karena miskin, dan dia tidak pernah mempunyai teman karena orang-orang jijik padanya. Aleta selalu dibully bahkan disiksa karena...