"Jika kau merasa sedih dan putus asa dengan semuanya, maka percayalah Allah akan memberikan kebahagiaan yang tak ternilai untukmu yang tidak ada apa-apanya dengan kesedihanmu."
Happy Reading ♥
🍁
Aleta duduk di kursi rodanya sambil memandang ke arah jendela yang terbuka di ruangannya, semilir angin menerpa lembut pipinya. Aleta sangat bosen di rumah sakit, ia ingin segara pulang ke rumah.
Milka membuka pintu ruangan Aleta lalu ia mendekati Aleta. "Aleta," panggil Milka.
Aleta menoleh ke arah Milka sambil tersenyum. "Dok," sapa Aleta.
Milka menarik kursi untuk duduk di samping Aleta. "Aleta, besok kamu udah boleh pulang," ucap Milka.
Aleta melirik Milka sambil tersenyum senang. Akhirnya besok ia bisa pulang ke rumahnya.
Milka tersenyum tipis saat melihat Aleta yang tampak bahagia. Ada perasaan sedih di hatinya karena Aleta akan pulang besok, Milka sudah menyayangi Aleta dan menganggap Aleta sebagai anak kandungnya sendiri.
Aleta melihat raut wajah Milka yang tampak sedih. "Dok, Dokter kenapa? Kok mukanya kaya sedih gitu? Dokter ada masalah ya? Cerita aja sama aku Dok," ujar Aleta.
Milka tersenyum tipis sambil mengelus pipi Aleta yang masih terdapat bekas luka sayatan. "Dokter ngerasa sedih karena kamu besok pulang. Nanti Dokter rindu sama kamu," ungkap Milka.
"Dokter sayang sama kamu Aleta, Dokter boleh kan nganggep kamu sebagai anak Dokter?"
Hati Aleta menghangat mendengar ucapan Milka. Ia juga menyayangi Milka karena Milka selalu memperlakukannya dengan baik. Milka selalu memberikan kasih sayang seperti seorang Ibu padanya.
Aleta menundukkan kepalanya sambil memain-mainkan jari-jari tangannya. "Apa Dokter gak malu nganggep aku sebagai anak Dokter?" tanya Aleta.
Milka mengelus rambut Aleta. "Ngapain Dokter malu? Dokter gak akan pernah malu nganggep kamu sebagai anak Dokter, Aleta. Justru Dokter bangga punya anak yang kuat seperti kamu Aleta," terang Milka.
Aleta memeluk Milka. "Makasih Dok," ucap Aleta pelan.
Milka membalas pelukan Aleta. "Sama-sama Sayang, sekarang kamu harus manggil Dokter dengan sebutan Mama ya," pinta Milka. Aleta langsung mengangguk ucapan Milka.
Aleta jadi teringat kejadian ketika ia dibully oleh teman-teman sekolahnya karena tidak punya Ibu dan juga karena ia miskin. Aleta tidak pernah bisa melupakan kejadian itu sampai sekarang.
Waktu itu ia baru saja kehilangan Ibunya kemarin tapi besoknya ia langsung dibully oleh teman-teman sekolahnya.
FLASHBACK ON
Aleta melangkah memasuki area sekolahnya dengan menggunakan seragam merah putihnya. Aleta merasa sedih saat melihat anak-anak lain diantarkan oleh Ibunya masing-masing.
Aleta juga ingin diantarkan oleh Ibunya tapi sayangnya itu tidak mungkin karena Ibunya baru saja meninggal kemarin.
Aleta tersadar dari lamunannya ketika ada yang tiba-tiba menyeretnya. Aleta ditarik oleh Lisa salah satu teman sekelasnya ke belakang sekolah. "Kasihan deh udah miskin gak punya Ibu lagi. Mending kamu ikut Ibu kamu mati sana!" ejek Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Teen FictionAleta merupakan seorang wanita kuat yang menghadapi kejamnya kehidupan. Dia sering dihina karena miskin, sering dibully karena miskin, dan dia tidak pernah mempunyai teman karena orang-orang jijik padanya. Aleta selalu dibully bahkan disiksa karena...