"Jangan berani coba-coba untuk meninggalkanku lagi karena kamu tau kalau aku gak bisa hidup tanpa kamu."
Happy Reading ❤
Maaf kalau banyak typo ❤
🍁
Reyhan menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan Niki. Ia percaya Oma tidak mungkin meninggal.
"Gak Tante! Oma gak mungkin meninggal, Oma cuma tidur!" sentak Reyhan.
Reyhan menggoyang-goyangkan lengan Oma pelan. "Iya kan Oma, Oma pasti cuma lagi tidur karena kecapean. Oma bangun dong, ayo jualan kue sama Reyhan biar kita bisa makan hari ini," ucap Reyhan pelan tapi Oma tak kunjung membuka matanya.
Niki mengelus punggung Reyhan. "Ikhlasin Oma kamu ya Nak," ujar Niki.
"Oma gak meninggal Tante, Oma cuma tidur!" Reyhan memeluk erat tubuh Oma tanpa sadar air matanya kembali menetes.
"Oma, bangun. Reyhan gak mau sendirian Oma, jangan tinggalin Reyhan, Reyhan butuh Oma," gumam Reyhan.
Reyhan berdiri lalu menggoyangkan pelan lengan Niki. "Ayo bawa Oma ke rumah sakit Tante," pinta Reyhan.
Niki merasa kasihan dengan Reyhan, ia menarik tangan Reyhan lalu ia mendekap Reyhan. Niki mengelus punggung Reyhan. "Oma kamu udah meninggal, kamu harus ikhlasin Nak," jelas Niki.
Reyhan menangis dengan keras. Sulit rasanya menerima semua ini. "Suruh Oma bangun Tante, aku mau jualan kue sama Oma biar bisa makan hari ini. Oma susah dibangunin, Reyhan mohon bangunin Oma Tante," pinta Reyhan.
"Reyhan gak punya temen, Ka Aleta sekarang sibuk sekolah, kalau Oma pergi siapa yang jadi temen main Reyhan? Siapa yang nemenin Reyhan? Reyhan gak mau sendirian di rumah, Reyhan udah kehilangan Ayah sama Ibu, Reyhan gak mau kalau sampe kehilangan Oma juga Tante. Oma segalanya buat Reyhan," curhat Reyhan.
Niki menghembuskan napas pelan, ia tidak tahu caranya agar Reyhan menerima semua ini. Ia tahu kalau ini pasti berat bagi Reyhan. "Sabar ya Reyhan," ucap Niki pelan.
"Kamu tenang aja, Tante yang bakal jadi temen main kamu, nanti Tante juga yang bakal selalu nemenin Reyhan," lanjut Niki.
"Gak mau! Reyhan cuma mau Oma!" balas Reyhan.
Di sisi lain Alvaro terus berteriak menyuruh Aleta untuk bangun, Alvaro yakin Aleta dapat mendengarnya.
"Bangun Aleta! Gue mohon jangan tinggalin gue, gue belum bisa bahagiain lo jadi lo gak boleh pergi ninggalin gue. Oma sama Reyhan pasti sedih banget kalau lo pergi, lo lupa kalau lo pernah bilang mau sukses biar bisa bahagiain mereka, ayo bangun Ta wujudin mimpi lo," ucap Alvaro.
Alvaro mendekap tubuh Aleta erat dan air matanya terus menetes. Alvaro tidak mau kehilangan Aleta. "Lo tau kan kalau gue sayang banget sama lo, jangan buat perasaan gue tersiksa Ta, lo harus bangun."
"Gue pengen bahagiain lo Ta, gue mohon jangan pergi. Ayo bangun Sayang," ujar Alvaro.
Alvaro melirik suster yang masih berdiri di sampingnya. "Sus, tolong pasang alat-alatnya lagi saya takut Aleta kenapa-napa kalau gak ada alat-alat itu," pinta Alvaro pada suster itu.
Suster itu merasa kasihan pada Alvaro. "Tapi dia sudah meninggal," balas suster itu.
Alvaro menatap suster itu dengan tatapan tajamnya. "Jangan ngomong sembarangan! Aleta gak mati dia cuma lagi tidur karena kesakitan!" cetus Alvaro.
"Aleta!" panggil Milka yang kini mendekat ke arah Alvaro. Milka menatap Alvaro yang sedang mendekap Aleta.
Saat mendengar kalau Aleta kembali terluka lagi ia langsung berlari memeriksanya. Tubuh Milka seketika lemas ketika melirik elektrokardiograf yang hanya menampilkan garis lurus.
Alvaro menatap Milka dengan pandangan berkaca-kaca. "Dok, tolong suruh Aleta buat bangun," pinta Alvaro pada Milka.
Milka mengulurkan tangannya mengelus pipi Aleta. "Aleta Sayang, ayo bangun. Mama Milka ada di sini buat kamu, bangun Aleta," ucap Milka pelan.
"Lo denger kan Ta kalau Dokter Milka nyuruh lo bangun, ayo bangun Ta. Jangan tidur terus dong Ta tidurnya nanti aja," ujar Alvaro.
"Hidup gue hampa tanpa lo Ta, lo segalanya buat gue jadi jangan tinggalin gue. Gue sayang banget sama lo. Lo hidup gue jadi lo gak boleh pergi ninggalin gue," lanjut Alvaro.
"Bangun Sayang," ketika Alvaro mengatakan itu seketika alat elektrokardiograf berbunyi.
Alvaro tersenyum senang ketika Aleta membuka matanya perlahan-lahan. Alvaro mengucapkan rasa syukur karena Aleta masih diberikan kesempatan untuk hidup.
Ketika Aleta membuka matanya yang pertama kali ia lihat adalah wajah Alvaro, wajah Alvaro sangat dekat dengannya, Aleta bisa melihat ada air mata di pipi Alvaro.
Aleta menahan rasa sakitnya ketika ia mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Alvaro. "Kenapa kamu nangis Al? Aku gak bakal pergi, aku bakal selalu ada buat kamu seperti kamu yang selalu ada buat aku," ucap Aleta pelan.
Alvaro tersenyum lebar lalu ia mengecup kening Aleta. "Gue seneng akhirnya lo bangun Ta," ucap Alvaro.
Suster terkejut saat melihat Aleta kembali hidup. Mungkin Alvaro alasan Aleta bisa kembali hidup. "Biar saya pasangkan kembali alat-alatnya," ucap suster itu.
Alvaro mengangguk, ia membaringkan tubuh Aleta perlahan-lahan lalu setelah itu suster memasangkan kembali alat-alat canggih ke tubuh Aleta.
"Mama seneng kamu udah bangun Sayang, " sahut Milka. Aleta tersenyum tipis ketika melihat Milka yang tersenyum kearahnya.
Aleta bersyukur karena masih ada orang yang menghawatirkannya dan takut kehilangannya. Alvaro mengelus pucuk kepala Aleta. "Jangan coba-coba buat ninggalin gue lagi Ta karena lo tau kalau gue gak bisa hidup tanpa lo," ucap Alvaro.
🍁
Maaf ya karena aku baru bisa update, mood aku akhir-akhir ini lagi buruk 😁❤
Ada yang mau kalian sampein buat Reyhan?
Gimana part ini menurut kalian?
Next gak nih? Komen sebanyak-banyaknya ya biar aku semangat buat up secepatnya ❤
Gimana kabar kalian? Semoga baik-baik aja ya. Jaga kesehatan ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Teen FictionAleta merupakan seorang wanita kuat yang menghadapi kejamnya kehidupan. Dia sering dihina karena miskin, sering dibully karena miskin, dan dia tidak pernah mempunyai teman karena orang-orang jijik padanya. Aleta selalu dibully bahkan disiksa karena...