🍁{Chapter 30}🍁

22K 940 138
                                    

"Aku tidak mau pergi sebelum aku bisa sukses dan bisa membahagiakan keluargaku karena aku ingin melihat mereka bahagia dan hidup dengan layak."

~Aleta

Happy Reading ❤

Maaf kalau banyak typo ❤

Aku saranin kalian dengerin lagu sedih pas baca part ini 😄

🍁

Aleta membuka matanya perlahan-lahan. Ia menatap sekelilingnya yang tidak ia kenal, ada dimana dia sekarang?

Aleta tersentak ketika melihat Mia berdiri tidak jauh darinya. Mia melangkah mendekati Aleta sambil membawa pisau kecil.

"Hai, miskin," sapa Mia sambil tersenyum lebar.

"Kenapa aku ada di sini?" tanya Aleta.

"Tadi malem gue culik lo kesini, lo tau? Tangan gue udah gatel banget pengen nyiksa lo," terang Mia.

Aleta merintih pelan ketika Mia melukai pipinya dengan ujung pisau. Aleta menatap Mia. "Aku salah apa sama kamu? Kenapa kamu mau nyakitin aku?" tanya Aleta.

Mia semakin mempertipis jaraknya dengan Aleta lalu ia membenturkan kepala Aleta ke dinding yang ada di belakang Aleta. "Karena lo, JELEK! MISKIN! CACAT! MATI LO MATI!" Mia terus membenturkan kepala Aleta ke dinding.

Aleta merasakan kepalanya mulai pening karena Mia terus membenturkan kepalanya ke dinding. "Aku moh-on cuk-up," ucap Aleta pelan.

Mia menatap Aleta tajam lalu ia menggoreskan ujung pisaunya ke dahi Aleta sampai membentuk gelombang. "Apa lo bilang?! Cukup?! BAHKAN GUE BELUM NYIKSA LO TAPI LO MALAH BILANG CUKUP! GILA LO!" Lo yang gila Mia!

Mia menarik tangan kanan Aleta lalu ia melirik Aleta. "TANGAN LO JELEK BANGET SIH MISKIN! JELEK! JELEK! JELEK! JELEK!" teriak Mia sambil menyayat-nyayat tangan Aleta.

Mia merasa kesal karena tangan Aleta tidak mengeluarkan darah gara-gara luka bakar itu, ia menyayat-nyayat tangan Aleta lebih dalam agar tangan Aleta mengeluarkan darah. "Gue mau hias tangan lo biar makin jelek," ucap Mia pelan.

Aleta tidak bisa menahan air matanya yang ingin menetes, ia kesakitan. Luka bakar itu belum sembuh dan kini Mia malah melukainya. "Sak-it, sak-it, tol-ong sa-kit," rintih Aleta sambil terisak.

Mia menghentikan aktivitasnya sebentar lalu ia menatap Aleta tajam. "Cengeng banget sih lo miskin! Baru segini aja udah nangis! PAYAH LO!"

Mia kembali melanjutkan aktivitasnya melukai tangan Aleta dan membentuk sebuah huruf.

"Ken-apa ka-mu jahat bang-et sih sa-ma aku?" tanya Aleta bergetar. Ia merasa kekuatan dan kesakitan.

Mia mengulurkan tangannya menjambak rambut Aleta kasar. "DIEM BANGSAT! BERISIK LO CACAT!" bentak Mia.

Aleta berusaha melepaskan tangannya dari Mia. Mia menghembuskan napas kasar lalu ia menampar pipi Aleta. "BISA DIEM GAK SIH LO BANGSAT!" murka Mia.

"Akh," Aleta menjerit kesakitan ketika Mia menempelkan ujung pisaunya ke dalam tangan Aleta. Pisau itu tertancap di tangan Aleta.

Mia berdiri lalu ia kembali membentur-benturkan kepala Aleta ke dinding. "DIEM! DIEM! DIEM!"

"LO HARUS MATI MISKIN! MATI! MATI! MATI! GUE BENCI SAMA LO!" ucap Mia sambil terus membentur-benturkan kepala Aleta ke dinding.

Mia sudah bosan membentur-benturkan kepala Aleta ke dinding, Mia melangkah pergi untuk mengambil cambuk untuk Aleta.

Aleta menundukkan kepalanya sambil terisak, kenapa hidupnya selalu seperti ini? Ia juga ingin hidup dengan tenang sebentar saja tapi kenapa ada saja orang yang mau menyakitinya?

Aleta terisak keras. "Oma, sa-kit. Alvaro, sa-kit. Sa-kit, tol-ong aku. Tol-ong aku, Mia jah-at," gumam Aleta gemetar.

Saat ini ia merasa sangat ketakutan, ia ingin pergi dari sini, ia tidak mau mati secepat ini karena ia belum bisa membahagiakan Oma dan Reyhan.

Ia tidak mau mati sebelum bisa sukses dan bisa membahagiakan Oma dan Reyhan, ia ingin melihat Oma dan Reyhan bahagia dan hidup dengan layak.

Mia kembali mendekati Aleta sambil membawa cambuk di tangan kanannya, ia memang sengaja membeli cambuk ini khusus untuk Aleta.

Mia mencabut pisau yang sedari tadi menancap di tangan Aleta. Mia melepaskan ikatan di tubuh Aleta, ia yakin Aleta tidak akan bisa kabur dalam keadaan seperti ini.

Mia berdiri di belakang Aleta lalu ia mendorong punggung Aleta kasar sampai Aleta terjatuh ke lantai. Aleta kembali merasakan rasa sakit di tubuhnya sampai digerakan sedikit saja terasa sangat sakit.

"Akh," teriak Aleta ketika Mia mulai mencambuk punggungnya.

Suara cambukan menggema di dinding, Mia terus mencambuk Aleta dengan keras, Aleta terus berteriak kesakitan.

Mia tertawa melihat Aleta keliatan sangat kesakitan, ini menyenangkan. Mia terus mencambuk Aleta sambil tertawa dengan keras. "MATI! MATI! MATI! MATI! MATI!" Mia terus mengulang kata yang sama sambil mencambuk punggung Aleta. Sinting nih orang...

Aleta menangis dengan keras. "Alvaro tol-ong aku, ini sak-it Al, sa-kit," gumam Aleta pelan.

Di sisi lain Alvaro sedang mencari keberadaan Aleta. Saat ia bangun Aleta sudah tidak ada di tempatnya, ia terus berteriak-teriak mencari keberadaan Aleta tapi ia tidak menemukannya.

Alvaro sangat mencemaskan Aleta, ia mengendarai mobilnya pergi ke kantor polisi. "Lo ada dimana Ta? Gue khawatir," gumam Alvaro.

🍁

Aku nangis bikin part ini :' kalau kalian gimana?

Semoga feelnya dapet ya ❤

Alvaro bakal dateng gak ya buat nyelamatin Aleta?

Ada yang mau kalian ucapin ke Mia?

Ada yang kalian mau ucapin ke Aleta?

Next gak nih?

Jaga kesehatan kalian, sehat selalu ya ❤

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang