🍁{Chapter 38}🍁

20.2K 838 85
                                    

"Jangan pernah menganggap kalau dirimulah yang paling menderita di dunia ini karena setiap orang pasti pernah merasakan yang namanya penderitaan dan setelah penderitaan itu percayalah Allah akan memberikan kebahagiaan yang tidak ada duanya."

Happy Reading ❤

Maaf kalau banyak typo ❤

🍁

Mia membawa Reyhan ke sebuah rumah kosong yang terdapat di sebuah desa terpencil, ia yakin Alvaro dan para polisi tidak akan bisa menemukannya.

"Bawa dia masuk," perintah Mia pada anak buahnya.

Reyhan di dudukkan di sebuah kursi lalu anak buah Mia mengikat kedua tangan Reyhan kebelakang kursi.

Mia menyeringai. "Sebentar lagi anak kecil jelek ini bakal ngerasain yang namanya penderitaan," gumam Mia.

Anak buah Mia berjaga di depan pintu rumah kosong itu.

Reyhan membuka kedua matanya perlahan-lahan, ia melihat Mia yang sudah berdiri di depannya.

"Akhirnya lo bangun juga anak jelek," ucap Mia pelan. Mia mulai mengeluarkan pisau kecil yang ada di dalam tasnya.

Reyhan mulai kembali ketakutan, apa yang akan Mia lakukan padanya?

"Kaka ini siapa? Kaka mau apain aku?" tanya Reyhan memberanikan dirinya untuk bertanya pada Mia.

Mia tertawa pelan padahal tidak ada yang lucu sama sekali. "Gue orang yang nyuruh orang buat ngebunuh Nenek jelek lo itu dan gue juga yang udah nyiksa Kaka lo," jawab Mia.

Reyhan membulatkan matanya, jadi dalang dibalik semua ini adalah Mia. Reyhan mulai menitikkan air matanya. "Kenapa? Kenapa Kaka tega ngelakuin itu? Dan apa maksud Kaka nyiksa Kaka aku?" tanya Reyhan.

Mia mendekatkan pisau kecilnya ke kaki Reyhan lalu ia menggoreskan pisau itu ke kaki Reyhan sampai kaki Reyhan mengeluarkan darah segar.

"Gue seneng aja nyiksa orang, gue seneng ngeliat orang lain menderita. Penderitaan orang lain merupkan kebahagiaan buat gue," jawab Mia enteng.

"Asal lo tau ya, bukan cuma Nenek lo aja yang pernah gue bunuh tapi gue juga udah pernah ngebunuh orang lain, gue juga sering nyiksa orang lain buat kesenengan gue sendiri," lanjut Mia.

Reyhan tersentak mendengar jawaban Mia, apa Mia sudah tidak waras? Tapi entah kenapa ia yakin ada alasan lain kenapa Mia melakukan semua ini.

Reyhan bisa melihat ada kilatan kesedihan dari mata Mia. "Aku bisa ngeliat ada kesedihan dari mata Kaka, ada apa Ka?" tanya Reyhan baik-baik.

Mia menatap Reyhan dengan tatapan tajamnya lalu ia menggoreskan pisaunya di pipi Reyhan. "Mana ada orang kaya gue bisa sedih! Gak usah sok tau deh, dasar bocah jelek!" hina Mia.

Mia melepaskan ikatan tangan Reyhan lalu ia dengan segera menyayat-nyayat tangan Reyhan. Reyhan merintih pelan. "Ka-ka bi-sa ceri-ta sama aku ten-tang masa-lah Kaka," ucap Reyhan terbata-bata karena menahan rasa sakitnya.

"Gue benci karena di dunia ini gak pernah ada yang nganggep gue, orang tua gue gak pernah peduli sama gue dan Papa gue selalu kasar sama gue, temen-temen gue cuma mau uang gue, gak ada yang beneran tulus dan peduli sama gue!"

"Dari kecil gue selalu ngeliat pertengkaran Papa sama Mama gue, bahkan Papa sampe tega ngebunuh Mama di depan gue. Papa cuma peduli sama pekerjaannya dan selalu kasar sama gue, dia gak pernah peduli sama gue! Kenapa hidup gue kaya gini?! Gue gak mau menderita sendirian, maka dari itu orang-orang harus ngerasain penderitaan kaya gue!" jelas Mia panjang lebar.

Saat ia mencintai Alvaro, ia berharap Alvaro bisa menghapus penderitaannya tapi Alvaro malah lebih memilih Aleta dan itu membuatnya sangat kesal.

Ia tidak bisa tinggal diam, dan ia ingin membunuh semua orang yang disayangi Aleta agar Aleta merasakan penderitaan sepertinya.

Mia baru sadar tentang ucapannya, kenapa juga ia harus menceritakan semuanya pada Reyhan?

"Bukan cuma Kaka yang menderita di dunia ini, setiap orang di dunia ini pasti pernah merasakan yang namanya penderitaan. Aku udah gak punya orang tua sejak aku masih kecil, aku cuma punya Oma dan Ka Aleta, dan dengan teganya Kaka ngebunuh Oma aku, Oma aku salah apa sama Kaka? Kaka ngebunuh orang yang paling aku sayangi di dunia ini, apa Kaka gak punya rasa bersalah sedikitpun?"

"Aku merasa sedih karena gak punya orang tua tapi Oma dan Ka Aleta selalu ada buat aku, mereka buat aku ngelupain kesedihan aku karena gak punya orang tua, setelah kepergian Oma dan aku gak tau dimana Ka Aleta berada aku bener-bener menderita Ka. Tapi aku coba iklas dengan semuanya karena aku tau Allah pasti bakal mengganti penderitaan itu dengan kebahagiaan yang bahkan berlipat ganda," ucap Reyhan.

Mia hanya diam, ia menjauhkan pisaunya dari tangan Reyhan. Apa selama ini perbuatannya salah? Ia hanya ingin orang lain merasakan penderitaan yang sama sepertinya, apa itu salah?

Reyhan berdiri dengan perlahan-lahan, ia tidak memperdulikan tangannya yang terus meneteskan darah segar.

Mia tersentak ketika tiba-tiba Reyhan memeluknya. "Cukup Ka, jangan kaya gini lagi. Apa penderitaan orang lain bisa bikin Kaka bahagia? Aku yakin gak. Kaka harus percaya kalau suatu saat nanti Allah bakal kasih kebahagiaan yang berlipat ganda buat Kaka," ucap Reyhan.

"Sekarang, Kaka gak bakal menderita sendirian lagi karena sekarang ada aku yang bakal nemenin Kaka buat ngadepin penderitaan itu," lanjut Reyhan.

Entah kenapa perkataan Reyhan mampu membuat hatinya menghangat, perkataan Reyhan terdengar sangat tulus.

Di sisi lain Niki panik karena Reyhan tidak ada di taman, ia menanyakan keberadaan Reyhan pada anak-anak kecil yang tadi bermain dengan Reyhan dan mereka menjawab kalau Reyhan pergi bersama seorang perempuan.

Niki sudah mencari di sekitar taman tapi Reyhan belum ditemukan juga. Ia mulai panik, ia takut Reyhan kenapa-napa.

Seharusnya tadi ia tidak meninggalkan Reyhan begitu saja, kenapa ia bisa begitu bodoh mempercayakan Reyhan pada orang yang baru ia kenal.

Niki segera menelepon Alvaro dan mengatakan kalau Reyhan menghilang.

🍁

Aku double update nih kalian seneng gak? 😂

Satu kata buat Reyhan?

Kira-kira selanjutnya Mia bakal ngelakuin apa ya?

Ada kata-kata buat Mia?


Next gak nih? Kalian pengen aku up kapan?

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang